BerandaTradisinesia
Senin, 2 Jul 2023 15:00

Cerita Candi Sari, 'Borobudur Mini' yang Ada di Sleman

Candi Sari di Kalasan, Sleman, Yogyakarta. (Wikipedia/Crisco 1492)

Candi Sari memiliki 9 buah stupa layaknya yang bisa kita temui di Candi Borobudur. Seperti apa ya kisah dari candi ini?

Inibaru.id – Masyarakat Nusantara sepertinya memang sudah mengenal toleransi antar-umat beragama sejak berabad-abad yang lalu. Buktinya, ada sejumlah candi dengan corak agama yang berbeda bisa ditemui di wilayah yang berdekatan. Salah satunya adalah Candi Sari, candi Buddha yang lokasinya nggak jauh dari Candi Prambanan yang bercorak Hindu.

Selain Prambanan, candi yang bisa kamu temui di Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta ini juga nggak jauh dari dua candi lainnya, yaitu Sambisari dan Kalasan. Candi Sari juga kerap dianggap sebagai Borobudur mini meski bentuknya bisa dikatakan sangat berbeda. Pasalnya, pada candi tersebut terdapat 9 buah stupa yang juga bisa kamu temui di Candi Borobudur. Stupa-stupa tersebut bisa kamu temui dalam susunan 3 deret sejajar.

Candi Sari juga dihiasi dengan relief yang indah. Tapi, para peneliti menyebut reliefnya cenderung mirip dengan yang ada di Candi Plaosan. O ya, candi ini dianggap spesial karena dulu disebut-sebut dipakai sebagai tempat meditasi para biksu. Bahkan, ada yang menyebut Candi Sari dulu memiliki fungsi seperti vihara.

Diperkirakan, candi ini dibangun pada masa Mataram Kuno, tepatnya pada abad ke-8. Hal ini diungkap dalam Prasasti Kalasan yang memiliki keterangan dibuat pada 700 tahun Saka atau 778 Masehi. Pada prasasti tersebut, terungkap bahwa Candi Sari dan Candi Kalasan dibangun pada masa yang sama saat Mataram Kuno dipimpin oleh Rakai Panangkaran.

“Kedua candi memang mirip, dalam hal arsitektur maupun relief. Keduanya juga diungkap di Prasasti Kalasan,” cerita Kanit Pemeliharaan BPCB DIY Andi Riyana Kanit sebagaimana dilansir dari Tribunjogja, (4/5/2020).

Bagian dalam Candi Sari. (Wikipedia/Nomo Michael Hoefner / http://www.zwo5.de)

Diterangkan pula bahwa pembangunan kedua candi tersebut berasal dari saran para penasehat keagamaan Wangsa Syailendra. Jadi, Candi Sari dibuat sebagai tempat para biksu belajar, sementara Candi Kalasan yang juga bercorak Buddha dibangun sebagai tempat pemujaan Dewi Tara, ibu dari Balaputradewa, salah seorang pemimpin Sriwijaya.

Saat kali pertama ditemukan pada awal abad ke-20, Candi Sari hancur berantakan. Tapi, pemugaran candi baru dilakukan Oudheidkundige Dienst (Jawatan Purbakala Hindia Belanda) pada 1929 – 1930 dan diawasi oleh A. J. Bernet Kempers, arkeolog asal Belanda. Sayangnya, karena banyak sekali bagian candi yang hilang, pemugaran tersebut nggak berhasil mengembalikan bentuk candi.

Pada akhirnya, banyak bagian pada candi dengan tinggi 17 meter dan luas 17,3 x 10 meter tersebut yang akhirnya dibangun kembali dengan batu yang baru.

Karena cukup tinggi, para peneliti kemudian yakin jika candi yang menghadap ke arah timur itu dulu terbagi menjadi dua tingkat. Pemisah lantai satu dan bawahnya adalah kayu. Soalnya, pada dinding candi, terkuak ada sejumlah lubang yang bisa dijadikan letak penempatan ujung balok kayu, Millens.

Selain itu, terungkap pula bahwa pada candi tersebut, ada tiga ruang belajar dengan ukuran 3,5 x 3,8 meter. Ruangan itulah yang dipakai para biksu untuk bermeditasi atau memperdalam ilmu agama.

Menarik ya, Millens kisah Candi Sari yang terkadang disebut sebagai Borobudur mini ini. Omong-omong, kamu sudah pernah mengunjunginya belum, nih? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: