BerandaTradisinesia
Rabu, 11 Jan 2022 18:10

Sejak Kapan Budaya Ngamplop saat Kondangan Dikenal Orang Indonesia?

Budaya ngamplop saat kondangan dikenal di hampir seluruh Indonesia (Fin)

Kalau ada hajatan seperti pernikahan atau khitan, kita terbiasa ngamplop saat kondangan. Nah, sebenarnya, sejak kapan ya budaya ngamplop ini dikenal orang Indonesia?

Inibaru.id – Ngamplop saat kondangan seakan menjadi sebuah budaya tak tertulis yang dilakukan masyarakat Indonesia. Uniknya, ada yang memberi nama pada amplop tersebut meski ada pula yang memilih untuk merahasiakannya. Nah, kira-kira, sejak kapan sih budaya ngamplop saat kondangan ini kita lakukan?

Ternyata, kebiasaan memberikan amplop ini berawal dari tradisi “nyumbang” yang berasal dari nenek moyang bangsa Indonesia. Di Jawa, misalnya, dulu, sebelum kita mengenal ngamplop, masyarakat akan memberikan bahan makanan layaknya beras, gula, telur, mi instan, dan berbagai bahan makanan lainnya untuk membantu keluarga yang sedang hajatan.

Nah, apapun benda yang diberikan, akan dicatat oleh tuan rumah. Lalu, orang-orang yang memberikan bahan makanan ini akan diberi “berkat”, bingkisan yang isinya berbagai macam makanan.

Nah, mengingat bahan makanan terkadang cukup berat dan ribet, orang Indonesia pun mulai menggantinya dengan uang yang dibungkus amplop. Toh, niatnya juga sama-sama membantu. Meski begitu, masih ada kok orang-orang yang melakukan tradisi “nyumbang” bahan makanan hingga sekarang.

Selain nyumbang atau ngamplop, masyarakat Indonesia mengenal "rewang" atau saling membantu persiapan acara hajatan. (Youtube/Global Print)

Kok bisa ya, ada satu keluarga yang hajatan, tetangga atau keluarga lainnya “nyumbang”gitu? Ternyata hal ini dipengaruhi oleh budaya kearifan lokal yang sangat lekat dengan kita, gotong-royong. Orang Indonesia yang dikenal rukun percaya bahwa jika ada satu keluarga bahagia atau berduka, maka orang-orang sekitarnya akan ikut merasakannya.

Selain dengan memberikan materi berupa bahan makanan atau uang, sumbangan juga bisa berupa tenaga seperti membantu persiapan acara hajatan.

Seiring dengan waktu, tradisi ngamplop yang awalnya hanyalah untuk membantu berubah menjadi semacam keharusan yang tak tertulis. Sebagai contoh, jika ada acara pernikahan, bahkan sudah ada kotak sumbangan di pintu masuk acara hajatan. Selain itu, keluarga dekat biasanya akan memberikan uang dalam jumlah besar di amplop.

Uniknya, di sejumlah daerah, ada masyarakat yang sengaja menuliskan nama di amplopnya. Tujuannya, agar si pemilik hajatan mengembalikan dengan jumlah yang sama saat keluarga si penyumbang bergantian menggelar hajatan. Di Jawa, istilah ini dikenal dengan “mbalekne sumbangan” yang artinya adalah mengembalikan sumbangan.

Kalau kamu, lebih suka ngamplop saat kondangan atau memberikan kado saja, nih, Millens? (Hip/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024