BerandaTradisinesia
Rabu, 4 Okt 2022 13:19

Lekra dan Makna Kesenian Rakyat yang Sesungguhnya

Beberapa anggota Lekra yang berfoto di depan Gedung Sekretariat Lekra di Jakarta. (Oey Hay Djoen/ISSI)

Sebelum diberedel setelah gerakan 30 September 1965, Lekra dikenal sebagai organisasi yang beranggotakan orang-orang yang cinta terhadap seni budaya rakyat Indonesia. Sayangnya, banyak pihak yang salah mengartikan keberadaan mereka.

Inibaru.id – Lima tahun pascaproklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, Presiden Soekarno mengatakan bahwa rakyat tengah berada dalam tekanan batin sehingga memerlukan penyaluran emosi berupa hiburan dan karya seni. Hal inilah yang menginisiasi DN Aidit, MS Ashar, AS Dharta, dan Njoto membentuk Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) pada 17 Agustus 1950.

Tujuan dibentuknya Lekra adalah mendukung revolusi dan kebudayaan nasional. Oleh karena itulah, organisasi ini memperbolehkan semua lapisan masyarakat dari seniman, sastrawan, pekerja kebudayaan, hingga buruh tani untuk bergabung.

Lekra juga punya tujuan lain, yaitu memastikan hak seluruh rakyat Indonesia terpenuhi, khususnya dalah hal kebebasan berekspresi, berkebudayaan, dan melakukan berbagai macam kesenian.

Revolusi dengan Budaya dan Seni

Kalau kamu menilik Mukadimah Lekra, bakal menemukan kalimat “Rakjat adalah satu-satunja pentjipta kebudajaan, dan bahwa pembangunan kebudajaan Indonesia-baru hanya dapat dilakukan oleh Rakjat.”

Berbekal semangat untuk berkesenian tinggi, Lekra pun pengin masyarakat lebih bersemangat dalam melakukan revolusi. Mereka pun mengajak seluruh lapisan masyarakat, apapun kelasnya, untuk nggak ragu menggelar pertunjukan kesenian.

<i>Pertunjukan wayang orang pada acara Kongres Nasional Lekra pada tahun 1959 di Solo. (Sejarah Sosial)</i>

Lekra juga cukup cerdik dalam menyampaikan berbagai gagasan ke masyarakat atau memberikan kritik ke pemerintah dengan karya seni. Contohlah, mereka bisa mengkritik pemerintah dengan pantun, ludruk, wayang orang, ketoprak, orasi budaya, dan sandur dengan tema nggak jauh dari antifeodalisme.

Membebaskan dari Ketergantungan Penjajah

Lekra merupakan satu-satunya organisasi yang kala itu mengutamakan rakyat. Lekra juga paham bahwa semua golongan masyarakat menentang penjajahan dan penindasan, seperti yang dahulu terjadi pada bangsa Indonesia sebelum proklamasi.

Hal ini membuat gerakan Lekra cukup populer di Indonesia pada masanya. Bahkan, pada 1963, Lekra mengklaim sudah memiliki lebih dari 100 ribu anggota di lebih dari 200 cabang di seluruh Indonesia.

Sayangnya, organisasi yang berdiri untuk menghidupkan seni dan budaya Indonesia ini ikut mati seiring dengan dilarangnya organisasi komunis di Indonesia pasca-30 September 1965. Maklum, pemerintahan Orde Baru kala itu menganggap Lekra dianggap terkait dengan organisasi komunis. (Tem/Tri/Kmj/IB31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal 4 Budaya Kota Semarang yang Kini Berstatus Warisan Budaya Takbenda

21 Nov 2024

Memahami Perempuan Korea di Buku 'Bukannya Aku Nggak Mau Menikah' Karya Lee Joo Yoon

21 Nov 2024

AI Bikin Cerita Nyaris Sempurna, Tapi Nggak Mampu Bikin Pembaca Terhanyut

21 Nov 2024

Dilema Membawa Anak ke Tempat Kerja

21 Nov 2024

La Nina Masih Berlanjut, BMKG Minta Kita Makin Waspada Bencana Alam

21 Nov 2024

Kematian Bayi dan Balita: Indikator Kesehatan Masyarakat Perlu Perhatian Serius

21 Nov 2024

Ketua KPK Setyo Budiyanto: OTT Pintu untuk Ungkap Korupsi Besar

22 Nov 2024

Menelisik Rencana Prabowo Pengin Indonesia Hentikan Impor Beras Mulai 2025

22 Nov 2024

Meriung di Panggung Ki Djaswadi, sang Maestro Kentrung dari Pati

22 Nov 2024

Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Itulah Prinsip Wabi-Sabi

22 Nov 2024

Mencegah Kecelakaan Maut di Turunan Silayur, Ngaliyan, Semarang Terulang

22 Nov 2024

Apa Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai?

22 Nov 2024

Rute Baru Semarang-Pontianak Resmi Dibuka di Bandara Ahmad Yani Semarang

22 Nov 2024

Bagaimana Sebaiknya Dunia Pariwisata Menghadapi Kebijakan PPN 12 Persen?

23 Nov 2024

Asal Mula Penamaan Cepogo di Boyolali, Terkait Peralatan Dapur

23 Nov 2024

Mengapa Warna Bangunan di Santorini Dominan Putih dan Biru?

23 Nov 2024

Kekerasan pada Perempuan; Siapa yang Salah?

23 Nov 2024

Wejangan Raden Alas: Warga Blangu, Sragen Dilarang Beristri Dua

23 Nov 2024

Alokasi Ditambah, Serapan Pupuk Bersubsidi di Jawa Tengah Capai 60,23 Persen

23 Nov 2024

Menguak Sejarah dan Alasan Penamaan Tulungagung

24 Nov 2024