BerandaTradisinesia
Minggu, 9 Mar 2024 09:00

Perlon Unggahan, Cara Masyarakat Anak Putu Banokeling Menyambut Ramadan

Tradisi Perlon Unggahan, cara Anak Putu Banokeling menyambut Ramadan. (Wikipedia/Giri Wijayanto)

Tradisi Perlon Unggahan disertai dengan ritual berjalan kaki sampai puluhan kilometer, lo. Seperti apa ya jalannya tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun ini?

Inibaru.id – Tradisi menyambut Ramadan di daerah-daerah Tanah Air biasanya digelar dengan meriah. Hal serupa juga dilakukan oleh masyarakat adat Anak Putu Banokeling yang bisa kamu temui di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas. Jelang bulan puasa, mereka menggelar tradisi Perlon Unggahan.

Menurut keterangan Kepala Desa Pekuncen Karso, tradisi Perlon Unggahan masih dilakukan ribuan warga setempat yang tinggal di sekitar Makam Eyang Banokeling.

“Soal kapan hari tradisi Perlon Unggahan digelar, biasanya dipastikan pada Bulan Ruwah atau Sadran minggu terakhir pada Jumat sebelum bulan Puasa. Pasarannya nggak jadi soal, yang penting hari Jumat,” ungkap Karso sebagaimana dilansir dari Detik, Jumat (17/3/2023).

Di sisi lain, menurut juru bicara Anak Putu Banokeling Sumitro, tradisi ini sebenarnya sudah ada sebelum Islam masuk ke kampung tersebut. Bedanya, sebelum akhirnya dipakai sebagai tradisi menyambut Ramadan, dulu Perlon Unggahan digelar sebagai wujud syukur usai panen padi.

“Dulu sebelum Islam masuk ke Tanah Jawa, masyarakat juga sudah mengenal puasa among tani. Nah sebelum musim tanam atau panen, digelar tradisi Perlon Unggahan,” terang Sumitro, Jumat (17/3).

Ritual Jalan Kaki

Warga mengolah kambing untuk dijadikan makanan dalam tradisi Perlon Unggahan. (Detik/Anang Firmansyah)

Lantas, kok bisa kemudian berubah jadi tradisi menyambut Ramadan? Kalau soal itu, disebabkan oleh banyaknya keturunan Eyang Banokeling yang kemudian berkelana sampai ke Cilacap. Nah, untuk keperluan silaturahmi setahun sekali, sehari sebelum tradisi ini digelar, keturunan Banokeling yang berasal dari Cilacap menjalani prosesi berjalan kaki sejauh kurang lebih 40 kilometer menuju Desa Pekuncen.

Tahun 2023 lalu, setidaknya sekitar 500 orang yang menjalani ritual jalan kaki ini. Mereka membawa hasil bumi yang disebut sebagai ambeng, demi bertemu dengan sesama keturunan Eyang Banokeling lainnya. Setelah pertemuan itu, mereka menyembelih 31 ekor kambing dan 1 sapi yang dibeli dari uang sumbangan seluruh keluarga.

Selain membuat aneka masakan daging dari hewan yang disembelih, warga juga membuat serundeng sapi dan sayuran berkuah. Nah, makanan-makanan tersebut kemudian dikonsumsi bersama warga setelah acara ziarah makam yang biasanya digelar pada Jumat siang. O ya, saat pembagian makanan, yang menyajikannya harus 12 lelaki dewasa, Millens.

“Tradisi ini bermakna, kita sebagai umat manusia harus selalu ingat kepada Tuhan dengan perantara ziarah makam ini,” ungkap Sumitro.

Masyarakat Desa Pekuncen percaya jika dengan melakukan tradisi turun-temurun ini, maka bulan Ramadan nantinya bakal penuh dengan berkah. Mereka pun bakal semakin bersemangat mengisi Ramadan dengan hal-hal yang positif, deh. Keren banget ya, Millens tradisi Perlon Unggahan ini. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024