BerandaTradisinesia
Sabtu, 15 Des 2017 15:23

Begalan Banyumas: “Perampokan” pada Resepsi Perkawinan

Begalan Banyumas (Ensiklo.com)

“Perampokan” sengaja dilakukan saat resepsi pernikahan. Tradisi khas Banyumas itu perlu terus dilestarikan.

Inibaru.id – Begal memang perlu diberantas. Tapi tradisi begalan di Banyumas? Ya, perlu dilestarikan. Apakah ada hubungan antara begal dan begalan? Cek ya….

Laman Ensiklo.com menulis, begalan adalah satu dari sekian banyak tradisi yang diwariskan secara turun-menurun oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Tradisi ini menjadi bagian dalam rangkaian resepsi pernikahan.

Begalan berasal dari kata “begal” dalam bahasa Banyumas yang berarti “rampok” atau “perampok”. Begalan berarti perampasan atau perampokan di tengah jalan.

Tradisi dalam rangkaian resepsi pernikahan ini dilakukan bila yang dinikahkan adalah anak pertama dengan anak pertama, anak terakhir dengan anak terakhir, anak pertama dengan anak terakhir, dan anak pertama yang perempuan. Masyarakat Banyumas percaya, sajian begalan dipercaya dapat membawa kebaikan bagi pasangan pengantin dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Baca juga:
Buang Jung, Tradisi Merawat Laut Suku Sawang
Topeng Ireng , Tarian Silat, dan Syiar Islam

Kisah Adipati Wirasaba

Begalan berasal dari  kisah tentang Adipati Wirasaba. Saat itu Adipati mempersunting putri dari Adipati Banyumas pada Sabtu Pahing. Laiknya seorang laki-laki yang akan mempersunting seorang istri, Adipati Wirasaba bersama rombongannya membawa pernak-pernik yang dibutuhkan dalam acara pernikahan.  Di tengah perjalanan, rombongan Adipati Wirasaba bertemu dengan garong atau rampok yang di Banyumas disebut begal.

Pertarungan pun nggak bisa dielakkan di antara mereka. Pertarungan dimenangkan oleh Adipati Wirasaba dan rombongannya. Tempat terjadinya pertarungan kemudian diberi nama Sokawera, karena Adipati Wirasaba yang bertarung secara rawe-rawe rantas malang-malang putung.

Rombongan beristirahat sebentar di tengah hutan sambil memeriksa barang bawaan. Ternyata ada barang yang hilang (“long” dalam bahasa banyumas). Tempat itu pun diberi nama Pegalongan. Dan ketika di tengah perjalanan hendak menyeberangi sungai, rombongan itu menemukan mayat dari perampok yang bernama Suradilaga. Tempat ditemukannya mayat dari perampok yang bernama Suradilaga, kemudian diberi nama Cindaga. Lalu perjalanan dilanjutkan sampai di tempat acara pernikahan, hingga pernikahan pun dapat terlaksana.

Cerita singkat ini, merupakan bagian yang melatarbelakangi adanya tradisi begalan pada masyarakat Banyumas. Ekspolorasi kisah itu tersaji dalam pementasan begalan, yang diperankan oleh dua orang. Seorang berperan sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur) yang bernama Gunareka, dan seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok yang bernama Rekaguna. 

Baca juga:
Jaran Goyang, Santet Asmara Orang Osing
Wayang Ajen a.k.a Wayang Seleb dari Kuningan

Kepercayaan lain yang mengikuti cerita tersebut adalah soal pantang bepergian pada hari Sabtu Pahing. Mereka percaya, bepergian jauh pada hari itu kemungkinan bisa celaka.

Oya Millens, pengin tahu alat dapur apa yang dibawa saat begalan?

Alat-alat itu adalah cething (bakul kecil untuk nasi), centhong (pengambil nasi), irus (pengaduk sayuran), siwur (gayung), kukusan, ilir (kipas bambu), ian (alat untuk menaruh nasi pada saat dikipasi dengan ilir). (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024