BerandaTradisinesia
Rabu, 18 Jul 2023 11:00

Mochammad Idjon Janbi, Komandan Pertama Kopassus, Mantan Sopir Ratu Belanda

Mochammad Idjon Djanbi, komandan Kopassus pertama. (Voi/Vonkrueger/Raga Granada)

Mochammad Idjon Janbi adalah laki-laki asli Belanda. Tapi, dia jatuh cinta dengan Indonesia pada masa perang kemerdekaan. Dia kemudian dipercaya TNI melatih pasukan khusus yang kemudian jadi cikal bakal Kopassus di Indonesia.

Inibaru.id – Kamu tahu nggak kalau Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang dimiliki TNI sudah eksis sejak 16 April 1952? Yang menarik, meski sudah ada tujuh tahun sejak Indonesia merdeka, komandan pertamanya adalah bule Belanda.

Salah satu penyebab dibentuknya Kopassus adalah pemberontakan Republik Maluku Selatan pada 1950. Pemerintah kala itu menerapkan Operasi Senopati yang dipimpin oleh Kolonel Alexander Evert Kawilarang, pemuda kelahiran Batavia keturunan Minahasa dan Letkol Slamet Riyadi dengan tujuan mengamankan Kota Ambon. Sayangnya, Slamet Riyadi terbunuh dan operasi ini gagal dijalankan.

Sebelum tutup usia di usia yang baru 23 tahun, Slamet Riyadi sempat mengungkap ide berupa dibentuknya pasukan khusus dengan skill tinggi yang bisa diandalkan untuk operasi-operasi apapun. Ide ini kemudian direalisasikan oleh Kawilarang sekembalinya ke Pulau Jawa. Atas perintahnya, Kesatuan Komando Tentara Teroterium-III/Siliwangi pun dibentuk.

Meski sudah punya sekelompok tentara yang punya skill dan kualitas kelas wahid, belum ada pelatih yang cocok untuk meningkatkan kemampuan mereka. Letda Aloysius Sugianto kemudian menunjuk seorang bule bernama Mochammad Idjon Djanbi untuk melatih tentara-tentara khusus tersebut di bekas Pangkalan KST yang ada di Bandung, Jawa Barat.

Bule kok namanya lokal banget? Sebenarnya, nama aslinya adalah Rodes Barendrecht ‘Rokus’ Visser. Dia kelahiran 13 Mei 1914 di Boskoop, Belanda. Sebelum sampai ke Tanah Air, Visser memulai kariernya dengan masuk ke dinas militer sukarela tentara Belanda dan diberi tugas menjadi sopir Ratu Belanda, Wilhelmina. Setelah itu, dia ambil bagian dalam Pasukan Angkatan Darat Belanda (Brigade Princess Irene) yang berperang pada Perang Dunia II.

Idjon Djanbi melatih pasukan khusus yang kemudian jadi cikal bakal Kopassus. (Pinterpolitik)

Visser kemudian dikirim ke Hindia Belanda untuk menjadi instruktur sekolah tentara khusus bernama School Opleiding Parachutisten yang dibuka di Jakarta pada 1946. Bukannya membantu Belanda kembali mengambi alih kekuasaan di Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekaan, Visser justru jatuh cinta dengan Indonesia. Dia bahkan nggak mau pulang ke Eropa sampai diceraikan istrinya.

Pada 1947, sekolah tersebut kemudian dipindah ke Cimahi, Bandung. Visser pun ikut hijrah ke sana dan bahkan memilih untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Dia kemudian benar-benar pindah ke Bandung, mengurus kebun bunga di Lembang, menjadi mualaf, menikahi seorang perempuan sunda, dan akhirnya memakai nama barunya yang sangat lokal, Mochammad Idjon Djanbi.

Pengalamannya dalam melatih pasukan khusus dengan kemampuan elit itulah yang akhirnya membuat Kawilarang mempercayakan kepelatihan Kopassus kepadanya. Idjon Djanbi yang dikenal tegas namun cerdas mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Dia kemudian mendapatkan pangkat Mayor. Pasukan yang dia latih kemudian mendapatkan tempat di TNI dan kini populer dengan baret merahnya.

Setelah tutup usia pada 1 April 1977, Idjon Janbi, seorang bule yang pernah jadi sopir Ratu Belanda itu, pada akhirnya didaulat TNI sebagai Bapak Kopassus. Kisah yang sangat luar biasa, ya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024