Inibaru.id – Kelurahan Segoroyoso yang ada di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta punya satu nama desa yang menarik. Berjarak kurang lebih 15 kilometer dari keraton Yogyakarta, Desa Segoroyoso ini cukup jauh dari tepi pantai, yaitu sekitar 25 kilometer dari Pantai Parangtritis. Tapi, di namanya, ada kata ‘segoro’ yang bermakna lautan.
Konon, di desa ini, dulu ada Segarayasa, semacam danau buatan yang ada di sekitar Keraton Plered, bekas Ibu Kota Kesultanan Mataram dari 1646-1680, tepatnya pada masa pemerintahan Amangkurat I. Keraton ini sudah rata dengan tanah setelah diserang habis-habisan oleh pasukan yang dipimpin Trunajaya dan Karaeng Galeson.
Meski nasib Keraton Plered sudah diketahui, nggak jelas tentang keberadaan Segarayasa yang ada di dekat keraton tersebut. Sejumlah pihak menyebut keberadaan danau buatan ini benar-benar nyata. Tapi, ada juga yang menyebutnya hanya cerita belaka. Sayangnya, penelitian untuk mengungkap kepastian apakah Segarayasa masih belum memuaskan.
“Bukti-bukti fisik Segarayasa sulit untuk ditelusuri karena sebagian besar wilayah yang diduga jadi lokasinya sudah jadi permukiman penduduk. Meski begitu, terdapat sejumlah babad dan laporan dari Belanda yang mencatat keberadannya. Ada juga sisa-sisa tanggul dan bendungan yang bisa ditemukan di Kali Opak,” ungkap sejarawan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia DIY Wening Pamujiasih dalam acara webinar yang digelar Dinas Kebudayaan DIY pada Kamis (7/10/2021).
Lebih dari itu, jika dicermati secara kontur geografis di Desa Segoroyoso, ada beberapa bagian desa yang tampak seperti lembah yang elevasinya jauh lebih rendah dari aliran sungai di sepanjang bantaran Sungai Opak.
Yang pasti, berdasarkan catatan-catatan dari masa lampau, disebutkan bahwa Amangkurat I membutuhkan 300 ribu pekerja demi membangun Segarayasa di dekat Keraton Plered. Dia berkeinginan untuk memiliki sumber air melimpah akibat keraton-keraton sebelumnya berkali-kali mengalami kebakaran gara-gara bahan bangunan utamanya adalah dari kayu.
Meski begitu, jika menilik Babad Momana, diungkap bahwa rencana pembangunan Bendungan Kali Opak sudah dilakukan oleh Sultan Agung pada 1637. Nah, diperkirakan, pada 1658, danau di wilayah Plered diperluas dan akhirnya menjadi Segarayasa yang melegenda tersebut.
Berdasarkan catatan Belanda Daghregister per tanggal 7 Juli 1659, tatkala danau sudah diperluas, Amangkurat I kerap mengunjunginya dan memberikan nama Segarayasa. Dua tahun kemudian, dia pengin memperluas danau tersebut demi membuat istananya seperti berada di tengah danau.
Sayangnya, nggak ada kejelasan apa penyebab danau tersebut kemudian seperti penyap ditelan bumi. Yang tersisa hanyalah sisa-sisa tanggul seperti di Desa Karet di tepi Kali Opak, Desa Segoroyoso, Desa Kloron, dan Desa Pungkuran.
Yap, semoga saja penelitian-penelitian berikutnya bisa menguak lebih dalam tentang Segarayasa ini. (Arie Widodo/E05)