BerandaTradisinesia
Minggu, 18 Mei 2024 17:00

Sandar-menyandar Menyangga Tradisi Sedekah Bumi di Desa Bancak

Gunungan hasil panen ikut diarak keliling desa Bancak. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Bersama-sama, warga Desa Bancak, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati sandar-menyandar menyangga tradisi sedekah bumi yang selalu digelar saban tahun.

Inibaru.id - Bersih-bersih desa menjadi salah satu tradisi di Jawa yang masih lestari hingga kini. Di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tradisi tersebut acap disebut kabumi atau sedekah bumi, yang biasa digelar saat-saat ini.

Salah satu desa yang terkenal dengan kemeriahan acara sedekah buminya adalah Desa Bancak. Akhir pekan lalu, tepatnya pada Sabtu (12/5/2024), desa yang masuk wilayah Kecamatan Gunungwungkal itu kembali menggelar rangkaian tradisi sedekah bumi dengan acara utama berupa karnaval keliling desa.

Sedekah bumi di Desa Bancak digelar dalam sejumlah rangkaian acara, dengan karnaval warga sebagai puncaknya. Para pesertanya adalah perwakilan dari masing-masing RT. Warga RT 6 RW 2, misalnya, memilih menampilkan kesenian perkusi Tong Tek.

"Kami sengaja mendatangkan (rombongan kesenian tong tek) dari luar desa," tutur Chandra Anggyetta Pramesti, salah seorang warga di RT tersebut kepada Inibaru.id.

Menampilkan Berbagai Kesenian

Kemeriahan RT 6 RW 2 Desa Bancak dalam karnaval sedekah bumi di desanya. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Karnaval sedekah bumi menjadi acara tahunan yang paling ditunggu warga Desa Bancak karena selalu menampilkan bermacam-macam kesenian. Untuk tahun ini, sejumlah kesenian yang ditampilkan di antaranya tong tek, drum band, barongan, barongsai, dan liang liong.

Menjelang karnaval, hampir seluruh warga desa sibuk mempersiapkan karnaval, nggak terkecuali para penghuni RT 6. Chandra yang juga menjadi salah seorang peserta karnaval mengatakan, RT-nya mengirimkan 80 peserta, terdiri atas 50 anggota tong tek dan 30 pengiringnya.

Acara karnaval dimulai selepas tengah hari. Namun, Chandra dkk sudah melakukan persiapan akhir sejak pagi. Sekitar pukul 09.00 WIB, dia dan para peserta lain telah sibuk memoles diri, memakai mekap dan mengenakan kostum untuk arak-arakan.

"Untuk kostum kami beli kaus sendiri, sementara (peserta) anak-anak mengenakan kebaya yang dipinjam dari tetangga," kata dia.

Disokong Seluruh Warga

Selain rombongan gunungan serta kesenian, kades dan sejumlah perangkat desa juga turut berarak keliling desa dengan mengendarai delman. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Demi kelancaran karnaval, warga Desa Bancak memang nggak segan merogoh kocek cukup dalam dari kantong pribadi mereka. Munfatimah, salah seorang penduduk setempat mengaku, tahun ini RT-nya telah menggelontorkan dana jutaan rupiah untuk memeriahkan acara tersebut.

"RT kami menyewa kelompok tong tek juga tahun ini; dengan biaya Rp 4,5 juta," terang perempuan yang akrab disapa Fatim tersebut. "Kami iuran Rp 200 ribu per keluarga untuk bayar kelompok tong tek plus konsumsi."

Selain untuk keperluan karnaval, dia melanjutkan, warga juga iuran untuk menanggap wayang yang wajib ada saat sedekah desa, minimal Rp100 ribu per keluarga. Terus, ada juga iuran untuk pembelian kerbau. Masing-masing dimintai RT Rp1,6 juta.

"Sehari sebelum sedekah bumi ada ritus penyembelihan kerbau. Nah, setelah disembelih, dagingnya dibagikan untuk warga desa," terang perempuan 23 tahun ini.

Menurut Fatim, warga Desa Bancak memperlakukan tradisi sedekah bumi ini sebagai sebuah pesta perayaan sebagai bentuk syukur, karenanya mereka sukarela mengeluarkan uang cukup besar. Dengan melestarikan perayaan ini, warga berharap desa mereka tetap aman dan nyaman untuk ditinggali.

"(Sedekah bumi) ini semacam momen refleksi bagi kami untuk bersyukur atas rezeki dari hasil tani dan kebun di desa kami; dengan harapan, desa kami selalu adem, ayem, dan tentrem," pungkasnya.

Seperti namanya, sedekah bumi adalah wujud terima kasih karena telah diberi kemakmuran, kesehatan, dan segala kebaikan lainnya. Jadi, rangkaian tradisi sedekah bumi ini bukan semata mencari panggung hiburan, lo! (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

3 Cara Pemkot Semarang Antisipasi Kecelakaan di Tanjakan Silayur

28 Feb 2025

Diskon Listrik Prabayar Berakhir Hari Ini, Akankah Sisa Token Hangus?

28 Feb 2025

Menembus Kemacetan demi Kuliner Legendaris Semarang: Sate Ayam Jembatan Mrican

28 Feb 2025

Benarkah Jepang Butuh Tenaga Kerja dari Indonesia?

28 Feb 2025

BRIN: Ada Potensi Awal Puasa 2025 Berbeda, Tapi Lebaran Bersama

28 Feb 2025

Optimalisasi Fungsi Sosial Tanah, Warga Terima Sertifikat Konsolidasi

28 Feb 2025

Mencegah Anak Menjadi 'People Pleaser', Ajarkan Batasan Sejak Dini

28 Feb 2025

Sah; 1 Ramadan 1446 H Mulai Sabtu, 1 Maret 2025!

28 Feb 2025

Kerajinan Rebana di Demak; Menjaga Tradisi sembari Terus Berinovasi

1 Mar 2025

Menanti Aksi Pemerintah setelah Raksasa Tekstil Sritex Resmi Ditutup Hari Ini

1 Mar 2025

Dari Mana Asal Nama Stasiun Lempuyangan Yogyakarta?

1 Mar 2025

Carmen Hearts2Hearts Lakukan Gestur 'Permisi', Bikin Heboh Publik Korea

1 Mar 2025

Usai Diskon Listrik Selesai, Apakah Tarif Listrik Per Maret 2025 Naik?

1 Mar 2025

Ramadan, Momen Mengajarkan Anak Makan Secukupnya dan Menahan Diri

1 Mar 2025

Kemenkes Dorong Budaya Kerja Berintegritas melalui Spirit Ramadan

1 Mar 2025

Alquran-Alquran Raksasa di Masjid Baitul Quran KH Muntaha Al Hafidz Wonosobo

2 Mar 2025

Menguak Segarayasa, Danau Buatan Keraton Plered yang Kini Nggak Berbekas

2 Mar 2025

Takjil Sempurna, Ini Tips Memilih Kurma Tanpa Gula Tambahan

2 Mar 2025

Mengagumi Kecantikan Candi Morangan yang Tersisa

2 Mar 2025

Puasa sebagai Cara Menghindari Stres; Manfaat Spiritual dan Kesehatan

2 Mar 2025