Inibaru.id – Salah satu jajanan khas dari Kota Yogyakarta adalah bakpia pathuk. Jajanan ini bahkan hampir selalu diburu oleh para wisatawan yang datang ke Kota Pelajar. Kalau kamu cermati, ada banyak sekali jenama bakpia pathuk yang memakai angka-angka. Sebenarnya, apa ya rahasia di balik angka-angka ini?
Memang, ada jenama-jenama bakpia pathuk yang nggak memakai angka, melainkan nama-nama seperti bakpia Tugu atau Kurnia Sari. Tapi, angka-angka di jenama bakpia pathuk sudah kadung melegenda di Yogyakarta.
Jadi gini Millens, sebenarnya bakpia bukanlah makanan asli Yogyakarta. Makanan ini juga datang dari Tiongkok. Nama aslinya adalah Tou Luk Pia yang berupa roti yang diisi daging-dagingan seperti ayam atau babi. Nah, karena masyarakat di Jawa kebanyakan beragama Islam, makanan ini mengalami perubahan dalam hal isian. Sejak saat itulah isian bakpia berupa kacang hijau mulai dikenal di Yogyakarta.
Bakpia pertama yang muncul di Yogyakarta dipasarkan oleh Kwik Sun Kwok. Setelahnya, rekannya Liem Bok Sing membuka bisnis bakpia lainnya. Bentuk bakpia modern yang kita lakukan sekarang kabarnya berasal dari bakpia yang dulu dibuat oleh Liem Bok Sing.
Liem Bok Sing ini membuka toko bakpia di Kampung Pathuk. Warga yang bekerja di toko ini kemudian tahu rahasia membuat bakpia sehingga akhirnya membuka produksi bakpia sendiri-sendiri. Setiap warga pun membuka jenama sesuai dengan nomor rumahnya masing-masing. Sebagai contoh, ada yang nomor rumahnya 25, 75, atau 88. Nah, nomor-nomor inilah yang kemudian kita kenal sebagai merek bakpia dari Yogyakarta.
Berbagai merek bakpia ini kemudian membuka toko-tokonya sendiri-sendiri. Ada yang dekat dengan Kampung Pathuk, namun ada juga yang membukanya dekat dengan tempat wisata. Satu hal yang pasti, setiap jenama bakpia ini memiliki ciri khas dan kelebihannya.
Meski begitu, kamu juga bisa kok datang langsung ke Kampung Pathuk untuk mendapatkan bakpia. Kabarnya, harga bakpia di situ juga lebih terjangkau, lo.
Jadi, sudah tahu kan rahasia di balik angka-angka dari jenama bakpia pathuk di Yogyakarta, kan, Millens? (Peg/IB09/E05)