inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?
Selasa, 15 Apr 2025 09:06
Penulis:
Bagikan:
Bungkusan kopi dan santan yang harus selalu dibawa pendaki Gunung Sumbing sampai turun gunung. (Guratankaki/Iyos Kusuma)

Bungkusan kopi dan santan yang harus selalu dibawa pendaki Gunung Sumbing sampai turun gunung. (Guratankaki/Iyos Kusuma)

Kalau nggak membawa sendiri bungkusan kopi dan santan, pihak petugas pos pendakian Gunung Sumbing bahkan sampai memberikan bungkusan ini ke pendaki. Apa tujuan dari pemberian bungkusan ini, ya?

Inibaru.id – Meski tinggal di Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Nia Karomah masih belum pernah terpikir untuk mendaki Gunung Sumbing yang selalu bisa dia lihat di balkon lantai dua rumahnya. Dia memang belum tertantang untuk melakukan pendakian dengan medan yang baginya ekstrem seperti Gunung Sumbing.

Gunung yang berlokasi di tiga kabupaten yakni Wonosobo, Temanggung, dan Magelang ini memang cukup menjulang dengan ketinggian mencapai 3.371 mdpl; menjadi yang tertinggi ketiga di Jawa setelah Semeru dan Slamet.

“Aku cuma pernah mendaki gunung-gunung atau bukit kecil saja untuk trekking ringan yang bisa langsung turun. Belum berani ke Gunung Sumbing. Takut nggak kuat. Terlebih, ada mitos yang bikin aku takut, meski kata teman-temanku yang beberapa kali mendaki di sana, nggak perlu dikhawatirkan,” ucap Nia pada Senin (14/4/2025).

Mitos yang dimaksud Nia adalah sebuah kepercayaan yang menyebut setiap pendaki Gunung Sumbing harus membawa kopi dan santan yang dibungkus di dalam wadah plastik. Bungkusan ini harus dibawa muncak hingga turun. Kondisinya harus baik; dilarang membuka, apalagi membuangnya.

Pendaki Gunung Sumbing harus membawa bungkusan kopi dan santan, nggak boleh membuangnya. (Telusuri/Rifqy Faiza Rahman)
Pendaki Gunung Sumbing harus membawa bungkusan kopi dan santan, nggak boleh membuangnya. (Telusuri/Rifqy Faiza Rahman)

“Katanya sih itu semacam jimat yang dipakai para pendaki agar nggak diganggu oleh penunggu Gunung Sumbing ya. Masalahnya terkadang aku orangnya kurang teliti dan takutnya bungkusan itu jadi hilang atau nggak sengaja terbuang. Maka, sampai sekarang nggak berani mendakinya. Meski sebenarnya faktor utamanya masih merasa belum cukup kuat,” lanjut Nia.

Asal kamu tahu saja ya, kalau sampai pendaki nggak membawa bungkusan santan dan kopi, pihak penjaga pintu gerbang atau pos pendakian biasanya bakal memberikannya ke para pendaki sebagai bekal. Mereka juga diberi tahu tentang apa yang boleh dan nggak boleh dilakukan kepada bungkusan tersebut.

Lebih dari itu, pendaki juga diminta untuk menjaga ucapan dan kelakuan selama melakukan pendakian. Nggak boleh pula menyombongkan diri seakan-akan bisa menaklukkan Gunung Sumbing dengan mudah. Alasannya, tentu saja karena jalur pendakiannya nggak mudah dan cuaca yang bisa saja berubah dan menghambat pendakian.

Yap, yang namanya kepercayaan, apalagi dalam hal mendaki gunung, pasti ada tradisi-tradisi yang menarik seperti di Gunung Sumbing ini. Soal apakah pihak pendaki percaya atau nggak, balik ke masing-masing ya. Kalau kamu sendiri, percaya nggak dengan mitos yang bikin pendaki gunung harus membawa bungkusan kopi dan santan ini, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved