BerandaPasar Kreatif
Senin, 13 Feb 2022 09:00

Para Penjahit Bojong Pekalongan di Sudut-Sudut Kota Semarang

Mesin jahit hitam yang digunakan para penjahit asal Bojong. (Inibaru.id/ Bayu N)

Merantau ke Kota Semarang, para penjahit Bojong Pekalongan ini biasa mangkal di Taman Borobudur. Bagaimana ihwal mereka bisa 'terdampar' di Kota Lunpia?

Inibaru.id - Siang itu, langit tampak cerah di sekitar Taman Borobudur, Manyaran, Semarang Barat, Kota Semarang. Di salah satu sudut taman, lamat-lamat terdengar suara mesin jahit bersautan, yang berasal dari tiga penjahit keliling yang tengah mangkal di sana.

Ketiganya berasal dari Bojong, satu kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang berjarak sekitar 8 kilometer dari pusat kota. Salah seorang di antara mereka, Anshor namanya. Sudah bertahun-tehun dia mengais rezeki di taman tersebut.

Anshor mengatakan, dirinya sengaja merantau ke Semarang untuk menjadi penjahit. Bersama teman-temannya, semula dia menawarkan jasanya sambil berkeliling. Dia baru memutuskan mangkal di Taman Borobudur setelah mendapat beberapa pelanggan di sekitar situ.

"Mulai dapat pelanggan, saya memutuskan menetap di sini beberapa tahun lalu. Untung-untungan," ungkapnya sebelum menyesap secangkir kopi di sela waktu istirahatnya, belum lama ini.

Keputusan yang diambil Anshor tidaklah salah. Dengan mangkal, pelanggan justru terus berdatangan. Penghasilannya bahkan jauh lebih baik ketimbang harus berkeliling ke kampung-kampung yang nggak pasti.

“Sekarang sudah bertahun-tahun di sini, punya banyak pelanggan," terang Anshor yang sehari-hari menjahit dengan mesin yang diletakkan di bagian belakang sepeda motornya itu. "Orang-orang di sekitar sini juga sudah kenal, pada tahu kalau mau permak pakaian di sini."

Satu dari Puluhan Penjahit 

Berasal dan bertempat tinggal yang sama, Anshor dan rekannya selalu bekerja bersama. (Inibaru.id/Bayu N)

Menurut penuturan Anshor, penjahit keliling seperti dirinya yang berasal dari Pekalongan berjumlah belasan, bahkan puluhan orang, di Kota Semarang. Mereka tersebar di pelbagai sudut di ibu kota Jawa Tengah tersebut. Ada yang baru bekerja beberapa tahun, tapi nggak sedikit yang sudah belasan tahun.

"Saya menjahit belum ada 10 tahun. Kalau teman-teman, banyak yang sudah belasan tahun. Ya, rata-rata pada kenal, tapi tersebar di banyak tempat," terang Anshor yang segera diiyakan teman-temannya.

Orang Pekalongan yang merantau ke Semarang, lanjutnya, sebagian memang memiliki kemampuan menjahit. Kalau nggak bekerja di pabrik pakaian atau konveksimereka , menjadi penjahit keliling. Inilah yang membuat Anshor berani menjamin hasil jahitan orang Pekalongan pasti bagus.

"Kami jamin hasilnya memuaskan," terang lelaki bersahaja tersebut.

Oya, kendati mengadu nasib dengan profesi yang sama, Anshor mengimbuhi, para penjahit Bojong ini nggak pernah berseteru satu sama lain. Alih-alih bersaing, mereka memilih bekerja sama, bahkan beberapa kali menggelar perkumpulan antar-sesama penjahit asal Kota Batik.

"Ya, kadang berkumpul. Yang dibahas ya tentang jahit-menjahit; ngomong jenis kain, harga permak, teknik menjahit, dan lain-lain," aku dia seraya mengisap rokok kretek yang tersemat di jemari kanannya.

Bojong, 'Kota' Para Penjahit

Jahitan dijamin kuat dan rapi meski harganya murah. (Inibaru.id/Bayu)

Pekalongan, baik kota maupun kabupaten, dikenal sebagai Kota Batik. Laju perekonomian di sana nggak lepas dari produksi batik, yang berkelindan dengan produksi kain, benang, hingga pakaian dan jahit-menjahit.

Nah, di antara banyak daerah di kota yang berjarak sekitar 150 kilometer dari Kota Semarang tersebut, Kecamatan Bojong telah lama dikenal sebagai pencetak tukang jahit andal. Menurut Anshor, hampir semua orang di sana dilahirkan untuk menjahit.

“Di desa saya, hampir semua orang didorong untuk bisa menjahit. Orang Bojong pasti terampil dan pandai menjahit," ujarnya jemawa, lalu sejenak menghela napas. "Karena alasan itu juga saya merantau," lanjutnya.

Anshor memang mengaku merantau ke Semarang karena tenaga menjahit kota kelahirannya sudah banyak dan persaingannya ketat. Lelaki yang pernah bekerja di sebuah konveksi itu mengungkapkan, dengan atau tanpa pengalaman bekerja di pabrik, semua orang bisa menjahit di sana.

"Jadi, saya pilih (jadi penjahit dengan) merantau ke kota yang lebih besar dan ramai. Awalnya mau ke Jakarta, tapi takut dengan persaingan yang lebih banyak. Ya sudah, ke Semarang saja," kata dia, lalu tersenyum.

Sejurus kemudian, Anshor kembali duduk di jok sepeda motornya, menghadap mesin jahit, dan tampak serius menyelesaikan permak baju yang mungkin sebentar lagi bakal diambil si empunya pakaian. Sehat selalu, ya! (Bayu N/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024