Inibaru.id –Masjid Agung Nur Sulaiman di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, memang terlihat nggak semegah masjid-masjid lainnya. Tapi, di balik bentuk bangunannya yang sederhana, tersimpan banyak cerita sejarah tentang penyebaran Islam di kabupaten yang dikenal dengan kuliner mendoan tersebut.
Jika kita menilik Babad Banyumas yang ditulis oleh Oemarmadi serta Poerbosewojo, bisa dipastikan bahwa Masjid Agung Nur Sulaiman adalah salah satu masjid tertua yang ada di Pulau Jawa. Soalnya, masjid ini dibangun setelah Pendapa Kabupaten Banyumas yang dikenal dengan nama lain Balai Si Panji berdiri pada 1743.
Meski masih jadi perdebatan, banyak yang menyebut masjid ini selesai dibangun pada 1755, tepatnya saat Raden Tumengung Yudanegara jadi Adipati Banyumas. Kala itu namanya adalah Masjid Agung Banyumas, Millens.
Karena dibangun pada abad ke-18, jangan bayangkan bentuk masjidnya sama dengan yang kita lihat sekarang. Awalnya, atapnya dibuat dari anyaman daun tebu. Lantainya juga terbuat dari ubin berbahan semen. Renovasi baru dilakukan pada 1929. Atap anyaman daun tebu yang nggak tahan lama dan sudah sulit didapatkan diganti dengan seng. Selain itu, lantainya juga diganti dengan tegel.
Untungnya, masih ada bagian dari masjid yang asli dari saat kali pertama masjid itu dibangun, yaitu bahan kayu jati yang mendominasi hampir seluruh kerangka masjid. Bedug yang bisa kamu temui di sisi kanan serambi masjid juga disebut-sebut masih asli. Selain itu, bentuk atapnya yang berupa tumpang bersusun juga nggak pernah diubah.
Atap mihrabnya nggak tergabung dengan atap bangunan utama. Sementara itu, mustaka masjid ini berbentuk gada bisa kamu temui pada atap bangunan utama. Unik banget, ya?
Nggak hanya bangunannya yang menarik dan kaya akan nilai sejarah, ada hal unik lain yang bisa kamu temui di masjid yang berdiri di atas lahan seluas 5.780 meter persegi tersebut, yaitu sebuah pohon kipas di halaman bagian selatan yang berukuran cukup besar. Pohon ini sangat berbeda dari pohon-pohon besar lainnya yang selalu membuat suasana kompleks masjid terasa rindang.
Menurut pengurus masjid setempat, Joni, pohon kipas ini dulu tumbuh sendiri.
“Kami nggak pengin hilangkan karena ini tukulan atau tumbuh sendiri. Pohonnya juga sulit dicari jadi akhirnya kami biarkan saja,” ungkap Joni sebagaimana dilansir dari Tribunews, (26/3/2022).
Tahu bahwa masjid ini memiliki nilai sejarah tinggi, Pemerintah Kabupaten Banyumas sudah menetapkan Masjid Agung Nur Sulaiman sebagai cagar budaya sejak 2010. Hal ini membuatnya nggak bisa sembarangan diubah dan kondisinya terus dijaga agar tetap lestari.
Karena dirawat dan dikelola dengan baik, semoga masjid ini selalu dalam kondisi bagus dan nyaman sebagai tempat untuk beribadah. (Arie Widodo/E10)