Inibaru.id - Tinggal di pedalaman, masyarakat Baduy selalu berpegang teguh pada adat-istiadat nenek moyang secara turun-menurun. Kendati zaman terus berkembang, dan makin modern, namun masyarakat Baduy tetap memilih hidup dalam kesederhaan, ketulusan, dan ketaatan pada titah leluhur mereka untuk terus menyatu dengan alam dan hidup bercocok tanam.
Mengutip Tempo.co (17/12/2017), semua orang Baduy mengandalkan kehidupan ekonominya sebagai petani ladang dengan tanam padi, pisang, tebu endog, sayuran, singkong hingga palawija. Selain itu mereka tanaman keras seperti albasia, mahoni, jati yang dijadikan sebagai tanaman tabungan masa depan.
Menggantungkan hidup dengan bercocok tanam, sejumlah tradisi pertanian pun masih dijaga dengan baik oleh masyarakat Baduy yang juga dikenal dengan orang Kanekes. Salah satu tadisi tersebut adalah selamatan padi.
Baca juga:
Pesta Syukur Suku Jerieng di Bumi Sejiran Setason
Begalan Banyumas: “Perampokan” pada Resepsi Perkawinan
Yup, beberapa hari terakhir ini, perkampungan masyarakat Baduy yang berada di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, sedang ramai merayakan selamatan padi.
Perlu kamu ketahui, masyarakat Baduy memiliki kalender adat sendiri. Sesuai kalender adat, mereka pun menanam padi huma secara serentak pada November 2017 lalu. Nah, setelah selesai menanam padi huma, mereka kembali ke perkampungan untuk merayakan selamatan padi.
Dalam perayaan itu, biasanya dilakukan secara bergiliran oleh warga antarkampung yang ada di kawsan tanah hak ulayat Baduy. Mereka akan meramaikan perayaan dengan permainan musik angklung sepanjang malam selama berhari-hari.
Tujuannya buat apa? Itu "semacam doa" agar mendapatkan produksi melimpah dari hasil tanaman pagi huma yang ditanam.
Kalau kamu menyaksikan selamatan itu, kamu akan mendengarkan bunyi angklung yang saling bersahutan yang diiringi dengan nyanyian warga hingga semalam suntuk.
Baca juga:
Jamasan Topeng Ireng untuk Regenerasi
Wayang Ajen a.k.a Wayang Seleb dari Kuningan
Nggak hanya bertujuan sebagai ajang doa, perayaan selamatan pagi juga menjadi ajang hiburan dan berkumpul bersama saudara dan tetangga. Maklum saja, selama bertani padi huma, mereka tinggal di hutan-hutan garapan. Bahkan, dalam setahun bisa dihitung dengan jari berapa kali mereka kembali ke kampung di Cipiit Desa Kanekes.
Lebih dari itu, perayaan selamatan padi pun menjadi cara masyarakat Baduy melestarikan kesenian angklung yang menjadi alat musik khas mereka. (ALE/SA)