BerandaAdventurial
Minggu, 3 Sep 2022 09:43

Senyapnya Dusun Puntingan, "Desa Mati" di Magelang

Dusun Puntingan di Magelang, Jawa Tengah, kini seperti desa mati. (Tribun Jateng/Nanda S Ginting)

Meski ada rumah-rumah di Dusun Puntingan, Magelang kita nggak akan bertemu dengan seseorang karena kawasan itu ditinggalkan warganya sejak 1985. Padahal, lokasi dusun ini nggak jauh dari pusat Kota Magelang, lo. Kenapa bisa begitu, ya?

Inibaru.id – Dusun Puntingan yang ada di Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, terlihat seperti desa mati. Di sana, berjejeran rumah-rumah nggak berpenghuni dan sudah dipenuhi dengan rerumputan liar. Kabarnya, satu demi satu warga meninggalkan dusun tersebut hingga nggak tersisa.

Dilihat dari lokasinya, Desa Dlimas sebenarnya berada sekitar 11 kilometer dari pusat kota Magelang. Tergolong jarak yang nggak jauh dari pusat keramaian, kan? Jadi, lokasi tersebut seharusnya cukup strategis untuk dijadikan permukiman penduduk. Tapi, sejak 1985 satu per satu warga meninggalkan dusun tersebut.

“Dulu penghuninya kurang lebih 10 orang. Terus akhirnya pindah satu per satu hingga akhir 2020-an masih sisa 1 keluarga yang terdiri atas dua orang,” ungkap kepala Desa Dlimas Saebani sebagaimana dikutip dari Suara, Jumat (2/9/2022).

Penghuni terakhir itu adalah Istiono dan istrinya. Mereka tinggal di sebuah rumah yang ada di ujung paling timur dusun tersebut.

Sayangnya, pada 2020 Istiono meninggal karena sakit. Istrinya pun kemudian pindah ke rumah anaknya di Desa Koripan, Tegalrejo. Rumah yang sebelumnya mereka tinggali pun kemudian jadi terbengkalai, sama dengan rumah-rumah lain yang ditinggalkan warga sebelumnya.

Bertahun-tahun Dusun Puntingan nggak dimasuki warga pendatang. Salah satu sebabnya karena rumah dan tanah di sana nggak ada yang dijual. Meski begitu, ahli waris tiap keluarga juga enggan tinggal di sana. Alasannya karena nggak ada lagi orang yang tinggal di dusun tersebut.

“Nggak (mau) tinggal di situ lagi. Nggak ada teman begitu,” lanjut Saebani.

Warga Nggak Kerasan

Rumah di Dusun Puntingan yang terbengkalai karena ditinggal warga. (Exitrip)

Kepala Urusan Pelayanan Desa Dlimas Sakdan punya cerita terkait dengan perginya warga satu per satu dari Dusun Puntingan. Menurutnya, dulu ada tujuh kepala keluarga yang tinggal di situ. Sayangnya, mereka nggak hidup rukun.

“Dulu orang-orangnya kurang bergaul sama tetangga. Kadang-kadang iri sama waris, kurang rukun,” ucap Sakdan.

Kepergian warga dari dusun tersebut satu demi satu pun membuat warga sekitar memiliki anggapan yang aneh-aneh. Ada yang menyebut warga dusun tersebut dibikin nggak betah oleh mahluk tak kasat mata. Mahluk tersebut kabarnya tinggal di sebuah bukit kecil atau gumuk yang memang berlokasi di Dusun Puntingan.

Konon, dulu para mahluk halus ini pengin mendirikan kerajaan di gumuk tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk mendirikannya di Gunung Tidar.

Akses yang Buruk

Meski terlihat meyakinkan, Sakdan membantah anggapan warga pergi karena gangguan mahluk halus. Dia justru menuding buruknya akses jalan ke dusun tersebut yang membuat warga kesulitan untuk keluar masuk dusun sebagai alasannya.

Melansir dari Tribun, Jumat (2/9/2022), posisi dusun ini berdekatan dengan Desa Dawung dan Tobanan, yang masing-masing desa berjarak hanya sekitar 300-an meter. Namun, hanya ada satu akses jalan menuju Dusun Puntingan, yaitu dengan melewati jalanan setapak.

Jalan setapak ini cukup jauh dari jalan raya. Jaraknya, sekitar 1 kilometer untuk masuk ke dalam dusun. Kondisi jalan pun susah dilewati karena masih beralaskan bebatuan.

Hal itu membuat kontur jalan menjadi bergelombang dan naik turun. Selain itu, di sepanjang jalan menuju Dusun Puntingan tersebut, pada sisi kanan dan kiri jalan hanya ada hutan bambu yang tak terurus.

“Dulu akses masuknya hanya jalan setapak selebar 1,5 meter, itupun jalannya tatanan batu yang licin” jelas Sakdan.

Wah, rupanya ada dusun yang nggak dihuni sementara di dusun lain padat penduduk, ya? Semoga Dusun Puntingan ini nggak selamanya kosong dan bisa digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat ya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: