BerandaTradisinesia
Sabtu, 7 Feb 2025 11:55

Jamu Mbah Katipah di Demak, Diracik Khusus untuk Balita dan Anak-Anak

Mbah Katipah, seorang dukun bayi dari Desa Kedungwaru Kidul, Kecamatan Karanganyar, Demak terlihat sedang menumbuk jamu tradisional khas racikannya sendiri. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Mbah Katipah seorang dukun bayi di Desa Kedungwaru Kidul, Kecamatan Karanganyar, Demak memiliki jamu racikan tradisional yang berkhasiat untuk penambah daya imun balita.

Inibaru.id – Kemunculan obat membuat pekerjaan meracik jamu tradisional nggak lagi terlihat menjanjikan. Padahal, dulu profesi ini begitu digandrungi. Orang-orang meminum jamu untuk berbagai kebutuhan, mulai dari mencari kebugaran, mendapatkan kesembuhan, hingga memperoleh keturunan.

Untuk yang belum tahu, jamu merupakan obat herbal yang dibuat dari racikan tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah. Butuh ketelatenan untuk membuatnya. Hal itulah yang membuat peracik atau tukang jamu mulai jarang ditemukan hari-hari ini.

Nah, di antara yang sedikit itu, ada Mbah Katipah, seorang dukun bayi di Desa Kedungwaru Kidul, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, yang masih rajin meracik ramuan tersebut. Sudah 20 tahun perempuan paruh baya ini meracik jamu tradisional.

Jamu racikan Mbah Katipah khusus dibuat untuk diminum balita dan anak yang berobat ke rumah praktiknya. Oya, selain meracik jamu, dia memang membuka praktik pijat untuk bayi, balita, maupun orang dewasa.

Hanya tiap Minggu

Racikan jamu Mbah Katipah yang sudah ditumbuk halus siap untuk dimasak. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Jamu yang dibuat Mbah Katipah hanya tersedia saban Minggu, bertepatan dengan jadwal praktik pijat untuk bayi dan anak-anak. Jamu dan pijat memang menjadi satu kesatuan di sana.

Awalnya, pasien yang datang akan dipijat agar tubuhnya rileks, lalu diminta minum jamu untuk menambah imunitas. Jamu akan dicekokkan langsung ke mulut anak. Jamu hanya diberikan untuk balita dan anak-anak yang sudah cukup umur, sedangkan bayi nggak diperbolehkan.

Mbah Katipah mengatakan, jamu buatannya hanya bisa bertahan selama satu jam. Jadi, jamu nggak bisa dibungkus atau disimpan di kulkas, karena khasiatnya akan berkurang.

“Oh, untuk khasiat jamu ini macam-macam; mulai dari meningkatkan imunitas, meredakan panas, hingga menambah nafsu makan,” terang Mbah Katipah di kediamannya, belum lama ini.

Menggunakan Belasan Macam Bahan

Berbagai macam rempah menjadi bahan dasar pembuatan jamu tradisional Mbah Katipah. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Pelanggan Mbah Katipah bisa dibilang cukup banyak; kebanyakan berasal dari sekitar Kudus dan Demak. Mereka sukarela mengantre hingga panjang untuk mendapatkan jamu racikan Mbah Katipah yang konon berkhasiat.

Jamu racikan Mbah Katipah memang tampak spesial karena dibuat dari belasan macam bahan. Dia bilang, ada 11 macam bahan yang selalu dipakainya, termasuk kunir merah dan putih, kunci, temu madu, jahe, gula batu, madu, serta dedaunan.

"Dedaunan inilah kunci rahasianya," terang Mbah Katipah sembari menumbuk bahan-bahan untuk dijadikan jamu. "Daun yang dipakai sebetulnya sederhana saja, yang ada di sekitar kita."

Mbah Katipah menambahkan, daun yang dipakai dalam racikan akan bergantung pada musim penyakit apa yang berkembang saat itu. Semisal sedang musim diare, racikan jamu akan ditambahi daun jambu klutuk yang diyakini bisa meredakan penyakit tersebut.

Bercita Rasa Manis

Agar mudah dihaluskan, bahan-bahan jamu diberi air sedikit demi saat ditumbuk. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Jamu buatan Mbah Katipah diracik dengan cara ditumbuk. Bahan-bahan yang sudah terkumpul dikupas, lalu dicuci hingga bersih. Saat menumbuk, bahan-bahan itu dikucuri air sedikit demi sedikit hingga teksturnya cair dan halus, kemudian dimasak di atas bara api hingga mendidih.

“Rasanya nggak pahit, kok. Manis. Anak-anak suka, bahkan ketagihan pengin coba lagi,” jelasnya.

Mbah Katipah mengaku, jamu ini merupakan racikan autentiknya, jadi nggak mungkin ditemukan di tempat lain. Untuk bisa mengonsumsinya, pelanggan juga harus pijat terlebih dulu, nggak bisa dilakukan secara terpisah. Tujuannya, agar dia tahu lebih dulu apa yang dikeluhkan sang anak.

"Saya nggak mematok harga (untuk pijat dan jamu). Berapa pun boleh. Biasanya orang-orang yang kasih amplop seusai dipijat," tandasnya.

Di sekitar Demak dan Kudus, praktik pijat dan jamu Mbah Katipah ini cukup terkenal lo, Millens! Kalau buah hati atau keponakanmu sakit, coba saja bertandang ke sini, siapa tahu bisa dapa solusi. (Sekarwati/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Siswa di Jawa Tengah akan Belajar Mandiri selama Ramadan 2025; Bukan Libur, lo!

28 Jan 2025

Berkaca dari Hup Teck, Pabrik Kecap Legendaris yang Memilih 'Tutup Usia'

28 Jan 2025

Musim Telur Menetas, Waspada Ular Masuk Rumah!

28 Jan 2025

Jadi Umpatan Populer di Drakor, Seberapa Kasar Kata 'Shibal' bagi Orang Korea?

28 Jan 2025

Berkaca dari Insiden di Pantai Drini, Begini Tips Selamat saat Terseret Ombak

28 Jan 2025

Sejarah Tradisi Petik Angpao di Pohon saat Imlek, Sesi Seru yang Ditunggu

28 Jan 2025

Gapeka 2025 Berlaku, Perjalanan Kereta di Daop 4 Semarang Lebih Cepat 466 Menit

28 Jan 2025

Kisaran Gaji Ketua RT di Jawa Tengah; Semarang Masih Tertinggi

29 Jan 2025

Ngrancasi, Upaya Petani Mawar di Sumowono Mempersiapkan Panen Raya menjelang Lebaran

29 Jan 2025

Begini Cara Nonton Drakor 'The Trauma Code: Heroes on Call' Sub Indo Termudah

29 Jan 2025

Perihal Imlek yang Selalu Identik dengan Hujan

29 Jan 2025

Indonesia-India Perkuat Kerja Sama Digital, Siap Bersaing di Pasar Global

29 Jan 2025

Mengapa Orang Rela Terjebak Macet Berjam-Jam Demi Liburan?

29 Jan 2025

Satu Abad Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah: Puri Gedeh Semarang

30 Jan 2025

Proyek Mendulang Oksigen di Bulan, Sejauh Mana?

30 Jan 2025

Kontroversi Penggunaan Kecerdasan Buatan di Film 'The Brutalist'

30 Jan 2025

Perayaan Imlek dan Isra Mikraj, Lestari Moerdijat: Cermin Keberagaman yang Makin Kuat

30 Jan 2025

Sampai Kapan Puncak Musim Hujan di Jawa Tengah Berlangsung?

30 Jan 2025

Maraknya Pembunuhan Bermotif Sepele: Mengapa Masyarakat Kian Impulsif?

30 Jan 2025

Kampanye Darurat Gadget, Kampung Budaya Piji Wetan Perkenalkan Dolanan Tradisional

31 Jan 2025