Inibaru.id – Salah satu makam bersejarah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Makam Pleret yang ada di Dusun Kauman, Pleret, Kabupaten Bantul.
Nah, di makam yang kabarnya sudah eksis sejak masa awal-awal kejayaan Kerajaan Mataram Islam tersebut, ada sepasang pohon randu keramat yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun. Sayangnya, satu dari pohon randu tersebut belakangan ini habis terbakar api pada Kamis (12/10/2023) lalu.
Menurut informasi yang diungkap Kepala Dukuh Kauman Murdiyanto, warga setempat menyebut kedua pohon tersebut sebagai pohon laki-laki dan perempuan. Sampai sekarang, pohon perempuan masih hidup meski daunnya berguguran sebagai cara beradaptasi di tengah keringnya musim kemarau.
“Pohonnya memang sepasang, laki-laki dan perempuan, yang mati yang laki-laki,” terangnya sebagaimana dilansir dari Kumparan, Jumat (13/10/2023).
Sebenarnya, sebelum dilahap api yang terjadi akibat parahnya musim kemarau belakangan ini, pohon laki-laki itu sudah mati. Penyebabnya adalah sambaran petir. Karena lokasi pohon berukuran besar itu ada di situs purbakala, pihak pemerintah memutuskan untuk memasang kerangka besi pada pohon yang masih berdiri kokoh saat itu. Alasannya, agar nggak sampai rubuh tiba-tiba dan merusak bangunan atau situs-situs bersejarah di dekatnya.
Meski nggak ada yang tahu dengan pasti kapan pohon randu keramat itu ditanam, Murdiyanto yakin jika pohon tersebut sudah ada sejak Kerajaan Mataram Islam diperintah oleh Sultan Agung. Artinya, ada kemungkinan pohon tersebut sudah berusia 4 abad.
Selain karena faktor usia dan lokasinya yang ada di situs bersejarah, ada alasan lain mengapa kedua pohon randu itu dikeramatkan. Warga sekitar dulu menjadikan pohon randu perempuan sebagai patokan kapan harus mulai menebar benih.
“Saat musim kemarau kan daunnya berguguran seperti sekarang. Warga makanya yakin kalau musim kemarau tahun ini masih lama. Kalau sudah mulai bersemi kembali, khususnya pohon yang selatan, yang perempuan itu, warga baru berani menebar benih. Kalau pohon yang laki-laki nggak bisa dijadikan patokan,” lanjut Murdiyanto.
Lantaran selalu memberikan patokan yang pas terkait dengan kapan mulai bisa bercocok tanam, banyak warga yang kemudian menganggap pohon randu di sisi selatan itu sebagai simbol kesuburan.
Yang unik, warga setempat juga percaya kalau kedua pohon itu juga memiliki anak, yaitu sebuah pohon randu yang ada di Makam Karet yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari Makam Pleret.
Apa mau dikata ya, Millens, pohon randu keramat berusia ratusan tahun tersebut akhirnya dipisahkan oleh kobaran api yang belakangan ini memang sering bermunculan di tengah musim kemarau yang sangat kering dan sangat panas ini.
Semoga saja satu pohon randu sisanya tetap bisa hidup sehingga bisa menjadi patokan petani untuk bercocok tanam. (Arie Widodo/E05)