BerandaTradisinesia
Sabtu, 23 Jun 2023 14:00

Berbagai Pantangan di Acara Sedekah Bumi Desa Gulangpongge Pati

Kemeriahan atraksi barongan di punden Desa Gulangpongge saat sedekah bumi. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Tradisi sedekah bumi di Kabupaten Pati masih terus lestari hingga sekarang. Dalam tradisi ini banyak masyarakat yang mempercayai adanya larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar selama tradisi berlangsung.

Inibaru.id - Sejak zaman dahulu di masyarakat Jawa ada banyak tradisi dengn ritual dan larangan yang menyertainya. Begitu pula tradisi sedekah bumi yang dimiliki warga Pati, Jawa Tengah. Tradisi sebagai wujud syukur akan hasil bumi ini masih dianggap sakral hingga sekatang.

Tradisi yang diadakan setiap setahun sekali pada bulan Apit ini memang selain memiliki kesan hiburan juga memiliki larangan-larangan yang perlu ditaati. Contohnya tradisi sedekah bumi yang digelar di Desa Gulangpongge, Kecamatan Gunungwungkal pada Kamis, 15 Juni lalu.

Dalam acara tersebut, masyarakat Gulangpongge meyakini ada beberapa pantangan yang nggak boleh dilanggar. Mereka mempercayai bahwa apabila ada pantangan yang dilanggar, hal-hal yang nggak diinginkan bisa saja terjadi.

Hal ini dibenarkan oleh Kuntardi, kepala Desa Gulangpongge yang saya temui usai perhelatan sedekah bumi. Dia menjelaskan bahwa memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan warga saat menggelar sedekah bumi setiap hari Kamis Pahing, Bulan Apit ini.

Gunungan yang dipikul 4 warga ini berisi hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Kuntardi menjelaskan ada beberapa larangan yang berlaku mulai sehari sebelum hari H sedekah bumi. Larangan itu misalnya warga nggak boleh 'menyentuh bumi' sejak hari Rabu Legi. Di hari Rabu paginya, ada ritual pemotongan hewan kerbau yang menjadi pembuka rangkaian acara sedekah bumi.

“Sejak darah kerbau yang dipotong itu menetes ke tanah, warga desa nggak boleh menyentuh bumi selama dua hari. Artinya warga nggak boleh melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pertanian atau bercocok tanam,” terang Kuntardi saat ditemui Inibaru.id di kediamannya.

Menurut Kuntardi, larangan ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan kepada bumi sebelum melaksanakan tradisi sedekah bumi di keesokan hari.

Larangan lain yang berlaku bagi warga Desa Gulangpongge yakni nggak boleh memiliki rasa iri, dengki, dan amarah di dalam hatinya.

“Sedekah bumi ini adalah momentum untuk saling berbagi, mbak. Masyarakat sebagai tuan rumah sedekah bumi ini berbagi hasil bumi berupa makanan dan jajanan untuk warga desa lain yang datang. Hal ini harus dilandasi rasa ikhlas yang tulus,” ucap Kuntardi.

Pagelaran wayang kulit dalam rangka sedekah bumi ini berlangsung sehari semalam. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Selain dua larangan tadi, ada satu larangan lagi yang paling disakralkan yakni semua yang menghadiri acara sedekah bumi Desa Gulangpongge nggak boleh mengenakan pakaian bewarna hijau muda. Larangan ini berlaku bagi warga Gulangpongge, warga luar desa, maupun para penampil kesenian sedekah bumi di Gulangpongge.

“Konon katanya mbah danyang desa Gulangpongge itu memakai pakaian serba putih dan memakai selendang hijau muda untuk ikat pinggang, mbak,” tutur lelaki 56 tahun itu.

Menurut Kuntardi, pernah ada kasus dimana dalang pertunjukan wayang yang akan tampil di Desa Gulangpongge itu memakai pakaian hijau muda. Nggak selang berapa lama, kejadian nggak mengenakkan pun terjadi.

Masyarakat memenuhi pelataran punden Desa Gulangpongge untuk menyaksikan karnaval sedekah bumi. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

“Dulu ada dalang muda yang keukeuh memakai baju hijau muda. Sudah saya ingatkan, tapi dia tetap nggak ganti. Baru saja naik panggung, akhirnya dia sakit perut dan diganti dalang lain,” ucap Kuntardi sembari mengingat kejadian beberapa tahun lalu itu.

“Akhirnya, saya arahkan untuk meminta ngapuro (permohonan maaf) ke makam danyang desa di punden itu. Setelah itu dia ziarah dan minta maaf. Alhamdulillah malam harinya dia sudah bisa pentas,” imbuhnya.

Larangan nggak tertulis itu memang paling terkenal diantara semua larangan yang lain. Sebagai generasi penerus, memang sudah sebaiknya kita menghormati dan melestarikan tradisi warisan leluhur kita. Bukan begitu, Millens? (Rizki Arganingsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: