BerandaTradisinesia
Sabtu, 22 Jul 2022 12:11

Temanten Kucing di Tulungagung, Dari Ritual Memanggil Hujan hingga Pertunjukkan Kesenian

Manten kucing masih bisa dijumpai di Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, Tulungagung. (Etnis)

Saat hujan nggak kunjung turun, masyarakat Desa Pelem Tulungagung akan menggelar temanten kucing. Acara ini semakin meriah dengan banyaknya pertunjukkan seni.

Inibaru.id – Di Tulungagung, Jawa Timur, ada ritual manten kucing alias pernikahan kucing. Tujuannya bukan untuk membuat kucing tersebut memiliki keturunan, melainkan untuk meminta hujan.

Tradisi tersebut ada di Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, saat kemarau panjang melanda. Musim kemarau membuat masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan bercocok tanam. Ya, 70 persen penduduk desa tersebut adalah petani yang membutuhkan air untuk sawahnya.

Prosesi Temanten Kucing

Prosesi temanten kucing dimulai dengan memandikan dua ekor kucing berjenis condromowo. Selain harus berbeda jenis kelamin, kucing juga harus berasal dari dukuh yang berbeda. Mereka dimandikan di sumber air yang ada di Bukit Coban Kromo. Lokasi bukit itu dikeramatkan warga karena dianggap sebagai tempat para arwah pendiri desa tersebut bersemayam.

Setelah dimandikan, warga lalu mengarak kucing menuju mata air di Coban Kromo. Kucing-kucing ini digendong oleh laki-laki dan perempuan yang mengenakan jarik. Acara ini semakin semarak karena pengantin kucing diiringi oleh kesenian desa.

Sesampainya di dekat mata air, sesepuh desa akan memanjatkan doa. Setelah itu, kepala desa setempat memandikan kucing dengan air yang sudah dicampur dengan kembang setaman.

Nggak cukup dimandikan, kucing-kucing ini kemudian kembali diarak. Mereka bakal ditempatkan di pelaminan lengkap dengan ubarampe atau sesajian seperti halnya pasangan yang menikah. Pengantin kucing lalu dipangku oleh perempuan dan laki-laki yang mengenakan pakaian pengantin.

Dua kucing harus dibopong oleh laki-laki dan perempuan dengan pakaian pengantin. (Radar Tulungagung)

Sesepuh desa kemudian kembali membacakan ujub atau doa dalam Bahasa Jawa. Nah, Tradisi ini diakhiri dengan ritual Tiban atau tarian yang dilakukan oleh dua orang laki-laki yang saling mencambuk dengan lidi aren satu sama lain.

Ada  Sejak 1926

Ritual manten kucing ini sudah ada sejak 1926. Kala itu, Desa Palem dilanda kemarau panjang sehingga banyak warga yang gagal panen. Nggak mau kondisi desa semakin parah, Eyang Sangkrah yang merupakan sesepuh desa tersebut memandikan sepasang kucing di sumber air Coban Kromo. Nggak lama kemudian, hujan turun.

Penduduk desa pun akhirnya mengikuti langkah ini pada tahun-tahun berikutnya. Tapi, prosesi yang dulu disebut sebagai ngedus kucing alias memandikan kucing ini sangat sederhana karena hanya sebatas memandikan hewan berbulu menggemaskan tersebut.

Semua berubah tatkala Demang Sutomedjo yang merupakan keturunan dari Eyang Sangkrah mendapatkan wangsit lewat mimpi. Demang yang saat itu menjabat sebagai kepala desa diminta untuk melakukan ritual ngedus kucing dengan sejumlah ritual khusus jika ingin menghentikan kemarau panjang.

Ajang Berkumpulnya Warga

Tradisi unik ini awalnya merupakan sarana memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar segera menurunkan hujan. Namun, seiring berjalannya waktu, temanten kucing menjadi momentum para warga untuk berkumpul dan berbagi kebahagian.

Bagaimana tidak, saat acara ini berlangsung, masyarakat berkumpul, menikmati kesenian, mencicipi makanan dan saling bercengkerama dengan hangat. Mereka berkumpul di suatu tempat menikmati kesenian Langen Tayub dan Tiban yang menjadi salah satu pertunjukkan dalam acara temanten kucing.

Hm, jadi tertarik melihat ritual temanten kucing di Tulungagung? Saat dirias layaknya pengantin apakah si kucing tetap lucu dan menggemaskan, ya? (Gnfi,Dis/IB09/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: