BerandaTradisinesia
Sabtu, 8 Agu 2025 11:01

Merawat Jiwa dan Raga dengan Mengikuti Wellness Tourism di Desa Wisata Sidorejo Kulonprogo

Aktivitas Wellness Tourism di Museum Pawukon, Desa Wisata Sidorejo, Kulonprogo. (Pawon Taman Sidorejo)

Dengan memakai petunjuk di Kitab Pawukon, peserta wellness tourism bisa melakukan sejumlah hal seru untuk merawat jiwa dan raga seperti minum jamu sesuai dengan wuku, nyerat di daun lontar, dan lain-lain.

Inibaru.id – Saat Sebagian besar desa wisata di Yogyakarta berlomba menyuguhkan keindahan alam, Desa Wisata Sidorejo di Kulonprogo memilih jalan berbeda. Alih-alih memikat lewat panorama atau spot Instagramable, desa ini menawarkan pengalaman menyentuh sisi terdalam manusia, yaitu merawat tubuh dan jiwa lewat wellness tourism berbasis tradisi.

Desa Wisata Sidorejo yang terletak di Kapanewon Lendah memang belum banyak dikenal. Namun, bagi mereka yang ingin sejenak menarik napas dari riuh rutinitas, desa ini bisa jadi tujuan yang sangat direkomendasikan. Bukan sekadar menyediakan spa atau pijat, wellness tourism di sini diracik dari warisan nenek moyang, tepatnya Kitab Pawukon.

"Kitab ini semacam panduan hidup masyarakat Jawa kuno, termasuk dalam menjaga keseimbangan tubuh dan batin," ujar Ichsannudin, Ketua Desa Wisata Sidorejo sebagaimana dinukil dari Harianjogja, Rabu (30/7/2025)

Menariknya, sebelum kamu bisa merasakan seluruh pengalaman wellness tourism di sini, ada satu syarat yang tak boleh dilewatkan, yaitu menyetor nama asli dan tanggal lahir. Bukan untuk ramalan atau iseng belaka, tapi untuk menentukan wuku, sistem penanggalan Jawa yang mirip zodiak. Wuku inilah yang nantinya akan menjadi acuan dalam seluruh rangkaian kegiatan, termasuk jamu personal yang diracik khusus sesuai karakter tubuhmu.

Bukan Wisata Biasa

Karena bukan wisata biasa, kamu nggak bisa asal datang dan menikmati layanan wisata di Desa Sidorejo. Semua harus reservasi dulu dengan jumlah minimal lima orang, maksimal dua puluh.

“Kalau terlalu banyak, pelayanan kami nggak maksimal, apalagi bahan jamu harus disesuaikan dengan wuku masing-masing tamu,” terang Ichsan.

Peserta wellness tourism di Desa Wisata Sidorejo meracik dan mencicipi jamu. (Vinne Agatha)

Di sinilah letak keistimewaannya. Wellness tourism di Sidorejo bukan sekadar produk wisata, tapi bentuk penghormatan pada warisan budaya yang hidup. Setiap tamu akan menjalani sesi relaksasi pijat, minum jamu, hingga nyerat alias menulis di atas daun lontar atau kertas deluang. Tak sekadar coret-coret, tulisan ini disesuaikan dengan wuku masing-masing pengunjung. Hasilnya bisa dibawa pulang sebagai pengingat bahwa kamu pernah menjalani proses healing dengan maksimal di tempat ini.

Kegiatan ini terpusat di Museum Pawukon, bangunan semi permanen yang sekaligus jadi pusat edukasi budaya. Di sinilah nyerat dilakukan, jamu disajikan, dan cerita tentang warisan leluhur dikisahkan.

Harga dan Pengalaman yang Setimpal

Untuk wisatawan lokal, paket wellness dibanderol mulai Rp350 ribu per orang dengan durasi sekitar empat jam. Jika ingin menginap di homestay warga agar lebih meresapi suasana desa, siapkan dana sekitar Rp500 ribu hingga Rp700 ribu. Harga untuk wisatawan mancanegara tentu berbeda, berkisar Rp700 ribu sampai Rp1,5 juta.

“Bagi yang mencari ketenangan, terutama para karyawan kantoran di kota besar, tempat ini jadi pelarian yang tepat dari tekanan kerja,” ungkap Ichsan.

Meski belum menjadi sumber penghasilan utama bagi warganya, Desa Wisata Sidorejo membuktikan bahwa wellness bukan sekadar tren, melainkan bisa menjadi pintu untuk melestarikan akar budaya yang nyaris terlupakan.

Jadi, kalau kamu sedang lelah bukan hanya secara fisik tapi juga mental, mungkin sudah saatnya kembali ke hal-hal yang esensial. Siapa tahu, jawabannya ada di wuku-mu, di antara aroma rempah, daun lontar, dan pijatan tradisional yang hadir di Desa Wisata Sidorejo, Gez! (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: