BerandaTradisinesia
Selasa, 25 Nov 2024 17:09

Hindarkan Anak dari Kecanduan Gawai dengan Dolanan Tradisional

Latar Jembar, kegiatan memperkenalkan dolanan tradisional kepada anak-anak di Pendopo Notobratan Kadilangu, Kabupaten Demak. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Agar terhindar dari kecanduan gawai, para orang tua di Demak memperkenalkan anak dengan dolanan tradisional dalam kegiatan berajuk Latar Jembar.

Inibaru.id – Gim online di gawai yang belakangan begitu populer di kalangan anak-anak membuat Purwani Widya Astuti resah. Nggak mau buah hatinya kecanduan gawai dan abai dengan orang-orang di sekitarnya, dia pun mencoba mencari cara. Saat itulah perempuan 37 tahun ini dipertemukan dengan Latar Jembar.

Latar Jembar adalah sebuah acara nirlaba yang diinisiasi para seniman dan budayawan di Demak untuk memperkenalkan dolanan tradisional kepada anak-anak. Sesuai dengan keinginan Purwani, tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mengikis ketergantungan anak pada gawai.

Agar terbiasa dengan kehidupan sosial dan menjauhkan anaknya dari ketergantungan pada gawai, Purwani memang beberapa kali mengajak anaknya mengikuti kegiatan-kegiatan budaya di kotanya, termasuk di dalamnya Latar Jembar.

“Sebagai orang tua, saya sangat mendukung anak untuk kegiatan budaya. Saya sudah mendaftarkan anak di sanggar budaya (Sanggar Budaya Padma Baswara Demak), lalu mengikuti Latar Jembar juga,” tuturnya kepada Inibaru.id saat mengikuti kegiatan Latar Jembar beberapa waktu lalu.

Pengalaman yang Menyenangkan

Anak-anak bermain permainan lompat tali dalam acara Latar Jembar beberapa waktu lalu. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Kegiatan Latar Jembar dipusatkan di Pendopo Notobratan Kadilangu, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak. Dalam acara tersebut, para peserta diperkenalkan dengan sejumlah dolanan tradisional yang pernah populer pada zamannya, di antaranya permainan lompat tali, jamuran, egrang, dakon, dan cublak-cublak suweng.

Purwani mengaku senang bisa mengajak buah hatinya mengikuti Latar Jembar. Selain pengalaman baru, dia melihat anaknya jadi lebih aktif dan berkeringat karena dolanan tradisional lebih banyak mengandalkan aktivitas fisik. Setali tiga uang, dia juga mengatakan kesenangan yang sama.

Menurutnya, kegiatan ini berhasil membuat para orang tua bernostalgia mengenang masa kecil, sementara anak-anak mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan, bertemu dengan peserta lain, dan lebih banyak bergerak.

"Kami sama-sama bahagia; banyak pelajaran yang bisa kami dipetik, mulai dari jiwa sosial dan kerja sama tim," ujarnya.

Belum Pernah Memainkan

Dakon menjadi salah satu dolanan tradisional yang dimainkan di Latar Jembar. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Saat ini, dolanan tradisional memang mulai jarang dimainkan. Jadi, jangankan mengetahui cara bermainnya, mendengar namanya saja nggak pernah. Inilah yang dialami para peserta Latar Jembar, termasuk salah seorang di antaranya Nafiah.

Remaja 16 tahun ini mengatakan, dari berbagai dolanan tradisional yang dipraktikkan di Latar Jembar, hanya sedikit yang dikenalnya. Salah satunya dakon. Itu pun hanya tahu namanya, karena dia belum pernah sekali pun memegang, bahkan memainkannya.

"Sekadar tahu, nggak pernah main (dakon). Kebanyakan temanku lebih suka main gim online sih, jadi aku ikut-ikutan," tuturnya.

"Padahal, sebenarnya lebih happy main begini ketimbang main gim di hape," imbuhnya sembari menunjukkan salah satu dolanan tradisional yang tengah dimainkannya.

Ika, penggerak Latar Jembar memperkenalkan gasing di hadapan para peserta berusia kanak-kanak hingga remaja. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Ika Febrianti, salah seorang penggerak Latar Jembar menyebut, Latar Jembar sengaja dibikin untuk memperkenalkan dolanan tradisional yang merupakan warisan budaya leluhur ini kepada generasi sekarang.

"Kami mencoba menjawab keresahan sosial terkait pemakaian gadget yang berlebihan dengan memberikan pengalaman baru (bermain dolanan tradisional) untuk generasi muda," jelasnya seusai kegiatan Latar Jembar perdana beberapa waktu silam.

Menurutnya, ketergantungan anak pada gawai memang telah memasuki fase yang meresahkan. Nggak hanya kehilangan waktu yang berharga, terpapar gim online setiap waktu tanpa sadar telah membuat jiwa sosial luntur dan karakter memudar. Sebaliknya, permainan tradisional justru membentuk karakter anak.

“Kita nggak bisa menampik kemajuan teknologi, tapi sebagai orang tua, kita bisa mengontrol anak agar nggak sampai kecanduan (gim). Ambil peran, karena peran kita sangat memengaruhi perkembangan anak," tutupnya.

Menjauhkan buah hati dari gawai memang hampir mustahil dilakukan, tapi mengontrolnya agar terhindar dari kecanduan masih bisa diupayakan, salah satunya dengan lebih banyak memberikan alternatif permainan yang baik untuk aktivitas fisik, sosial, dan mental mereka. Sepakat, Millens? (Sekarwati/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lakukan Misi Kemanusiaan di Filipina, 10 Kru Heli Dapat Penghargaan Khusus

15 Nov 2024

Dapatkan Promo Pilkada 10 Persen Tiket Kereta Api untuk Keberangkatan 26-28 November 2024!

15 Nov 2024

Suruh Siswa Sujud dan Menggonggong, Ivan Dijerat Pasal Perlindungan Anak

15 Nov 2024

Soto Rem-Bang Gang Kuwera, Andalan Mahasiswa UNY Memadamkan Kelaparan

15 Nov 2024

Berbahaya, Jangan Googling Kata-kata Ini di Internet!

15 Nov 2024

Peluang Timnas Indonesia Melawan Jepang; Masih Ada Asa untuk Mencuri Poin

15 Nov 2024

JOMO, Menemukan Kebahagiaan dengan Melewatkan Hal-Hal yang Nggak Perlu

15 Nov 2024

Cantiknya Pantai Peyuyon; Serasa Main di Pantai Pribadi

16 Nov 2024

Hari Pemungutan Suara Pilkada 2024 Jadi Hari Libur Nasional

16 Nov 2024

Secuil Potongan Kehidupan Orang Indonesia di Short Video 'We' Karya Aco Tenri

16 Nov 2024

Gawai, Salah Satu Penyebab Kasus Kanker Usus Besar Naik di Kalangan Anak Muda Indonesia

16 Nov 2024

Sekda Imbau ASN Kabupaten Semarang Konsumsi Susu Segar

16 Nov 2024

Promo Besar Belum Tentu Hemat, Hati-Hati Belanja Impulsif!

16 Nov 2024

Alasan Kucing Suka Dielus Dagunya

17 Nov 2024

Mitos Bukan Sih Adopsi Anak Bisa Memancing Kehamilan?

17 Nov 2024

Nggak Pernah Mati, Laptop yang Di-sleep Terus Aman?

17 Nov 2024

Kala Air Terjun dan Lautan Bertemu di Pantai Surumanis Kebumen

17 Nov 2024

Cakwe Medan, Melegenda di Jalan Gajah Mada Semarang Sejak 40 Tahun Silam

17 Nov 2024

Sekuntum Senyum Petani Mawar di Tengah Dingin Sumowono yang Menusuk

17 Nov 2024

Asal Nama Kecamatan Wedi di Klaten, Terkait dengan Pasir atau Rasa Takut?

18 Nov 2024