BerandaTradisinesia
Selasa, 20 Nov 2023 12:01

Kisah Radio Sutan Sjahrir dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Berkat radio Sutan Sjahrir, Indonesia bisa memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. (Dok. Kebudayaan Kemendikbud)

Tanpa adanya radio Sutan Sjahrir yang sebelumnya ditemukan di lapak barang bekas, bisa jadi para pemuda di Indonesia nggak menyadari peluang untuk mengikrarkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Seperti apa sih kisah tentang radio ini?

Inibaru.id – Pernah terpikir nggak proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 juga dipengaruhi oleh keberadaan sebuah radio? Kamu nggak salah baca, Millens. Selain perjuangan di medan perang dan lewat diplomasi, memang ada banyak detail-detail kecil yang ikut memberikan pengaruh besar pada kisah perjuangan negara kita. Salah satunya adalah radio milik Sutan Sjahrir.

Beda dengan pada zaman sekarang yang semua orang bisa mengakses informasi dengan mudah dan cepat lewat internet, televisi, dan media lainnya. Pada zaman perang kemerdekaan, orang-orang hanya bisa mengandalkan radio atau koran. Itu pun hanya segelintir orang yang mampu mengaksesnya.

Untungnya, Sutan Sjahrir benar-benar memaksimalkan privilege yang dia miliki saat itu, yaitu memiliki radio yang nggak disegel alias disensor oleh pemerintah penjajah Jepang.

FYI aja nih, pada masa penjajahan Jepang, masyarakat Indonesia hanya mampu menerima siaran radio dari dalam negeri. Itu pun yang sudah disensor secara ketat.

Nah, khusus untuk radio milik Sutan Sjahrir, radio yang dia miliki berjenama Phillips dan dia dapatkan dari Chairil Anwar serta Des Alwi. Asal kamu tahu, Chairil muda adalah keponakan dari Sjahrir dan berjualan barang bekas dengan Des Alwi.

Nah, dari profesi itu, mereka menemukan sebuah radio yang nggak disegel pemerintah sehingga bisa menangkap siaran dari luar negeri. Mereka berdua kemudian berpikir jika radio ini bisa berguna untuk Sjahrir dan akhirnya memberikannya.

Sjahrir menerima radio tersebut dengan senang hati. Tatkala menyalakannya pada 14 Agustus 1945, dia mendapatkan berita yang cukup mengejutkan, yaitu Jepang sudah menyerah kepada Sekutu karena Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom.

Tahu bahwa berita ini cukup penting mengingat saat itu Indonesia ada di bawah pendudukan Jepang, Sjahrir langsung mengungkapkannya ke rekan-rekannya, termasuk yang bergerilya di daerah seperti Semarang, Garut, dan Cirebon.

Radio Sutan Sjahrir mampu menangkap berita Jepang dibom atom oleh Sekutu. (Detik/Perpustakaan Nasional)

Sejumlah pemuda seperti Chairul Saleh, Sukarni, dan Wikana kemudian berkumpul membahas informasi penting tersebut di sebuah asrama yang ada di Jalan Menteng 31, Jakarta. Mereka kemudian memutuskan untuk mendesak Sukarno dan Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan di kala Jepang sudah menyerah dan Belanda masih belum menguasai lagi Indonesia.

Sayangnya, Sukarno dan Hatta sedang berada di Dalat, Vietnam, untuk menemui perwakilan Kekaisaran Jepang di Asia Tenggara, Jenderal Terauchi. Mereka berdua mendapatkan jaminan dari Terauchi bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan.

Begitu kembali ke Indonesia sehari kemudian, keduanya langsung didesak para pemuda untuk melupakan jaminan tersebut karena nyatanya Jepang sudah menyerah. Mereka meminta keduanya segera memproklamirkan kemerdekaan secara mandiri, tanpa ada sedikit pun pengaruh Jepang.

Sukarno dan Hatta sempat bingung dengan situasi ini. Apalagi, tanggal kemerdekaan yang sudah disiapkan PPKI bentukan Jepang juga nggak lama lagi, yaitu pada 24 September 1945. Mereka juga sudah terlanjur bersepakat dengan jendereal Terauchi.

Para pemuda yang nggak ingin momentum kekosongan kekuasaan ini terlewat begitu saja akhirnya memutuskan untuk “menculik” Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, untuk memberikan penjelasan terkait dengan situasi yang mereka ketahui pada 16 Agustus 1945.

Dari “penculikan” yang membuat keduanya terlepas dari pengaruh Jepang itulah, Sukarno dan Hatta akhirnya mantap mengikrarkan proklamasi kemerdekaan Indonesia sehari setelahnya.

Nggak nyangka ya, Millens. Ternyata proklamasi kemerdekaan Indonesia ikut dipengaruhi oleh sebuah radio Sutan Sjahrir yang sebelumnya ada di lapak penjualan barang bekas! (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024