Inibaru.id – Bagi banyak orang, Temanggung dikenal karena tembakaunya yang melegenda. Tapi siapa sangka, di balik hijaunya perkebunan dan sejuknya udara pegunungan, tersimpan sebuah tempat yang tak kalah menarik, yakni sebuah sumber air yang bukan sekadar menyegarkan, tapi juga sarat nilai budaya. Namanya Tuk Budoyo.
Berada di Desa Losari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, destinasi wisata ini menyuguhkan kesejukan alami dari mata air di lereng Gunung Sumbing. Nama “Tuk Budoyo” sendiri berasal dari kata tuk yang berarti sumber air, dan budoyo yang berarti budaya. Jika disatukan, maknanya menjadi sumber air kebudayaan.
Dari namanya saja sudah terasa bahwa tempat ini bukan sekadar spot wisata, melainkan juga bagian penting dari kehidupan masyarakat sekitar. Di sini, air dan budaya seolah berpadu jadi satu napas yang menghidupi warga Temanggung dari masa ke masa.
Ritual, Alam, dan Warisan Tradisi
Bukan tanpa alasan Tuk Budoyo disebut cagar budaya. Tempat ini kerap dijadikan lokasi ritual adat yang berkaitan dengan penanaman tembakau, tanaman yang menjadi ikon daerah ini. Saat musim tanam tiba, warga setempat biasanya menggelar upacara tradisional untuk memohon berkah dan hasil panen yang melimpah.
Meski zaman sudah berubah, masyarakat sekitar Tuk Budoyo tetap teguh mempertahankan adat leluhur mereka. Buat wisatawan dari luar daerah, hal ini justru menjadi daya tarik tersendiri. Banyak yang datang ke sini bukan hanya untuk menikmati keindahan alamnya, tapi juga untuk menyaksikan langsung kearifan lokal yang masih lestari.
“Pas ke sini saya sempat ketemu juru kuncinya. Katanya, di malam-malam tertentu sering ada peziarah yang datang untuk berdoa,” ujar Eggi Marenda, seorang pengunjung asal Magelang yang datang pada Agustus 2025. “Pemandangannya bagus banget, udara sejuk, benar-benar menenangkan.”
Pemandangan Lereng Gunung yang Bikin Betah
Karena berada di kaki Gunung Sumbing, pemandangan di Tuk Budoyo sudah pasti bikin mata segar dan hati adem. Hamparan pepohonan hijau, udara pegunungan yang bersih, dan suara gemericik air dari sumbernya jadi kombinasi sempurna untuk melepas penat.
Tak sedikit juga yang menjadikan lokasi ini sebagai jalur olahraga favorit, terutama untuk gowes santai di pagi hari. Jalannya sudah bagus dan mudah dilalui. “Aksesnya memang agak menantang, tapi aspal dan beton sampai lokasi. Kalau bawa mobil, pastikan skill nyetirmu oke karena ada tanjakan curam dan tikungan tajam,” kata Aprie Yanto, pengunjung lain yang datang pada Oktober 2024.
Fasilitas Lengkap, Tiket Gratis
Baca Juga:
Nepal van Java di Lereng Gunung Sumbing, Permukiman Unik dengan Vibe Namche Bazaar HimalayaSelain panorama yang memesona, Tuk Budoyo kini juga telah ditata dengan rapi. Pemerintah melalui Kementerian PUPR sempat membantu pengembangan kawasan ini pada 2018, sehingga fasilitasnya makin nyaman. Di sini tersedia gazebo, plaza, pendopo, toilet, musala, food court, hingga penerangan malam. Ada juga bangku-bangku untuk bersantai sambil menikmati semilir angin dari kaki gunung.
Yang lebih menyenangkan, tidak ada tiket masuk ke Tuk Budoyo. Pengunjung hanya perlu membayar biaya parkir Rp3.000 untuk sepeda motor dan Rp5.000 untuk mobil. Tempat ini juga buka 24 jam, meski waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hingga sore hari agar bisa menikmati suasana alam yang lebih terang dan hangat.
Dengan perpaduan antara keindahan alam dan kekayaan budaya, Tuk Budoyo bukan sekadar destinasi wisata, tapi juga ruang spiritual dan sosial bagi masyarakat Temanggung. Sebuah tempat di mana alam dan manusia saling menghargai, saling menjaga, dan hidup berdampingan dalam harmoni.
Kalau kamu lagi butuh tempat tenang tapi penuh makna, mungkin Tuk Budoyo bisa jadi pilihan pas untuk liburan akhir pekanmu. Siapa tahu, di sana kamu bisa ikut merasakan kesejukan mata air yang tak hanya menyegarkan tubuh, tapi juga menenangkan jiwa, Gez. (Arie Widodo/E07)
