BerandaTradisinesia
Kamis, 3 Okt 2018 14:00

Peringati Maulid Nabi Melalui Tradisi Weh-Wehan

Aneka kudapan dalam tradisi weh-wehan. (duniamenjahitbundaaira.blogspot.com)

Masyarakat Kendal, Jawa Tengah, memperingati maulid Nabi Muhammad dengan tradisi weh-wehan. Seperti apa tradisi tersebut?

Inibaru.id – Kelahiran Nabi Muhammad saw menjadi hari istimewa bagi umat Islam. Setiap 12 rabiul awal (bulan ke-3 penanggalan Hijriah), mereka bersuka cita dan memperingati hari tersebut agar semakin dekat dengan Rasulullah. Umat Islam pun senantiasa bisa mengingat perintah-perintah dan ajaran Rasulullah untuk kehidupan yang lebih baik.

Nah, peringatan maulid Nabi Muhammad saw juga dilakukan oleh masyarakat Kendal, lo. Masyarakat yang khususnya berada di Kaliwungu, Brangsong, dan sekitarnya memiliki tradisi yang disebut weh-wehan atau ketuwinan.

Perlu kamu tahu, istilah weh-wehan berasal dari kata weweh yang bermakna “memberi”. Sementara, ketuwinan berasal dari kata tuwi yang berarti menengok, berkunjung, atau bersilaturahmi, seperti ditulis Liputankendal.com (1/12/2017).

Nah, inti dari tradisi ini adalah pengajaran pada manusia untuk senang bersedekah, saling memberi dalam hal yang baik, serta senantiasa bersilatuahmi. Ajaran yang indah, ya!

Konon, tradisi ini sudah dilaksanakan sejak adanya penyebaran Islam di Kendal oleh para ulama, lo.

Kudapan Khas Sumpil

Sumpil. (bloggerkendal.com)

Dalam pelaksanaan tradisi ini, masyarakat saling berkunjung dan bersilaturahmi pada saudara, kerabat, tetangga, dan teman. Sembari berkunjung, mereka juga saling memberi dan bertukar makanan.

Nah, di depan rumah masing-masing, umumnya banyak makanan tradisional yang sudah tersedia. Masyarakat menyajikan klepon, sumpil, wingko, dan aneka jajanan pasar lainnya. Di antara beragam makanan tersebut, sumpil merupakan kudapan paling khas, lo.

Sumpil merupakan makanan berbahan dasar beras ketan yang dibungkus daun jati atau daun pisang. Daun pembungkus tersebut dibentuk menjadi segitiga atau kerucut. Nah, bentuk tersebut memiliki filosofi khusus, lo. Bagian bawah yang mendatar mewakili hubungan antar manusia, sedangkan bentuk kerucut ke atas menyimbolkan hubungan manusia dengan Tuhan.

Meriah

Tradisi weh-wehan. (Tribunnews.com/Ponco Wiyono)

Tradisi weh-wehan sangat meriah, lo. Apalagi, tradisi ini banyak didominasi anak-anak! Yap, anak-anak dengan senang hati berperan sebagai pengantar makanan. Mereka berkunjung ke banyak tetangga, sekaligus untuk bersilaturahmi.

Dengan begitu, anak-anak diajarkan untuk memiliki rasa saling berbagi. Mereka pun dibiasakan untuk sering bersilaturahmi dan menghormati orang yang lebih tua.

Keren, ya! Di daerahmu ada tradisi serupa nggak, Millens? (IB08/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ketika Ribuan Paha Ayam Tersaji dalam Tradisi Sewu Sempol Kudus

26 Feb 2025

Menguji Kepercayaan Publik terhadap Produk Pertamina di Tengah Kasus 'Pertamax Oplosan'

26 Feb 2025

Ruas Jalan Rusak, Ombudsman Minta Pemprov Jateng Segera Perbaiki

26 Feb 2025

Rekap Operasi Keselamatan Candi 2025: Ada 59.776 Pelanggaran

26 Feb 2025

'Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati' dan Alasan Sederhana untuk Bertahan Hidup

26 Feb 2025

Harga Santan yang Mengganggu Gurihnya Suasana Ramadan

26 Feb 2025

Mudik Nyaman dengan Kereta Api; Daop 4 Semarang Siapkan 535 Ribu Kursi

26 Feb 2025

Mengapa Ketika Remaja Semakin Irit Bicara kepada Orang Tua?

26 Feb 2025

Checklist Persiapan Ramadan: Fisik, Mental, dan Spiritual

27 Feb 2025

Memaknai Kirab Dugderan, Tradisi Penanda Ramadan di Semarang yang Akan Digelar Jumat

27 Feb 2025

Peci Kang Santri Kudus; Jelang Ramadan, Orderan Naik Terus

27 Feb 2025

Di Jepang, Ada Gunung yang Tingginya Hanya 6,1 Meter!

27 Feb 2025

Memang Bisa Konsumen Pertamax Tuntut Ganti Rugi ke Pertamina Jika Terbukti Dapat Oplosan?

27 Feb 2025

Cinta pada Pandangan Pertama: Romantis atau Sekadar Ilusi?

27 Feb 2025

Beda Rute, Berikut Pengalihan Jalan selama Kirab Dugderan 2025 di Semarang

27 Feb 2025

Susun Strategi Keamanan Siber, Nezar Patria: Sedia Payung sebelum Hujan

27 Feb 2025

3 Cara Pemkot Semarang Antisipasi Kecelakaan di Tanjakan Silayur

28 Feb 2025

Diskon Listrik Prabayar Berakhir Hari Ini, Akankah Sisa Token Hangus?

28 Feb 2025

Menembus Kemacetan demi Kuliner Legendaris Semarang: Sate Ayam Jembatan Mrican

28 Feb 2025

Benarkah Jepang Butuh Tenaga Kerja dari Indonesia?

28 Feb 2025