Inibaru.id – “Baju baru Alhamdulillah”. Petikan lirik lagu ini pasti bakal kamu dengar menjelang Lebaran alias Hari Raya Idulfitri. Di Indonesia, Lebaran memang seperti harus dirayakan dengan baju baru. Padahal, sebenarnya nggak ada orang atau aturan yang mewajibkannya, lo.
Beberapa minggu sebelum Lebaran, berbagai pusat perbelanjaan baik itu pasar tradisional ataupun pasar swalayan modern bakal dipenuhi dengan warga yang mencari baju baru. Di masa itu pula, banyak pakaian yang didiskon atau dijual dengan promo khusus. Kabarnya, salah satu faktor yang menyebabkan adanya Tunjangan Hari Raya (THR) bagi para pekerja di Tanah Air adalah karena adanya kebutuhan membeli baju baru ini.
Menariknya, kebiasaan memakai baju baru saat Lebaran ini ternyata sudah ada sejak masa penjajahan Belanda, lo. Hal ini sampai dicatat oleh Penasihat Urusan Pribumi untuk Pemerintah Kolonial Hindia Belanda Snouck Hurgronje.
“Di mana-mana, perayaan pesta ini disertai hidangan makan khusus, saling bertandang yang dilakukan oleh kaum kerabat dan kenalan, pembelian pakaian baru, serta berbagai bentuk hiburan yang menggembirakan,” tulis Hurgronje dalam surat berjudul Nasihat-nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1936 Jilid IV.
Hurgronje juga menulis di buku berjudul Islam di Hindia Belanda. Kalau di sini, dia menyebut adanya kebiasaan masyarakat pribumi untuk saling bertamu saat Idulfitri dengan pakaian serba baru. Dia bahkan sampai menyamakan kemeriahannya dengan perayaan tahun baru di Eropa.
Nggak cuma catatan dari bule kolonial, ada juga catatan dari orang Nusantara asli, tepatnya di buku Sejarah Nasional Indonesia yang ditulis Marwati Djoenoed Poesponegoro serta Nugroho Notosusanto. Di sini, disebutkan bahwa tradisi ini bahkan sudah dimulai sejak 1596! Tepatnya di Kesultanan Banten.
Di masa itu, masyarakat penduduk Banten yang mayoritas beragama Islam sibuk menyiapkan baju baru jelang Idulfitri. Kalau masyarakat biasa, bakal menjahitnya sendiri, sementara dari kalangan keluarga kerajaan yang lebih kaya, bisa membelinya.
Tradisi ini kemudian diikuti masyarakat Kerajaan Mataram Islam. Ada yang membelinya, ada pula yang menjahitnya sendiri. Yang penting, pas Lebaran ada baju baru, Millens.
Konon, pada masa Kerajaan Mataram Islam pula, tradisi melakukan takbir keliling dengan obor di malam Lebaran dan memukul bedug dimulai. Tradisi ini kemudian bertahan hingga sekarang.
Kalau kamu, apakah juga masih harus memakai baju baru saat Lebaran, Millens? (Ban, Kom/IB09/E05)