BerandaAdventurial
Minggu, 22 Agu 2020 18:35

Mencoba Memahami Tarot, Kartu yang Tahu Banyak Hal Tentang Seseorang

Ternyata kartu tarot cukup kompleks. (Inibaru.id/ Audrian F)

Kartu tarot ternyata awalnya adalah kartu permainan. Beberapa tokoh besar pernah menelitinya, dan kesimpulannya memang ada ikatan alam bawah sadar setelah orang mengambil kartu.<br>

Inibaru.id - Saya punya teman yang bisa main Tarot. Entah betul-betul menguasainya atau tidak, setiap yang dia baca dari kartu tarot selalu tepat. Lantaran "keahlian" itu pula dia jadi populer di kalangan teman-teman kami.

Namun, yang membuat bete, entah kenapa setiap dia membaca kartu yang saya ambil hasilnya selalu bikin khawatir. Yeah, meski banyak benarnya juga. Ha-ha.

Tarot lekat dengan imej mistik karena dianggap bisa "membaca" permasalahan seseorang. Jujur, saya penasaran gimana cara kerjanya dan gimana teman saya tadi, atau seseorang yang paham, bisa membaca dan mengerti permasalahan seseorang hanya melalui perantara kartu.

Rasa penasaran ini membawa saya pada seorang pembaca tarot profesional. Namanya Fitri Indahyani (37). Dia juga dikenal sebagai “Madam Vie”. Sudah dari 2005 dia berkecimpung di dunia tarot.

“Kartu tarot itu sebetulnya dulu digunakan untuk permainan,” kata Fitri saat saya temui di Titikdua Kopi, Kedungmundu, Kamis (13/8/2020).

Tarot awalnya adalah kartu yang digunakan permainan pada perayaan pernikahan keluarga berpengaruh di Milan, Italia. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Dibuat pada abad ke-15, kartu-kartu tersebut dimainkan untuk merayakan pernikahan dari keluarga Visconti dan Sforza. Visconti kala itu punya kuasa besar di Kota Milan. Kartu-kartu itu merupakan hasil lukisan dari Bonafacio Bembo dan pelukis miniatur dari Ferrara.

Dalam perkembangannya, banyak tokoh yang meneliti tentang tarot. Salah satunya adalah Carl Gustav Jung, seorang ahli psikoanalisis sekaligus murid dari Sigmund Freud yang mengembangkan pemahaman pikiran alam bawah sadar manusia.

Jung memiliki gagasan, ada keterkaitan alam pikiran bawah sadar manusia dengan kartu tarot serta simbol-simbol di dalamnya. Beberapa konsep utama Jung yang diaplikasikan di kartu tarot adalah ketidaksadaran kolektif, archetype, semiotika, dan synchronicity.

“Dalam pengambilan (kartu) umumnya ada 3. Kartu pertama untuk masa lalu, (kemudian) sekarang, dan masa depan,” ujarnya.

Kartu tarot, sebagaimana seni, memiliki genre dan jenis. Tentu semua itu menyangkut tipe gambar dan makna yang tersembunyi di dalamnya.

Yang paling klasik bernama Rider Waite, kemudian ada juga Marseilles, Thot, dan masih banyak lagi. Lalu, ada kartu jenis Oracle untuk nasehat. Ada juga jenis Lenormand. Untuk yang ini, kata Madam Vie, paling sulit dipelajari.

Indonesia juga punya kartu tarot. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Kemudian, setiap tarot ada dua bagian, yakni kartu mayor (inti) dan minor. Kartu Mayor berjumlah 22. Kartu ini nggak memiliki kembaran dan maknanya pada satu hal khusus. Sementara, untuk minor jumlahnya 56. Maknanya bisa multitafsir.

“Kalau yang asli harganya dari Rp 400 ribu sampai Rp 30 juta. Tapi, kalau yang KW, harga Rp 75 ribu ya banyak,” jelas Fitri. “Bahkan, Indonesia juga banyak bikin."

Fitri kemudian seakan menerangi gelap terkaan saya soal kartu tarot. Dia bilang kalau apa yang disampaikan oleh reader tarot itu sudah diketahui oleh sang pengambil kartu. Hanya, si pengambil itu kurang yakin dengan hatinya.

Setiap jenis kartu tarot ada panduannya. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Jadi, bisa dibilang, pembaca tarot memberi pelita. Mereka menerangi berbagai pemikiran seseorang yang masih abu-abu, lalu menggunakan kartu tarot sebagai media, bukan secara langsung seperti paranormal.

Memang, sebetulnya semua orang bisa menjadi pembaca Tarot dengan cara mempelajari buku panduan. Namun, yang harus dipahami, berbeda jenis tarot, akan berbeda pula panduannya. Sebagai reader berpengalaman, Fitri sudah mempelajari semua.

Kendati semua orang bisa menjadi "pembaca nasib" via kartu tarot, agaknya dibutuhkan pengalaman untuk laik disebut reader. Sepertinya ini berlaku untuk semua ilmu ya, Millens! (Audrian F/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024