BerandaTradisinesia
Jumat, 13 Okt 2022 21:44

Tongseng, 'Keturunan' Satai dengan Gulai yang Lahir di Boyolali

Tongseng daging kambing yang sangat menggugah selera. (Resep Istimewa)

Kedatangan para pedagang dari Arab dan India, turut mengenalkan masyarakat untuk mengonsumsi daging kambing. Salah satu hasil kreativitas masyarakat dari olahan daging yang nggak umum ini adalah tongseng. Makanan ini merupakan 'anak' dari perkawinan satai dan gulai.

Inibaru.id – Nggak dimungkiri kedatangan para pedagang dari pelbagai penjuru negara ke Nusantara, memungkinkan terjadinya akulturasi. Nggak hanya budaya baru, akulturasi juga menciptakan olahan serta resep makanan baru yang patut kita syukuri seperti tongseng.

Bagi para pencinta daging, tentu menu tongseng nggak boleh dilewatkan. Kuliner ini menggunakan daging kambing sebagai bahan utamanya.

Meski banyak orang yang mengeluhkan aroma khas daging kambing perengus, namun jika diolah dengan benar, menu dengan bahan ini bakal bikin nagih.

Nah, di balik kelezatannya, makanan Indonesia "keturunan" satai dan gulai ini memiliki sejarah menarik. Penasaran? Yuk simak!

Dibawa oleh Budaya Luar

Ditulis CNN (30/8/2016), pedagang Arab dan Indialah yang kali pertama mengenalkan banyak hidangan berbahan kambing dan domba pada abad ke-18 hingga 19. Asal kamu tahu, Millens, dua daging tersebut merupakan bahan makanan yang menjadi favorit di negara mereka.

"Mereka datang ke dengan memperkenalkan ragam hidangan kambing dan domba. Itu memang makanan favorit mereka," kata Pengamat Kuliner Arie Parikesit dalam acara Bango Ajak Lestarikan Warisan Kuliner Nusantara dengan Sajian Tongseng di Iduladha di Oasis Hermitagee Restaurant, Jakarta, pada Selasa (30/8/2016).

Daging kambing yang kemudian populer di Nusantara kemudian diolah menjadi satai. Eits, di Arab juga ada satai, lo. Bedanya, satai di Arab cenderung kering sementara satai kambing di Indonesia berbumbu.

Dalam mengolah satai ini, bagian jeroan yang nggak terpakai beserta tulang diolah menjadi gulai. Agar tambah mantap, gulai dibumbui rempah dan santan. Bersama satai, gulai mulai populer di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Kepopuleran ini nggak lepas dari banyaknya orang Arab dan India yang tinggal di sana.

Metode Pembuatan Tongseng

Monumen Sate Tongseng yang ada di Klego, Boyolali. (Swaragama FM)

Rupanya, rasa tongseng yang cenderung manis ada penyebabnya. Saat itu, pembangunan pabrik gula pasir dan merah mulai bermunculan di selatan Jawa. Begitu pula dengan pabrik kecap manis. Kemudian warga lokal mulai mengkreasikan bumbu baru yang terasa akrab di lidah.

Bumbu terpilih ditumis bersama daging kambing dan kuah gulai. Begitulah tongseng lahir. Eits, itu belum selesai. Agar menciptakan sensasi berbeda, ditambahkanlah tomat potong dan kubis. Kedua sayur ini memberi keseimbangan dan kesegaran pada tongseng.

Karena begitu lezat, olahan kambing yang tadinya bukan hal umum di Nusantara justru diminati. Sayangnya, orang-orang lokal masih belum bisa meningkatkan kualitas ternak kambing sehingga dirajai orang Arab dan India. Jadi, orang Nusantara andil dalam meracik bumbu, sementara Arab dan India menyediakan daging berkualitas. Mantap!

O ya, ada dua metode utama untuk memasak tongseng, yaitu rebus dan tumis. Metode rebus ini yang mengawali pembuatan gulai, kemudian baru dilanjut tumis. Jadi, orang harus membuat gulai terlebih dahulu jika pengin menikmati tongseng. Uniknya, kuah gulai ini dimasukkan pada urutan terakhir.

Tongseng Lahir di Boyolali

Tongseng sendiri dipercaya ditemukan di Klego, Boyolali. Dulu banyak warga yang berprofesi sebagai petani, namun belum dapat mencukupi kebutuhan. Akhirnya mereka beralih profesi menjadi penjual tongseng dan satai. Bahkan sekarang ada Patung Sate Tongseng yang menjadi kebanggaan masyarakat Klego.

Kini banyak sekali tongseng yang dimodifikasi sesuai daerah masing-masing. Di setiap daerah hadir tongseng dengan bahan utama ayam, sapi, hingga jamur.

Modifikasi ini bikin kita punya pilihan kuliner di Indonesia, terlebih lagi untuk orang yang gemar makan. Senang deh, jadi nggak cepet bosan makan tongseng ya, Millens! (Kharisma Ghana Tawakal/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024