Inibaru.id – Meski kini lebih populer sebagai area lumbung padi dan tujuan wisata air, pada zaman penjajahan Belanda, Klaten justru dikenal sebagai tempat banyak pabrik gula didirikan. Pabrik-pabrik tersebut dulu beroperasi di wilayah Pedan, Gondang Winangoen, dan Klaten Kota.
Jika menilik jurnal Mozaik yang dibuat oleh Ririn darini, Dyah Ayu Anggraheni, dan Mudji Hartono, terungkap bahwa pabrik-pabrik tersebut sudah eksis pada abad 1800-an. Untuk memenuhi bahan baku tebu yang dibutuhkan, pemerintah Hindia Belanda sampai menjadikan 25 sampai 40 persen dari total wilayah Klaten sebagai perkebunan tebu.
Keberadaan pabrik-pabrik gula ini berimbas pada hal lain. Demi melancarkan transportasi hasil panen atau hasil produksi pabrik gula, pemerintah Hindia Belanda kemudian memperbaiki jalanan di sana. Bahkan, di Klaten juga dibangun jaringan rel kereta api yang difungsikan sebagai pengangkut hasil perkebunan.
“Pada 1862, perusahaan swasta Nerderlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) membangun rel kereta api. Pada 2 maret 1872, jalur Semarang-Vorstenlanden (Solo)-Jogja dengan jarak 58 kilometer mulai beroperasi,” ungkap Darini dalam jurnal tersebut sebagaimana dilansir dari National Geographic. Senin (24/1/2022).
Lama-lama, kereta api juga difungsikan sebagai pengangkut manusia. Semua pihak, baik itu dari kalangan pribumi ataupun dari bangsa Eropa bisa menggunakannya. Wilayah di sekitar stasiun kereta api dan pabrik gula kemudian berkembang menjadi pusat ekonomi.
“Selain tenaga kerja yang dibutuhkan di pabrik-pabrik gula, munculnya pasar di sekitar kawasan industri juga membuka lapangan pekerjaan. Pada 1918, pasar-pasar yang ada di Pedan, Pandansimping, Jatinom, dan Delanggu direvitalisasi,” lanjut Darini.
Sayangnya, nggak semua bekas bangunan pabrik gula di Klaten masih terjaga kondisinya. Bangunan pabrik gula Gondang Winangoen memang masih bisa kamu lihat berdiri kokoh di pinggir jalan utama Solo-Yogyakarta. Di depan bangunan pabrik gula tersebut bahkan masih terlihat rel yang dijadikan tempat kereta api berlalu lalang membawa hasil perkebunan. Tapi, bangunan pabrik lainnya seperti Pabrik Gula Karanganom berada dalam kondisi yang mengenaskan.
“Padahal dulu Kampung Tanjunganom sampai dikenal dengan nama Babrik (pabrik) karena ada bangunan ini. Sekarang, Pabrik Gula Karanganom yang tersisa hanya sisa-sisanya saja. Cukup disayangkan karena bangunan ini bersejarah. Seharusnya dijaga agar generasi penerus tahu kalau dulu ada pabrik gula di sini,” ucap Kepala Desa Karangan, Gunarto sebagaimana dilansir dari Tribun Jogja, (10/2/2022).
Apapun itu, pabrik gula yang ada di Klaten memang punya andil besar dalam membuat daerah tersebut maju seperti sekarang. Semoga saja peninggalan-peninggalan bersejarah di sana segera diperbaiki dan dijaga kondisinya, ya, Millens! (Arie Widodo/E10)