BerandaAdventurial
Senin, 16 Jul 2023 17:00

Cerita Luweng dan Saluran Air Bawah Tanah di Gunung Pegat Klaten

Luweng di Gunung Pegat, Klaten. (Kompasiana/Yuliyanti)

Di Gunung Pegat, Klaten, ada saluran air bawah tanah dan luweng alias sumur yang ada di hutan. Bangunan-bangunan ini dibuat pada masa penjajahan Belanda, lo.

Inibaru.id – Namanya memang Gunung Pegat, tapi tingginya hanyalah sekitar 200 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan lebih cocok disebut sebagai bukit. Meski begitu, gunung yang ada di Kecamatan Bayat, Klaten Jawa Tengah ini menyimpan banyak cerita sejarah. Salah satu di antaranya adalah adanya lima buah luweng alias sumur peninggalan Belanda dan saluran air bawah tanah di sana.

Meski ukuran bukitnya nggak begitu besar, terdapat tiga permukiman warga dari tiga desa, yaitu Krakitan, Jotangan, dan Krikilan yang menempati lereng Gunung Pegat. Selain itu, terdapat hutan jati dan mahoni yang cukup lebat. Nah, di sela-sela rapatnya pepohonan itulah, terdapat lima luweng yang dibangun pada masa kolonial.

Tiga luweng berbentuk bulat dan dilengkapi dengan bangunan tembok. Dua luweng berbentuk kotak. Semuanya dilengkapi saluran irigasi di bawahnya. Khusus untuk luweng yang masuk wilayah Desa Jotangan, ukurannya paling besar. Diameter mulutnya mencapai 15 meter dan kedalamannya mencapai 50 meter.

Menurut warga setempat, luweng-luweng itu dulunya dibangun untuk memenuhi kebutuhan pengairan. Sumber airnya berasal dari Rawa Jombor dan dialirkan melalui saluran air bawah tanah, Millens.

“Airnya dialirkan ke Kecamatan Cawas dan Pedan untuk kebutuhan pabrik gula (Manisharjo) dan pertanian. Sepertinya luweng-luweng ini fungsinya untuk maintenance saluran air tersebut,” terang Kasiman, warga Desa Krakitan sebagaimana dilansir dari Detik, Sabtu (1/5/2021).

Selain luweng, ada juga saluran air bawah tanah di Gunung Pegat. (Kompasiana/Yuliyanti)

Warga setempat nggak ada yang tahu pasti kapan luweng-luweng ini dibangun. Tapi, Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Klaten Yuli Budi menyebut luweng-luweng di Gunung Pegat diperkirakan mulai dibangun pada 1911.

“Kira-kira mulai dibangun pada 1911 dan selesai 1924. Fungsinya memang mengalirkan air dari Rawa Jombor. Luwengnya berperan ganda, yaitu sebagai bak kontrol sekaligus celah udara karena saluran airnya dibuat di bawah tanah Gunung Pegat,” ucap Yuli.

Panjang saluran air tersebut mencapai 1 sampai 1,5 kilometer. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang warga Desa Krakitan Surip.

“Yang tembok itu hanya sekitar 500 meteran saja. Sisanya yang ke arah timur hanya dinding batu gunung asli yang sangat kuat. Airnya dari rawa masuk ke dalam saluran, baru melewati saluran bawah tanah. Mulut salurannya kelihatannya kecil, padahal cukup besar seperti ruangan. Saya tahu soalnya pas kecil pernah masuk diajak ayah saya,” ceritanya.

Cukup luar biasa ya, Millens melihat adanya sistem saluran air bawah tanah yang menembus Gunung Pegat sudah dibuat pada masa penjajahan Belanda alias sekitar seratus tahun yang lalu. Semoga saja bangunan tersebut tetap terjaga kondisinya, ya? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: