BerandaAdventurial
Minggu, 14 Mar 2020 09:30

Pakai Arsitek dan Bahan Baku Impor, Kelenteng Maha Agung Beda dari yang Lain

Bagian depan kelenteng Maha Agung. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Kelenteng Maha Agung punya berbagai keunikan yang mungkin nggak kamu temukan di kelenteng lain. Gimana nggak, kelenteng ini pakai bahan baku dan arsitek dari Negeri Tirai Bambu. Seperti apa ya keindahan bangunan ini?

Inibaru.id - Saat melintas di Jl Arteri Soekarno Hatta Semarang, kamu pasti nggak asing lagi dengan menara bertingkat. Bangunan menyerupai pagoda ini merupakan atap kelenteng Maha Agung yang terletak di Jl Taman Hasanudin No A 27, Semarang.

Pagi itu kelenteng yang biasa digunakan beribadah oleh umat Tridharma ini terlihat sepi. Namun ada Asan, seorang jemaat yang juga bertugas mengurus kelenteng yang berada di bawah Yayasan TITD Panca Gunung Welas Asih tersebut. Saat kali pertama melangkahkan kaki di pelataran kelenteng, hanya ada rasa takjub melihat arsitekturnya yang begitu rumit dan beda dari kelenteng yang lainnya.

Saking uniknya, kelenteng ini kerap dikunjungi sekadar untuk berfoto.

“Pertama kita resmikan 9 tahun lalu sudah banyak yang foto,” kata Asan membuka pembicaraan.

Dalam penuturannya, Asan menjelaskan beberapa keunikan yang ada di bangunan yang dirancang oleh arsitek Tiongkok ini. Menurutnya, nggak cuma arsitek yang impor, bahan-bahannya pun didatangkan dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

“Bahannya dari sana, diangkut pakai kontainer. Sampai sini baru disusun,” tambahnya.

Tiang berukir di beberapa sudut bangunan. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Asan menjelaskan bahwa di bagian depan ada gapura yang berwarna abu-abu dengan tulisan emas khas pakaian kongco . Jarang saya jumpai warna abu-abu ini digunakan untuk bangunan khas Tionghoa. Keberadaannya bikin pengunjung yang datang selalu menyempatkan diri untuk berpose di depan gapura unik yang satu ini.

Kesan Tiongkok di Setiap Sudut

Jika kamu cermat, saat masuk kamu bakal disambut patung empat dewa yang berada di bagian depan. Keempatnya merupakan dewa penjuru yang ditempatkan di empat penjuru angin.

Selanjutnya, ada sekitar enam tiang granit besar dengan ukiran 3 dimensi yang menopang bangunan ini. Ukirannya yang detil bikin membuatnya tampak hidup. Lagi-lagi warnanya yang hitam keabu-abuan bikin keunikannya bertambah. Oh ya, kata Asan, tiang besar dan superpanjang ini juga diproduksi di Tiongkok lalu dibawa ke Indonesia dengan kontainer lo.

Selain itu, di sekeliling bangunan kelenteng dengan tempat sembayang utama berukuran 15x15 m ini dihiasi kaligrafi Tiongkok dengan warna dasar merah dan beberapa aksen emas. Nggak hanya di sekeliling kelenteng, di atas replika para dewa diletakkan, kamu bisa melihat banyak ukiran seperti stalaktit yang menghujam dari atas.

Bagian luar kelenteng. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Menurut Asan, jumlah dewa di sini terbilang lengkap, paling nggak berjumlah puluhan. Itulah mengapa para jemaat senang beribadah di kelenteng kecil ini. Eits meski kecil, kelenteng ini bisa menampung sekitar 600 jemaat lo. Ternyata muat banyak orang ya!

“Waktu ulang tahun pengunjungnya ada 600 sampai ribuan orang,” tambahnya.

Oh ya, di bagian depan bagunan, ada 3 pintu yang punya makna bagi jemaat. Pintu tengah disebut sebagai pintu utama. Biasanya jemaat masuk untuk beribadah dari pintu ini. Sebelah kanannya disebut pintu kedua dan pintu kiri disebut pintu ketiga yang bisa dijadikan jalan keluar saat selesai beribadah. Hal ini sesuai dengan kepercayaan umat Tridharma. Namun yang paling menarik adalah atap menara yang menjulang tinggi dengan replika dua naga yang sedang mengapit kendi. Sayangnga Asan nggak tahu maknanya.

Jika kamu tertarik, kamu bisa berkunjung setiap hari pukul 06.00-18.00 tanpa tiket masuk. Yap, Gratis! Eits, sayang banget jika nggak abadikan momen saat berkunjung ke sini. Jadi jangan lupa bawa kameramu ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: