BerandaTradisinesia
Sabtu, 18 Mei 2018 13:49

Bundengan, Alat Musik Asli Wonosobo yang Mendunia

Pemain bundengan dan seorang penari (buset-online.com)

Awalnya jadi payung bagi penggembala bebek, kini berubah menjadi alat musik yang mendunia. Kok bisa ya?

Inibaru.id – Selama ini Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, lebih dikenal lantaran lokawisata Dataran Tinggi Dieng-nya yang mendunia. Kota berhawa dingin itu juga dikenal dengan kuliner enaknya, seperti carica atau mi ongklok. Namun, nggak banyak yang tahu kalau kabupaten yang berbatasan langsung dengan Banjarnegara itu punya satu alat musik bernama Bundengan.

Yap, Bundengan. Tahukah kamu? Alat musik tradisional asli Wonosobo ini memang baru terdengar gaungnya lagi beberapa tahun belakangan. Eksistensinya mulai naik melalui pemberitaan media massa maupun media sosial.

Bermula dari keinginan sejumlah pemerhati seni dan budaya setempat untuk mengembangkan lagi alat musik yang nyaris punah tersebut membuat bundengan kembali eksis.

Dilansir dari Radarsemarang.com (23/2/2017), bundengan terbuat dari pelepah bambu apus pilihan. Kulit bambu itu dianyam membentuk lengkungan dan diikat dengan tali ijuk. Sebagai sumber bunyi, pada bagian dalam lengkungan dipasang tiga sampai empat senar yang diikat kencang. Kekencangannya diatur sesuai notasi.

Bundengan. (disparbud.wonosobokab.go.id)

Oya, alat musik sederhana itu dimainkan dengan cara dipetik, Millens. Laiknya alat musik petik lain, memetik bundengan pun nggak bisa sembarangan lantaran ada beberapa notasi dasarnya. Irama yang dihasilkan bundengan mirip dengan beberapa perangkat gamelan.

Sejarah Bundengan

Bundengan semula bukanlah alat musik. Fungsi awal anyaman melengkung itu adalah sebagai alat berteduh bagi penggembala bebek dengan nama kowangan. Kemudian, seperti ditulis Republika.co.id (26/4/2017), untuk mengisi waktu luang, para penggembala lalu memainkan musik dengan memasang tali ijuk di kowangan. Ijuk lalu diganti dengan senar biar menghasilkan bunyi yang lebih nyaring.

Efek suara yang dihasilkan "alat musik" itu menyerupai dengungan. Dalam bahasa Wonosobo, dengung disebut "bundeng". Maka, jadilah nama bundengan untuk menyebut alat musik berukuran besar tersebut.

Alat musik bundengan yang dipadukan dengan tarian. (Wonosobozone.com)

Saat ini keberadaan bundengan mulai kembali eksis di Wonosobo. Banyak pelatihan bermain bundengan yang diadakan. Alat musik tersebut juga mulai dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional Wonosobo, misalnya Lengger. Bahkan, telah ada sekolah di Wonosobo yang memasukkan bundengan dalam bahan ajar muatan lokal mereka, yakni di SMP Negeri 2 Selomerto.

Belum lama, eksistensi bundengan juga sampai ke luar negeri. Australiaplus.com (7/2/2018) menulis, Prof Margaret Kartomi, seorang pakar etnomusikologi dari Sir Zelman Cowen School of Music Monash University Australia pernah mengadakan riset langsung ke Wonosobo. Dia bahkan mengadakan simposium internasional tentang bundengan di kampusnya belum lama ini.

Wah, jadi ikut bangga ya. Kamu jangan sampai kalah untuk melestarikan budaya milik bangsa sendiri ya, Millens! (IB10/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ganti Karangan Bunga dengan Tanaman Hidup, Imbauan Bupati Temanggung Terpilih

19 Feb 2025

Perjalanan Kasus Korupsi Wali Kota Semarang sebelum Resmi Jadi Tersangka KPK

20 Feb 2025

Tiongkok Buka Lowongan 'Pasukan Pertahanan Planet': Cegah Asteroid Hantam Bumi

20 Feb 2025

Mudik Gasik, Kebiasaan Unik Warga Kampung Satai di Boyolali Sambut Sadranan

20 Feb 2025

Operasi Pasar GPM Digelar Pemerintah Jelang dan Selama Ramadan 2025

20 Feb 2025

'Kabur Aja Dulu' adalah Autokritik untuk Kebijakan yang Lebih Baik

20 Feb 2025

Profil Sukatani, Band Purbalingga yang Tarik Lagu karena Dianggap Singgung Polisi

21 Feb 2025

Tidak Ada Lagi Subsidi BBM pada 2027, Klaim Luhut Binsar Pandjaitan

21 Feb 2025

Mengapa Huruf N pada Tulisan Nutella Berwarna Hitam?

21 Feb 2025

Polda Jateng Gelar Ramp Check di Mangkang: Uji Emisi dan Cek Fasilitas Keselamatan

21 Feb 2025

Di Masjid Sheikh Zayed Solo Kamu juga Bisa Cari Jodoh!

21 Feb 2025

Serunya Menonton Pesawat Lepas Landas dan Mendarat di Gardu Pandang YIA Kulon Progo

21 Feb 2025

UMKM Perlu Prioritaskan Pajak dan Legalitas untuk Hindari Risiko Kerugian

21 Feb 2025

Faceless Content: Solusi bagi Introvert yang Ingin Menjadi Kreator

21 Feb 2025

Sejarah Kode ACAB yang Kembali Populer setelah Klarifikasi Sukatani

22 Feb 2025

Viral Band Sukatani Minta Maaf dan Tarik Lagu, Polda Jateng Klaim Menghargai Kebebasan Berekspresi

22 Feb 2025

Warteg Warmo, Lokasi yang Jadi Inspirasi Lagu 'Begadang' Rhoma Irama

22 Feb 2025

Memahami Rasa Trauma dan Duka Mendalam lewat Film 'The Graduates'

22 Feb 2025

Sejarah Nama Kawasan Kalibanteng di Kota Semarang

22 Feb 2025

Janji Bupati; Rembang Fokus Tingkatkan Layanan Kesehatan, Kendal Lanjutkan Pembangunan

22 Feb 2025