Inibaru.id – Hari Jadi ke-519 Kuningan pada 1 September tahun ini telah dimeriahkan oleh pelbagai sajian pertunjukan. Salah satu yang banyak diminati itu pertunjukan Wayang Ajen di Lapangan Bola Desa Cijemit, Kecamatan Ciniru, Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (30/9/2017).
Oya, Wayang Ajen ini akan ditampilkan lagi pada 9 Desember ini di Alun-Alun Pandapa Paramarta, Kuningan, pukul 20.00 WIB hingga selesai. Catat tanggalnya, ya.
Sobat Millens, apa sih beda Wayang Ajen dengan wayang-wayang lain, terutama yang sudah kondang banget kayak wayang kulit dan wayang golek?
Situs batikplatform.com menulis, Wayang Ajen ini boleh dibilang wayang modern. “Ajen” adalah kata Sunda yang berarti “nilai” atau “makna”. Wayang yang berasal dari budaya di Kuningan, Jawa Barat ini memiliki banyak keunikan dan berbeda dari wayang pada umumnya. Sebaliknya, di beberapa sisi, wayang ini juga memiliki beberapa kesamaan dengan wayang pada umumnya.
Baca juga:
Ngerebeg, Riasan Seram untuk Membersihkan Jiwa
Panji, Cerita Lokal yang Dikenal Dunia
Kapan kemunculannya?
Dari Kuningan, Wayang Ajen selanjutnya dikonsep secara matang pada 1998 di Bekasi, tepatnya di Sanggar Purwa Pujangga. Dua penggawa yang membuat wayang ini dalam sentuhan modern dan kekinian adalah Wawan S Gunawan dan Arthur S Nalan (mantan Ketua Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung). Kelebihannya, wayang ciptaan mereka ini mengikuti perkembangan zaman.
Beberapa koleksi Wayang Ajen di Sanggar Purwa Pujangga, Bekasi. (Sastri/detikTravel)
Sebenarnya, Wayang Ajen ini merupakan hasil metamorfosis dari wayang golek kuno. Namun di tangan Wawan dan Arthur, Wayang Ajen ditampilkan dengan lebih fresh dan lebih kekinian.
Kesan kekinian dan modern dari wayang ini terlihat dari beberapa hal. Pertama, bentuk wayang banyak yang diberi nama wayang seleb. Wayang seleb ini adalah orang-orang yang tenar dan populer pada masanya.
Jadi kamu nggak perlu heran bila kamu mendapati ada sosok Wali Songo, Presiden Jokowi, atau artis-artis tersohor lainnya. Meski demikian, tokoh-tokoh khas wayang, seperti Petruk, Gareng, dan Semar juga tetap ada.
Sisi modern kedua dari Wayang Ajen bisa dilihat dari musik kekinian yang mengiringi pertunjukan seperti musik berirama rock, jazz, atau pop. Kadang-kadang musik pengiringnya juga dikombinasi dengan gamelan Jawa.
Soal tata panggungnya bagaimana? Jangan tanya, ciamik banget dan nggak kalah modern. Untuk membuat penontonnya betah berlama-lama menikmati sajiannya, panggung dibuat dengan lebih modern dan canggih, misalnya menggunakan tata cahaya dengan teknologi mutakhir.
Nggak hanya untuk wayang, musik dan panggungnya, konsep modern dari Wayang Ajen ini juga terlihat dari cerita yang dibawakan. Dalam pertunjukannya, Wayang Ajen memang nggak lagi membawakan cerita Mahabarata, Ramayana, atau lakon-lakon wayang pada umumnya.
Baca juga:
Ketika Apem Ditanam di Tanah Sawah
Sunset oh Sunset Sindangkerta...
Pada wayang modern ini, sang dalang membawakan kisah-kisah yang diambil dari keseharian hidup di masyarakat masa sekarang. Dengan keluwesannya mengikuti zaman, nggak termungkiri bahwa wayang ini diterima oleh masyarakat umum.
Bahkan kini Wayang Ajen sudah mendunia karena sudah ditampilkan dibeberapa negara dan juga mendapat penghargaan dari Singapura, Perancis, Rusia, Yunani serta Vietnam.
Tertarik? Yang ada di Kuningan, sila datang ke Alun-alun Paramarta, Sabtu (9/12/2017) malam. Yang di luar Kuningan juga boleh datang sekaligus piknik. (EBC/SA)