BerandaTradisinesia
Rabu, 19 Des 2017 06:19

Pesta Syukur Suku Jerieng di Bumi Sejiran Setason

Pesta adat Suku Jerieng. (visitbangkabelitung.com)

Pesta adat Suku Jerieng di Bangka sempat terhenti setelah ratusan tahun rutin dilaksanakan. Sejak 2004, pesta itu dilaksanakan kembali tanpa absen.

Inibaru.id – Pernah dengar nama Suku Jerieng? Masih asing nama itu? Baiklah, cek ya.

Suku Jerieng merupakan masyarakat adat di dekat Taman Wisata Alam Jering Menduyung. Mereka menggelar pesta adat ini tiap tahun. Pesta suku besar di Pulau Bangka ini jadi ikhtiar untuk bersyukur atas keselamatan dan kesejahteraan warga dalam satu tahun, sekaligus memohon keberkahan untuk tahun berikutnya.

Perlu kamu tahu, Suku Jerieng dikenal sebagai suku yang memanfaatkan tumbuhan dan hewan dari hutan mangrove dan hutan dataran rendah di sekitar permukiman. Mereka meramu buah-buahan liar yang edibel (dapat dimakan) di dekat Taman Wisata Alam Jering Menduyung.

Oya, ihwal pesta adat tahunan, kini mereka sedang mempersiapkannya untuk perayaan tahun ini. Dikutip dari Tempo.co (17/12/2017), aneka ritus adat kampung, keagamaan, dan berbagai kegiatan kesenian Suku Jerieng akan berlangsung di Desa Kundi, Kecamatan Simpangteritip di Pulau Bangka. Waktu pelaksanaan tradisi yang diberi nama Pesta Adat Suku Jerieng itu akan ditentukan oleh para tokoh adat Lembaga Adat Melayu Jerieng.

"Kami harapkan tradisi seperti ini dapat dipertahankan, dikembangkan dan ditingkatkan sebagai bentuk keragaman budaya di bumi Sejiran Setason yang pada akhirnya akan menyedot wisatawan datang," kata Wakil Bupati Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Markus (17 Desember 2017).

Baca juga:
Selamatan Padi Orang Baduy, Doa, dan Pelestarian Angklung
Jaran Goyang, Santet Asmara Orang Osing

Asal Mula Upacara Adat

Tahukah Millens, pesta atau upacara adat Suku Jerieng itu punya sejarah dari masa lalu. Laman visitbangkabelitung.com yang mengutip Dishubparinfokom Bangka Barat menulis catatan mengenai hal tersebut.

Berdasar cerita,  sekitar tahun 1750, ada seorang berilmu tinggi meminta izin kepada Peri Bukit Penyabung untuk membangun sebuah rumah di daerah Jerieng. Penunggu Bukit Peyabung mengizinkan dengan syarat setiap bulan Muharam harus membawa sesaji ke bukit tersebut. Ringkas cerita, Kek Adung, nama orang tersebut, membawa sesaji ke Bukit Penyabung dan merayakannya yang di pusatkan di Pelangas.

Setelah itu, ritus itu dilaksanakan setiap tahun sampai Kek Adung wafat dan dilanjutkan oleh Kek Weng sampai sekitar 1900-an dan diteruskan oleh Kek Fit hingga 1920-an. Perayaan dilanjutkan Kek Imam sampai 1945, digantikan ke Kek Pot sekitar 1950-an, lalu diteruskan oleh Kek Deramen 1966-an dan tahun 1966-an sampai tahun 1998 Ketua Adat dipegang oleh Kek Gebel.

Sempat Terhenti

Setelah Kek Gebel wafat tahun 1998 maka terhentilah kegiatan upacara ritual adat yang ratusan tahun dilaksanakan.

Kemudian ketika lembaga Adat Melayu Jerieng diresmikan 24 Oktober 2004 oleh ketua Adat Negeri Serumpun Sebalai Datuk H Romawi Latif, dengan Ketua Harian Rdo. Sri Sandi Buman maka perayaan kembali dilaksanakan dengan cara dan keyakinan yang berbeda. Jika ritus adat pada periode sebelumnya dilaksanakan di puncak gunung dengan membawa sesaji dan perayaan di Balai Adat, namun periode ini hanya dilaksanakan di Balai Adat dengan ritus penyembelihan hewan berkaki empat.

Baca juga:
Mengenang Husein, Mengarak Tabot
Ngerebeg, Riasan Seram untuk Membersihkan Jiwa

Ritus ini dimaksudkan perayaan syukur masyarakat atas limpahan rizki dari Sang Pencipta. Lembaga Adat Melayu Jerieng bekerja sama dengan Pemerintah Desa Pelanggas pada saat pelaksanaan pesta Adat memberikan gelar adat “Radindo (Rdo)” kepada tokoh yang dianggap berjasa.

Nah, tradisi itu selain sebagai bagian adat Suku Jerieng, juga bisa menjadi daya tarik wisata. Itu juga yang diharapkan Markus, Wakil Bupati Bangka Barat. (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: