BerandaTradisinesia
Selasa, 13 Mar 2023 11:00

Kisah Oei Ing Kiat, Adipati Lasem yang Mengobarkan Perang Kuning

Patung Raden Tumenggung Widyaningrat/Oey Ing Kiat di Lasem. (Tripadvisor/Marliza Harahap)

Sejarah mencatat Perang Kuning berakhir dengan kemenangan Belanda. Tapi, warga Lasem, Rembang, nggak akan lupa dengan kisah kepahlawanan Oie Ing Kiat. Dialah yang mengobarkan perlawanan untuk melawan kesewenang-wenangan penjajah Belanda.

Inibaru.id – Salah satu kisah sejarah yang dianggap cukup penting di Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah adalah Perang Kuning. Perang yang berlangsung antara 1741-1743 ini berlangsung antara VOC dan warga Tionghoa-Jawa.

Sejumlah tokoh penting Lasem terlibat dalam perang tersebut. Mereka adalah Raden Tumenggung Widyaningrat, adipati keturunan Tionghoa pertama di Lasem, Raden Panji Margono yang dikenal sebagai bangsawan Jawa, serta Kiai Ali Badawi, pengasuh pesantren di Puri Kawak, Lasem.

Nah, yang kita bahas adalah Tumenggung Widyaningrat. Nama aslinya adalah Oei Ing Kiat. Dia adalah keturunan Bi Nang Oen, salah seorang juru mudi armada Laksamana Cheng Ho yang sempat singgah di Bonang, Lasem. Karena didapuk untuk memimpin Kadipaten Lasem pada 1720-1750, Oei Ing Kiat yang merupakan seorang Tionghoa muslim pun mendaptkan gelar Tumenggung Widyaningrat.

“Oie Ing Kiat itu orang Tionghoa beragama muslim yang dinobatkan sebagai Adipati Lasem sekitar tahun 1730-an atau 1720-an. (Penobatan) itu terjadi sebelum meletusnya Perang Kuning pada 1741. Sebelum itu, Oei Ing Kiat sudah dinobatkan sebagai adipati, sampai 1750-an, karena pada saat itu kadipatennya dipindah ke Rembang,” tutur Exsan Ali Setyonugroho, salah satu sejarawan Lasem sebagaimana dikutip dari Detik (12/3/2023).

Exsan juga menuturkan bahwa Oei Ing Kiat dikenal sebagai saudagar kaya yang dermawan, rendah hati, dan bijaksana. Pantas saja sampai didapuk sebagai adipati, ya, Millens?

Pengobar Perang Kuning

Monumen Perjuangan Laskar Tionghoa dan Jawa melawan VOC. (Google Maps/Taufan Efendi)

Lantas, apa yang membuat Oei Ing Kiat sampai terpikir untuk mengobarkan Perang Kuning? Semua bermula dari terjadinya pembantaian orang-orang etnis Tionghoa di Batavia. Nah, Oe Ing Kiat menerima para pengungsi dan memberikan perlindungan bagi mereka di Lasem.

"Ia (Oei Ing Kiat) sangat terbuka dengan penderitaan orang lain. Ketika Batavia ada pembantaian orang-orang Tionghoa di Kaliangke, itu Oei Ing Kiat sebagai adipati menerima eksodus orang-orang yang selamat dan lari ke sini (Lasem), tahun 1740. Mereka meminta perlindungan juga,” tutur Exsan.

Sayangnya, kekuasaan VOC terus meluas hingga mencapai Rembang. Mereka bahkan mendirikan pemerintahan regency dan kantor dagang di Rembang dan Jepara. Oei Ing Kiat menganggap tindakan ini mengancam keamanan Kadipaten Lasem.

Oei Ing Kiat dan Raden Panji Margono kemudian secara diam-diam membangun kekuatan untuk merencanakan penyerbuan tangsi VOC di Rembang, Juwana, dan Jepara. Setelah merasa siap, Laskar Lasem yang terdiri atas para santri dan orang-orang Tionghoa di bawah komando Oei Ing Kiat menyerbu Pantai Bonang sampai Pelabuhan Dasun

Gugur ketika melawan Belanda

Klenteng Gie Yong Bio di Lasem yang dibangun untuk mengenang Oei Ing Kiat. (Google Maps/Waskitho Wee)

Sayangnya, Belanda terlalu kuat sehingga gagal ditaklukkan. Lasem bahkan akhirnya jatuh ke tangan penjajah. Oei Ing Kiat yang selamat dalam pertempuran pun diturunkan jabatannya menjadi Tumenggung Mayor Titular, jabatan boneka yang dibuat VOC demi mengawasi gerak-geriknya sekaligus mengendalikan perlawanan di Lasem.

Meski begitu, semangatnya untuk melakukan perlawanan nggak mudah padam. Pada 1750, Oei Ing Kiat, Raden Panji Margono, dan Kiai Ali Badawi menyerbu pusat komando VOC di Rembang dengan kekuatan yang tersisa.

Karena kekuatan yang sudah terkikis, perlawanan Oei Ing Kiat mudah ditaklukkan. Dia bahkan gugur dalam pertempuran di Layur, Lasem Utara. Jenazahnya kemudiam dimakamkan di Gunung Bugel. Sepeninggalnya, nggak terjadi lagi perlawanan terhadap para penjajah di Lasem.

Demi mengenang perjuangan Oei Ing Kiat dan Raden Panji Margono, didirikanlah Klenteng Gie Yong Bio di Lasem, Millens. Nggak hanya jadi tempat peribadatan, klenteng tersebut pun jadi salah satu tempat wisata paling populer di Lasem. (Fatkha Karinda Putri/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: