Inibaru.id - Berbicara tentang kesenian memang nggak ada matinya. Dalam seni tari, Jawa Tengah memiliki banyak sekali kesenian tradisional. Salah satunya adalah kesenian tari orek-orek dari Rembang.
Bagi Sobat Millens yang belum tahu, orek-orek ini adalah kesenian tradisional berupa tari pergaulan yang merupakan perpaduan tari dan nyanyian dengan penyajian yang harmonis dan mempunyai ciri khas tertentu. Ciri khasnya antara lain memiliki gerak yang sederhana, iringan yang komunikatif, dan bentuk penampilannya luwes sesuai dengan kebutuhan. Inilah yang kemudian menjadikan tarian ini menarik dan mudah untuk dipelajari, disajikan, dan diterima oleh segenap lapisan masyarakat.
Melansir rembangkreatif.co.id, awalnya tari orek-orek ini merupakan kesenian sakral yang hanya dipentaskan pada acara-acara resmi. Sebut saja sedekah laut dan sedekah desa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan dalam mencari ikan, bertani atau bercocok tanam dan lain-lain. Tapi dalam perkembangannya orek-orek lalu berubah fungsinya, walaupun nggak meninggalkan ciri dan corak aslinya. Kini kamu bisa menyaksikan tari orek-orek yang dipentaskan di acara hajatan, hiburan hingga acara-acara resmi pemerintah daerah.
Baca juga:
Berebut Apem Yaqowiyu, Berdoa untuk Keberkahan
Batuk atau Gangguan Menstruasi? Makan Kawista Deh!
Bersifat tarian rakyat, bentuk penyajian tari orek-orek ini bisa tunggal, pasangan maupun massal sesuai kebutuhan. Namun biasanya penarinya terdiri atas putri-putra yang berjumlah 4-10 orang penari. Selain itu dalam tariannya mereka mengikuti pola atau bentuk teater. Jadi, bisa dibilang tari orek-orek ini merupakan tontonan dengan unsur hiburan yang lengkap. Mulai dari musik, gerak tari, drama dan nyanyian dengan pesan yang disampaikan melalui tembang.
Adapun dari sisi alur cerita, biasanya cerita yang dibawakan dalam tari orek-orek sama dengan cerita ketoprak seperti legenda, sejarah, dan lain-lain. Hal tersebut menjadikan tari orek-orek mempunyai ciri khas yang berbeda dari yang lain.
Oya, tari orek-orek nggak hanya membutuhkan para penari saja. Asal kamu tahu saja nih, selain penari, ada 9-12 orang pengrawit, 2-4 orang waranggana dan 4 orang atau lebih wiraswara. Ya, tentu semuanya itu menyesuaikan panggung yang tersedia.
Adapun untuk musik pengiringnya, tari orek-orek menggunakan gamelan berlaras slendro, tetapi nggak selengkap gamelan slendro yang ada. Gamelannya biasanya disebut dengan gamelan "thuk-brul" dari istilah Jawa “gathuk gabrul”. Apa saja itu? Gamelannya terdiri atas bonang barung, saron penerus, kendang, kempul, gong, keprak atau kecrek, dan drum. Namun dalam perkembangan, kini ada penambahan perlengkapan iringan seperti seruling, kentongan, terompet, dan sebagainya. Bahkan bisa juga digunakan gamelan laras pelog. Tinggal menyesuaikan situasi dan kondisi.
Baca juga:
Perpaduan Corak Jawa-Tiongkok dalam Lembaran Batik Tulis Lasem
Sirup Kawista, Si Manis dari Rembang
Nah, semua pemain orek-orek tersebut dalam pementasannya mengenakan kostum yang sama dengan ketoprak, atau untuk putra disesuaikan dengan cerita yang dibawakan. Sedangkan untuk putri mengenakan pakaian yang sama dengan pakaian penari gambyong.
Eh, tapi kamu tahu nggak sih kenapa namanya orek-orek?
Mengutip masmbakrembang.blogspot.co.id (5/7/2017), nama tarian ini diambil dari nama gending atau iringannnya yaitu gending orek orek. Jadi, semula tari orek-orek nggak berdiri sendiri, melainkan sebagai pendukung atau sisipan pada pertunjukan ketoprak. Biasanya orek-orek ini dipertunjukkan untuk acara pembukaan sebelum ketoprak dimulai, untuk menyambut tamu dan penonton, serta sebagai selingan di setiap adegan ketoprak sebagai ungkapan rasa kegembiraan. (ALE/SA)