BerandaTradisinesia
Rabu, 16 Des 2025 19:23

Mengenal Tradisi Pancen; Cara Orang Jawa 'Menjamu' Leluhur Jelang Hari Raya

Pancen atau pancenan. (Facebook)

Berbeda dengan sajen, pancen bersifat personal dan sarat makna filosofis tentang mendahulukan orang tua melalui sajian "ambilan pertama" serta doa yang dipanjatkan sebagai bekal spiritual di alam barzakh.

Inibaru.id – Pernahkah kamu melihat sebuah nampan berisi kopi pahit, teh, nasi lengkap dengan lauk-pauknya, hingga rokok yang diletakkan di sudut ruangan atau di atas lemari menjelang Idulfitri? Bagi sebagian masyarakat Jawa, itu bukan sekadar pajangan, melainkan Pancen.

Istilah pancen sering kali dimaknai sebagai akronim dari “panici wes wancine”, sebuah keyakinan bahwa ada waktunya para leluhur "pulang" ke rumah untuk menengok keluarga sekaligus meminta kiriman doa. Tradisi ini menjadi bentuk penghormatan spiritual yang kental dengan nuansa kasih sayang antara yang masih hidup dan yang telah tiada.

Pancen vs Sajen: Apa Bedanya?

Banyak yang sering menyamakan pancen dengan sajen. Padahal, secara skala dan tujuan, keduanya berbeda. Mengutip dari elmahrusy, sajen biasanya digunakan untuk ritual skala besar atau kepentingan komunal. Sementara itu, pancen bersifat lebih personal dan dilakukan oleh individu atau keluarga di dalam rumah masing-masing.

Isian pancen pun sangat unik karena bersifat personal. Komponen utamanya adalah nasi, lauk-pauk, dan teh tanpa gula. Namun, kunci dari pancen adalah penyajian makanan dan minuman sesuai dengan kesukaan leluhur saat masih hidup. Jika almarhum gemar merokok kretek semasa hidupnya, maka sebatang rokok kretek akan tersaji di sana.

Sering pula ditemukan apem yang diberi uang koin di atasnya, bunga setaman, hingga uang tunai. Keberadaan uang ini memiliki simbol filosofis yang unik. Jika "bekal" yang disajikan dirasa kurang, sang leluhur bisa "membeli" sendiri kebutuhannya.

Filosofi "Ambilan Pertama"

Menurut tradisi, makanan dan minuman yang disajikan harus diambil pertama kali setelah matang. (Shutterstock/Jimmy Vong)

Ada satu aturan nggak tertulis yang sangat dijaga dalam menyiapkan pancen. Makanan dan minuman yang disajikan harus diambil pertama kali sesaat setelah matang, bahkan sebelum anggota keluarga lain mencicipinya.

Mengapa demikian? Hal ini bermakna mendahulukan orang tua atau leluhur sebagai bentuk penghormatan tertinggi. Setelah disajikan di tempat khusus, keluarga kemudian membacakan doa (tahlil atau kirim doa) agar pahalanya sampai kepada mereka yang telah mendahului.

Di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tradisi ini memuncak saat mendekati Hari Raya Idulfitri atau Riyoyo. Masyarakat percaya bahwa menyambut hari kemenangan nggak lengkap rasanya tanpa melibatkan doa bagi para leluhur yang telah meletakkan pondasi keluarga. Namun, rupanya tradisi ini juga dilakulan saat memperingati hari kematian seperti ke-3, 7, 40, 100, 1000, dan seterusnya.

Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi pancen memang nggak lagi dilakukan oleh semua orang. Sebagian masyarakat menganggap praktik ini bertentangan dengan keyakinan agama tertentu dan melabelinya sebagai perbuatan syirik atau musyrik.

Meski begitu, bagi mereka yang masih melestarikannya, pancen bukan soal memberi makan ruh secara fisik, melainkan simbol bakti (birrul walidain) yang nggak putus meski raga telah terkubur tanah. Ini adalah cara orang Jawa menjaga harmoni antara dunia yang terlihat dan yang nggak terlihat dalam balutan doa dan rasa syukur.

Apakah di lingkungan rumahmu masih ada yang menjalankan tradisi pancen jelang lebaran atau ketika peringatan kematian, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Harga Gabah Naik, Sumanto Ajak Petani Jalan dengan Kepala Tegak

3 Des 2025

Cara Bikin YouTube Recap, YouTube Music Recap, dan Spotify Wrapped 2025

5 Des 2025

Data FPEM FEB UI Ungkap Ribuan Lulusan S1 Putus Asa Mencari Kerja

5 Des 2025

Terpanjang dan Terdalam; Terowongan Bawah Laut Rogfast di Nowegia

5 Des 2025

Jaga Buah Hati; Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai hingga Awal 2026!

5 Des 2025

Gajah Punah, Ekosistem Runtuh

5 Des 2025

Bantuan Jateng Tiba di Sumbar Setelah 105 Jam di Darat

5 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: