BerandaTradisinesia
Jumat, 13 Jul 2023 11:00

Keistimewaan Tongkat Kiai Cokro, Pusaka Pangeran Diponegoro

Tongkat Kiai Cokro, pusaka Pangeran Diponegoro. (Detik/Jabbar Ramdhani)

Tongkat Kiai Cokro sempat berkelana sampai 183 tahun di Belanda. Kini, pusaka Pangeran Diponegoro ini sudah kembai ke Indonesia. Seperti apa ya keistimewaan dari pusaka ini?

Inibaru.id – Setelah lebih dari 183 tahun 'merantau' ke Belanda, tongkat Kiai Cokro yang dimiliki Pangeran Diponegoro 'pulang' ke Indonesia pada 2015 lalu. Cerita tentang kesaktian tongkat yang kini berada di Galeri Nasional, Jakarta ini pun bikin banyak orang penasaran.

Omong-omong, kok bisa sih pusaka Pangeran Diponegoro sampai berada di Belanda selama itu? Semua bermula dari ditangkapnya Diponegoro pasca-Perang Jawa (1825-1830). Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang bertugas pada 1833-1836, Jean Chretien Baud kemudian mendapatkannya dan menjadikan koleksi keluarga. Pihak keluarga keturunannya itulah yang kemudian memutuskan untuk mengembalikan tongkat tersebut ke Tanah Air.

“Kami ahli waris Jean Chretien Baud mengembalikan tongkat Kanjeng Kiai Cokro yang dimiliki Pangeran Diponegoro. Dulu tongkat ini diterima leluhur kami sebagai hadiah dalam sebuah masa yang bergejolak dan hubungan kekuasaan kolonial,” ungkap Erica dan Michael, keturunan Baron Baud sebagaimana diungkap di situs Kemendikbud, Kamis (22/6/2023).

FYI, Kiai Cokro sebenarnya adalah satu dari sekian banyak pusaka Pangeran Diponegoro yang dipakai saat melawan penjajah. Selain tongkat tersebut, ada juga keris Kanjeng Kiai Bondoyudo, keris Kiai Nogo Siluman, serta Wedung Kiai Wreso Gumilar. Tapi, khusus untuk Kiai Cokro, kabarnya hanya dipakai Pangeran Diponegoro saat momen-momen tertentu saja.

“Kalau keris Kanjeng Kiai Bondoyudo kan selalu mendampingi Pangeran Diponegoro sampai akhir hayat. Nah, Kanjeng Kiai Cokro ini beda, yaitu sebagai pusaka piandel yang hanya dipakai saat momen-momen khusus saja,” cerita Sekretaris Umum Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro Pandu Setyawan sebagaimana dilansir dari Sindonews, Minggu (9/7).

Tongkat Kiai Cokro saat dikembalikan oleh Keluarga Baud ke Indonesia yang diwakili Mendikbud saat itu, Anies Baswedan pada 2015. (Tribun/Iswidodo)

Tongkat Kiai Cokro sangat unik karena memiliki kepala berbentuk lingkaran. Ternyata, itu adalah simbol matahari yang dilengkapi dengan empat bintang serta dua bulan. Simbol tersebut adalah lambang dari pergerakan melawan kezaliman dan harapan untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat bagi Pangeran Diponegoro dan pengikutnya.

Sementara itu, nama 'cokro' diambil dari nama senjata Dewa Wisnu, yaitu Cakra. Nama ini diambil dari bentuk lingkaran di kepala tongkat yang memang mirip dengan senjata Dewa Wisnu tersebut.

Penamaan senjata ini juga dikaitkan dengan mitologi Jawa yang mempercayai datangnya Ratu Adil atau Erucakra, pembebas sekaligus pembawa kesejahteraan bagi warga Jawa. Oleh karena itulah, panji yang dipakai pasukan Diponegoro juga menyematkan simbol cakra, tepatnya cakra yang dihiasi panah menyilang.

“Sebelum dipakai pada Perang Jawa, tongkat ini juga selalu dibawa Pangeran Diponegoro setiap kali berziarah ke tempat suci untuk memohon berkah atas kegiatannya,” ungkap Nebojsa Djordevic, sejarawan yang meneliti tentang Pangeran Diponegoro dari Serbia sebagaimana dikutip dari Detik, Kamis (22/3).

Menarik banget ya kisah tentang Kiai Cokro pusaka Pangeran Diponegoro ini, Millens? Semoga saja setelah pulang ke Indonesia, pusaka ini akan terus terawat sebagai saksi sejarah dari salah satu pahlawan nasional dengan kisah yang hebat. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024