BerandaTradisinesia
Sabtu, 12 Mei 2023 08:00

Juru Supit Bogem, Tempat Khitan Langganan Pangeran Yogyakarta

Juru Supit Bogem, tempat khitan tradisional yang selalu ramai di Yogyakarta. (Liputan 6)

Ada tempat khitan legendaris di Yogyakarta, namanya Juru Supit Bogem. Konon, tempat yang kini memiliki banyak pasien itu dulunya adalah tempat khitan langganan pangeran Yogyakarta.

Inibaru.id - Setiap anak laki-laki muslim pasti akan dikhitan. Seperti yang kita tahu, khitan bukan hanya perintah agama, tapi juga memberikan dampak positif bagi kesehatan.

Kini, seiring berkembangnya teknologi ilmu kedokteran, banyak sekali klinik khitan yang mempergunakan peralatan canggih daripada sekadar memakai gunting. Tempat-tempat itu juga mengklaim bahwa proses pengangkatan kulup atau kulit yang menutupi kepala penis atau disebut sunat itu nggak terasa sakit.

Dengan menjamurnya klinik khitan modern dan harga terjangkau di banyak kota, otomatis membuat banyak tempat khitan tradisional tersingkirkan. Namun, tampaknya hal itu nggak dialami oleh Juru Supit Bogem yang terletak di Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Warga Jogja pasti sudah nggak asing lagi dengan tempat sunat yang berdiri sejak tahun 1930-an ini. Tempat khitan legendaris ini adalah milik Almarhum Raden Ngabehi Notopandoyo yang kini diteruskan oleh sembilan orang anaknya.

Juru Supit Bogem sudah ada sejak tahun 1939. Raden Ngabehi Notopandoyo dulunya berguru kepada juru khitan Keraton Yogyakarta bernama Raden Penewu Sutadi. Dulu, Juru Supit Bogem memang merupakan tempat langganan pangeran dari Sultan Keraton Yogyakarta untuk disunat.

Sekarang, tempat khitan yang telah memiliki cabang di daerah Ciracas, Jakarta Timur itu terbuka untuk masyarakat umum. Karena kepopulerannya, nggak heran jika Juru Supit Bogem ramai pasien, nggak hanya dari Yogyakarta, tapi juga dari luar kota dan pulau.

Ritual Sebelum Sunat

Di musim libur sekolah, Juru Supit Bogem selalu dipenuhi pasien yang antre untuk disunat. (deviayusaraswati.blogspot)

Pasien yang pernah dikhitan di sini pasti tahu dan mengalami kebiasaan atau ritual khusus yang nggak mungkin terlewatkan. Apa itu? Sebelum masuk ke ruang khitan, anak diwajibkan berfoto dengan latar belakang interior Juru Supit Bogem.

Selanjutnya, orang tua atau wali yang mengantar nggak boleh mendampingi pasien sampai ke dalam ruangan. Mereka harus menunggu di luar.

Pasien akan diminta untuk membaca surat pendek, lalu disemprot bius, kemudian digunting, dijahit, dan diperban seperti biasa. Hasilnya? Kebanyakan pasien dan orang tua puas karena Juru Supit Bogem memiliki motto "cepat, nggak sakit, dan cepat kering" yang nggak sekadar slogan.

Ratusan Pasien Saat Libur Sekolah

Dipercaya nggak sakit dan cepat sembuh, membuat orang-orang memilih Juru Supit Bogem sebagai tempat untuk menyunatkan buah hatinya. Tak ayal, hal itu membuat tempat khitan yang berada di Jalan Raya Solo-Yogyakarta KM 16 itu selalu ramai pasien, terutama ketika masa libur sekolah.

Senggaknya pasien pada musim liburan mencapai 150 sampai 200 orang. Biasanya, alasan mereka memilih tempat itu lantaran turun temurun dan kebiasaan keluarga dari kakek atau ayah pasein.

Nah, kamu tertarik untuk mengkhitan buah hati atau adik laki-lakimu di sini, Millens? Kalau iya, sebaiknya kamu pesan "kursi" jauh-jauh hari, ya!

Kamu pasti bertanya berapa tarif khitan di sini, kan? Menurut informasi, harga sunat di Juru Supit Bogem relatif sama dengan spesialis khitan lainnya, yaitu sekitar Rp750 ribu.

Biar nggak salah, catat jam operasionalnya, ya. Juru Supit Bogem buka pada pukul 07.00-09.00 dan 15.00-17.00. Hm, sekali untuk seumur hidup untuk kebaikan anak, nggak ada salahnya jauh-jauh khitan di Yogyakarta, kan? (Kharisma Ghana Tawakal/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024