BerandaTradisinesia
Senin, 18 Mei 2025 11:01

Berebut Ayam Nazar dalam Tradisi Mondosiyo di Tawangmangu, Karanganyar

Warga menangkap ayam nazar di Tradisi Mondosiyo. (Rri/Ahmad Argadiraksa)

Warga percaya, jika mendapatkan ayam nazar yang dilepas di Tradisi Mondosiyo, bisa mendapatkan berkah.

Inibaru.id – Sebelum memulai pendakian Gunung Lawu pada Selasa (13/5/2025) lalu, Putra Ramadhan mampir dulu ke tempat teman kuliahnya di Dusun Pancot, Kalisoro, Tawangmangu. Siapa sangka, di tempat tersebut, dia justru menjadi saksi diadakannya sebuah tradisi unik yang ada di dusun tersebut, yaitu tradisi Mondosiyo.

Tradisi ini nggak bakal ditemukan di tempat lain karena tercipta berkat sebuah cerita legenda yang disebut-sebut jadi asal mula penamaan Dusun Pancot. Tradisi ini juga nggak digelar setahun sekali, melainkan tujuh bulan sekali, tepatnya pada Selasa Kliwon Wuku Mondosiyo dalam Kalender Jawa.

“Saya malah jadi antusias foto-foto mengikuti jalannya tradisi ini. Soalnya di tempat saya kan nggak ada,” ucap laki-laki yang berasal dari Ambarawa, Kabupaten Semarang tersebut.

Tradisi ini dimulai dengan penyembelihan ayam jantan serta kambing kendhit. Keduanya kemudian dijadikan sesajen dan ditempatkan di Balai Pundhen Pathokan. Setelah bendhe dipukul, gelaran seni seperti reog kemudian dipentaskan dan menyedot perhatian warga setempat.

Jelang sore, air badheg alias air fermentasi tapai ketan disiramkan ke cungkup Pundhen Patokan dan juga ke Watu Gilang. Yang terakhir, ayam-ayam yang disebut sebagai ayam nazar dilempar ke atap bangunan Pasar Dusun Pancot, Millens.

Tradisi Mondosiyo selalu digelar dengan meriah. (Pesonakaranganyar.karanganyarkab.go.id)

“Ayam nazarnya banyak yang dilepas. Ternyata siapa saja boleh melepas ayam-ayam ini. Lalu ayamnya diperebutkan warga. Yang dapat yakin bakal dapat berkah,” ungkap Putra.

Asal kamu tahu saja, tradisi ini berasal dari cerita legenda Prabu Boko, raja yang awalnya baik kepada rakyatnya namun kemudian berubah jadi jahat gara-gara tanpa sengaja mencicipi daging manusia dan meminta warganya menyediakan tumbal manusia hidup untuk dia santap setiap Selasa Kliwon.

Pemuda sakti Puthut Tetuka kemudian mengalahkan Prabu Boko untuk menghentikan penderitaan warga. Usai dihantam dengan batu gilang yang didapat dari lautan, Prabu Boko tewas. Badannya diinjak-injak (dalam bahasa Jawa aktivitas ini disebut pancot) hingga hancur.

Puthut Tetuka kemudian meminta warga untuk menggelar acara bersih desa setiap Selasa Kliwon Wuku Mondisiyo untuk menghilangkan kejahatan Prabu Boko. Selain menghidangkan sesaji di lokasi Prabu Boko tewas, air badheg juga disiramkan ke batu gilang yang jadi senjata untuk mengalahkan sang prabu.

Wah, menarik banget ya ternyata tradisi Mondosiyo yang ada di Karanganyar ini. Apalagi, cerita rakyat yang mengawalinya juga menarik. Semoga saja ya di gelaran berikutnya, kita bisa melihatnya langsung, atau malah mendapatkan ayam nazarnya. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: