BerandaTradisinesia
Selasa, 16 Jun 2025 14:01

Sinoman, Jantung Gotong Royong yang Bertahan di Tengah Gempuran Modernisasi

Tradisi sinoman yang dilakukan saat hajatan. (Wukirsari.bantulkab)

Seiring dengan semakin banyaknya wedding organizer atau layanan katering, tradisi sinoman pun semakin jarang hadir di acara hajatan. Tapi, apakah tradisi ini masih mampu bertahan di kawasan pedesaan?

Inibaru.id – Kalau kamu pernah datang ke hajatan di pedesaan Jawa Tengah, pasti pernah melihat segerombolan pemuda-pemudi yang rapi mengenakan seragam, sigap membagikan makanan, minuman, hingga mencuci piring tanpa disuruh. Yang mereka lakukan itu adalah tradisi Jawa bernama sinoman.

Di Kabupaten Semarang, tradisi ini masih bertahan meski mulai pudar dan digantikan dengan layanan wedding organizer (WO) atau katering. Padahal, banyak sekali nilai luhur yang bisa didapatkan dari tradisi ini.

Sejarah dan makna tradisi sinoman

Meski belum bisa dipastikan kebenarannya, sejumlah pihak meyakini sinoman sudah eksis sejak berabad-abad silam. Dalam bahasa Jawa, “sinoman” artinya “para pemuda”. Makanya, yang melakoni aktivitas ini biasanya adalah para pemuda-pemudi yang tergabung dalam Karang Taruna setempat.

Sinoman biasanya dilakukan saat ada acara penting seperti pernikahan, khitanan, atau acara tahlilan. Prinsipnya sukarela. Tapi biasanya tuan rumah memberi imbalan berupa makanan, minuman, atau rokok.

Meski nggak bernilai rupiah, nilai sosialnya luar biasa besar. Di kegiatan inilah, para pemuda bisa saling berinteraksi, hingga menjalankan silaturahmi dengan keluarga atau tetangga yang belum tentu bisa dilakukan setiap hari.

Sinoman di era modern: bertahan atau meredup?

Nggak hanya pemuda, orang dewasa juga banyak yang melakukan sinoman. (Inamedia)

Sayangnya, nggak bisa dipungkiri, partisipasi generasi Z untuk melakukan aktivitas ini mulai menurun. Selain karena kesibukan di dunia sekolah atau dunia kerja, arus urbanisasi, hingga semakin beragamnya layanan untuk mengadakan hajatan membuat sinoman nggak lagi benar-benar diperlukan. Padahal, tanpa keberadaan sinoman, hajatan jadi kehilangan “gedengremboko” alias nuansa kekeluargaannya.

Untungnya, beberapa pemuda seperti Rangga yang tinggal di Desa Candigaron, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang mengaku masih dengan senang hati diminta untuk melakukannya.

“Saya bangga bisa ‘nyinom’ di hajatan salah seorang paman saya waktu libur kuliah kemarin. Sambil memakai seragam karang taruna bareng teman-teman, bisa saling bercanda atau sharing apa pun seharian,” ungkap laki-laki berusia 21 tahun itu pada Rabu (11/6/2025).

Lebih dari itu, dia juga bisa mengenal tetangga atau keluarga yang jarang dia sapa semacam ini.

“Sering disapa bapak-bapak atau ibu-ibu lalu mereka cerita kalau mereka masih punya kaitan keluarga dengan saya. Jadi mengenal mereka akhirnya,” lanjutnya.

Nggak bisa dipungkiri, sinoman memang semakin jarang dilakukan. Tapi, bukan berarti, kearifan lokal yang satu ini masih bisa ditemukan di kawasan pedesaan. Jadi, kalau kamu kebetulan hadir di hajatan yang masih memakai tradisi ini, beruntung banget masih bisa jadi saksi hidupnya, Millens. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: