inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Ngerebeg, Riasan Seram untuk Membersihkan Jiwa
Jumat, 8 Des 2017 00:06
Bagikan:
Sembahyang sebelum pelaksanaan Ngerebeg di Tegallalang, Gianyar, Bali, Rabu (6/12/2017). (Agung Bayu/Bali Express)

Sembahyang sebelum pelaksanaan Ngerebeg di Tegallalang, Gianyar, Bali, Rabu (6/12/2017). (Agung Bayu/Bali Express)

Tradisi turun-menurun ini dilakukan setiap enam bulan sekali. Para peserta merias diri menjadi sosok-sosok menyeramkan. Ini ritual yang jadi sajian wisata eksotis.

Inibaru.id – Beberapa waktu berselang, Bali dirundung “derita” seturut erupsi Gunung Agung. Bahkan, saat status “Awas” diterapkan untuk gunung tersebut, Bandara I Gusti Ngurah Rai sempat ditutup beberapa hari. Arus wisatawan terganggu sehingga saat itu dihitung kerugian secara material per harinya mencapai Rp 250 miliar.

Tapi Bali nggak pernah kehilangan pesonanya. Nggak hanya alam, tradisi dan pelbagai ritusnya selalu menjadi magnet wisatawan untuk datang.

Yang terbaru adalah Tradisi Ngerebeg di Desa Tegalalang, Ubud, Gianyar, Bali, Rabu (6/12/2017). Antaranews menulis, wisatawan mancanegara dari belasan negara antusias banget menyaksikan pelaksanaan Tradisi Ngerebeg.

Ini tradisi turun-menurun di Desa Pakraman Tegallalang. Perlu kamu ketahui, Sobat Millens, dalam tradisi tersebut, ratusan warga berkeliling wilayah desa dengan rias wajah warna-warni menyerupai makhluk menyeramkan. Nggak hanya orang dewasa, sejumlah anak terlihat juga mengikuti tradisi yang rutin dilaksanakan setiap enam bulan sekali tersebut.

Peserta Tradisi Ngerebeg juga membawa berbagai hiasan seperti pelepah janur dan penjor. Selain itu, sejumlah pemuda juga memainkan musik tradisional Bali, gamelan Baleganjur, yang menambah meriah suasana Tradisi Ngerebeg.

Baca juga:
Raja pun Menanak Nasi
Berebut Berkah dalam Kirab Ancak Agung

Tradisi Ngerebeg diselenggarakan sehari sebelum piodalan di Pura Duur Bingin, Desa Tegallalang.

"Ritual Ngerebeg ini merupakan tradisi yang diwarisi secara turun-menurun dan selalu dilaksanakan sehari menjelang puncak karya piodalan di Pura Duur Bingin, Desa Pakraman Tegalalang yang jatuh enam bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali-Red) pada Wraspati Umanis Pahang," kata Bendesa Adat I Made Jaya Kusuma, Bendesa Pekraman Tegallalang, Rabu (16/3/2016).

Yang paling menonjol dari tradisi ini adalah riasan seram pesertanya. Dengan riasan menyeramkan itu, mereka jalan kaki keliling desa, sambil membawa berbagai hiasan dan pelepah busung (janur) dan pelepah daun jaka (aren), juga lelontek, kober (bendera sakral), dan penjor.

Jaya Kusuma bilang, prosesi ritual Ngerebeg bermakna membersihkan pikiran dalam bhuwana alit (tubuh manusia) dan bhuwana agung (alam semesta) secara niskala.

Oya, sebelum prosesi dilakukan, terlebih dahulu ada penghaturan sesaji Paica Gede dan Paica Alit di halaman Pura Duur Bingin. Setelah itu, barulah peserta Ngerebeg berkeliling desa.

Baca juga:
Ini Dia 19 jenis Ulos Batak Toba
Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Nusantara (1): Dari Talam Buah, Pohon Uang, dan Rebutan Julung-Julung

Pada saat bersamaan, kalangan krama dewasa menghaturkan sesaji di setiap pura dan setra (kuburan) yang dilewati dalam prosesi Ngerebeg. Setelah keliling desa dengan melewati setiap pura dan setra, perjalanan ratusan ABG peserta Ngerebeg kembali ke area Pura Duur Bingin.

Saat prosesi ritual Ngerebeg dilangsungkan, seluruh krama dan 7 banjar adat di Desa Pakraman Tegallalang itu ikut terlibat, yakni Banjar Gagah, Banjar Pejeng Aji, Banjar Tegallalang, Banjar Tegal, Banjar Tengah, Banjar Penusuan, dan Banjar Tri Wangsa.  (EBC/SA)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved