BerandaTradisinesia
Selasa, 15 Mei 2023 14:00

Serunya Mengenalkan Dolanan Tradisional ke Generasi Alfa

Anak-anak diperkenalkan dengan permainan engklek atau sundamanda. (Inibaru.id/ Siti Khatijah)

Mengenalkan dolanan tradisional ke TK Pertiwi 34 di Gunungpati, Kota Semarang, Komunitas Kampoeng Hompimpa disambut antusias para generasi alfa yang kebanyakan nggak pernah lepas dari gawai ini.

Inibaru.id - Askana Sakhi Putri Arifin bergerak energetik di tengah terik mentari siang itu. Setelah bermain tali, dia segera beralih ke enggrang, lalu engklek dan bakiak. Gadis kecil berjilbab ini bahkan enggan berhenti kendati para guru pendamping sudah menyuruh semua siswa beristirahat.

Sakhi, begitu dia biasa disapa, tampak begitu antusias memainkan pelbagai dolanan tradisional yang dihadirkan Komunitas Kampoeng Hompimpa ke TK Pertiwi 34 Patemon, Kecamatan Gunungpati Semarang pada Jumat (12/5/2023) pagi itu. Di antara puluhan temannya, menurut saya, dia jadi salah satu yang paling heboh.

"Pengalaman baru yang menyenangkan!" serunya dengan wajah penuh peluh saat saya tanya nggak lama setelah permainan benar-benar usai.

Hal serupa juga dilakukan Sulthan Diaz Alfarezi. Nggak hanya di sekolah, orang tua dari bocah yang akrab dipanggil Diaz itu bahkan mengatakan bahwa anaknya masih terus membahas dolanan-dolanan zadul tersebut sesampainya dia di rumah.

Meski cuaca sangat panas, anak-anak tetap antusias memainkan beberapa permainan tradisional. (Inibaru.id/ Siti Khatijah)

Bagi anak yang terlahir pada kisaran 2016-2017 seperti Sakhi dan Diaz, yang umum disebut "generasi alfa", permainan tradisional seperti gobak sodor, bakiak, dan enggrang adalah hal asing bagi mereka. Berkurangnya tanah lapang dan banyaknya alternatif gim modern membuat dolanan yang kebanyakan dimainkan berkelompok ini telah kehilangan pamornya.

Merasa resah dengan kondisi tersebut, sekumpulan anak muda pencinta permainan tradisional ini pun membentuk Komunitas Kampoeng Hompimpa, yang salah satu programnya adalah "Hompimpa ke Sekolah (HKS)".

Melalui program HKS, mereka menyambangi sekolah untuk memperkenalkan permainan tradisional lengkap dengan aturan mainnya, salah satunya TK Pertiwi 34. Bertempat di lapangan kelurahan di samping sekolah, puluhan siswa yang dibagi menjadi lima kelompok itu pun dipersilakan memainkan dolanan-dolanan tersebut secara bergiliran.

Awal-awal disodori dolanan, anak-anak justru kebingungan. Meski terlihat antusias, mereka tampak ragu memainkannya. Mereka baru berani memainkannya setelah mendengarkan instruksi dari para anggota komunitas yang kebanyakan masih berstatus mahasiswa tersebut.

Mengajarkan Banyak Hal

Gasing, salah satu permainan yang mendapat banyak perhatian dari anak-anak. (Inibaru.id/ Siti Khatijah)

Sehari memperkenalkan permainan tradisional kepada generasi yang sudah biasa pakai internet dan gawai sejak lahir tentu saja nggak akan cukup. Sedikit informasi, negeri ini punya setidaknya 2.000 permainan tradisional warisan leluhur. Jadi, terlalu muluk-muluk jika berharap mereka bisa memahaminya dalam waktu singkat.

Namun, apa yang dilakukan Kampoeng Hompimpa tersebut adalah langkah yang patut mendapat apresiasi. Dengan menyambangi sekolah, setidaknya para gen alfa itu tahu bahwa negeri ini memiliki beragam permainan yang seru dan mengajarkan beragam nilai positif.

Menurut Koordinator HKS Nur Muhammad Sidiq, permainan tradisional memberikan banyak manfaat untuk anak. Dengan memainkan dolanan-dolanan tersebut, anak dituntut untuk bisa bekerja sama, mengatur strategi, berkonsentrasi, dan tangkas.

“Kita belajar banyak, lo. Misal, permainan bakiak mengajarkan kerja sama tim dan atur strategi. Terus, permainan gobak sodor mengharuskan kita berkonsentrasi dan tangkas,” terangnya.

Proses Belajar yang Berkesan

Menghadirkan Komunitas Kampoeng Hompimpa memberikan pembelajaran yang berkesan bagi anak-anak. (Inibaru.id/ Siti Khatijah)

Kunjungan Komunitas Kampoeng Hompimpa ke TK Petiwi 34 ini tentunya membawa keseruan tersendiri bagi anak-anak. Hampir setiap hari belajar di dalam kelas, pihak sekolah nggak ingin peserta didiknya merasakan kebosanan.

“Oleh karena itu, kami meminta Komunitas Kampoeng Hompimpa sebagai praktisi memperkenalkan secara langsung kepada anak-anak tentang permainan tradisional,” kata Kepala Sekolah TK Pertiwi 34 Siti Purwanti yang saya temui seusai kegiatan.

Ya, seperti harapan kepala sekolah, anak-anak memang tampak terkesan pada hari itu. Mereka rehat sejenak dari belajar membaca dan berhitung, diganti dengan belajar bermain permainan tradisional. Sayangnya, permainan itu hanya berlangsung sehari.

Raut kecewa terpancar di wajah anak-anak begitu kegiatan usai. Nggak hanya mereka, saya dan para guru yang agaknya juga turut bernostalgia dengan permainan-permainan masa kecil kami ini pun merasa kehilangan. Ha-ha.

Beruntung sekali ada Komunitas Kampoeng Hompimpa dan sekolah-sekolah yang menyadari pentingnya nguri-uri nilai budaya masyarakat via permainan tradisional. Selama ada mereka, dolanan tradisional agaknya tetap akan menjadi permainan seru untuk generasi alfa, ya? (Siti Khatijah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: