BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 7 Mei 2021 16:00

Lupakan Keranjang Rotan; Parsel Terlihat Lebih Mewah dengan Die Cut Box!

Die cut box, packaging yang sedang laris digunakan untuk hamper. (Inibaru.id/Kharisma Ghana T)

Masih menggunakan keranjang rotan atau plastik sebagai pembungkus parsel? Saatnya beralih ke die cut box, pembungkus ramah lingkungan yang bikin parsel terlihat lebih mewah!

Inibaru.id – Dus karton atau yang ngetren dengan sebutan die cut box belakangan kian diminati orang. Nggak hanya berbentuk kubus atau balok, boks berwarna coklat ini juga tersedia dalam bentuk yang semakin lucu dan ukuran yang bermacam-macam. Kamu bahkan bisa membuatnya sendiri dengan berbekal template yang bertebaran di internet.

Menjelang Lebaran, penggunakan boks karton ini juga tampak kian meningkat, utamanya dipakai untuk mengemas hamper, parsel, atau bingkisan Lebaran. Bahkan, tren ini sudah terlihat sejak memasuki Ramadan pada awal April kemarin.

Alih-alih keranjang rotan atau plastik, belakangan sebagian orang memang cenderung beralih ke die cut box untuk membungkus parsel. Hal itu sebagaimana diungkapkan Tenti Lidiyasari, pemilik usaha pembuatan hamper dan parsel Oalaa Gifts.

Selain karena boks hamper sedang ngetren, Tenti mengaku penggunaan die cut box benar-benar mampu menekan biaya pembelian boks di pasaran yang harganya mahal. Dia juga mengatakan, boks karton ini juga terlihat unik dan estetis.

“Murah, yang pasti! Terus, die cut box juga unik dan nggak menurunkan tingkat keindahan isi di dalamnya," terang perempuan 22 tahun tersebut.

Terlihat Berbeda

Paket hampers yang menggunakan die cut box sebagai packaging. (Inibaru.id/Kharisma Ghana T)

Sebagai penyedia bingkisan custom, Tenti memang perlu terus-menerus melihat tren terbaru dan apa yang mungkin diinginkan pelanggannya. Nggak hanya isinya, dia juga harus memikirkan gimana kemasannya.

Dia memang butuh sesuatu yang lain dari yang lain. Nah, untuk saat ini, die cut box dianggap yang paling kiwari (kekinian). Dengan harga yang cukup terjangkau, mengemas kado atau hamper dengan cut box juga memberikan kesan mewah.

"(Membungkus nemakai) kertas kado atau plastik sudah umum. Mereka (pelanggan) ingin tampilan yang berbeda," terang Tenti.

Lebih dari itu, gadis kelahiran Tegal tersebut juga mempertimbangkan die cut box karena bahannya lebih ramah lingkungan. Berbeda pembungkus plastik yang kebanyakan hanya sekali pakai, cut box bisa didaur ulang menjadi barang lain. Kalau pun dibuang, kotak yang berbahan dasar kertas ini juga lebih mudah terurai.

Lebih Murah, tapi Sekali Pakai

Isi dari die cut box yang digunakan untuk mengemas hampers. (Inibaru.id/Kharisma Ghana T)

Meme, pemilik bisnis hamper Lykketale, juga mengaku akhir-akhir ini memilih menggunakan die cut box untuk packaging hamper-hamper yang dipesan pelanggannya. Dia juga mengaku penggunaan dus karton tersebut terbilang jauh lebih murah.

“Untuk paket hamper yang paling murah dan menengah, kami pakai cut box. Harganya jauh lebih murah dari hard box, rotan, atau multipleks," tutur pengusaha asal Kota Semarang tersebut.

Namun, Meme menambahkan, harga yang murah tentu saja ada plus dan minusnya. Menurut dia, die cut box adalah boks sekali pakai, jadi nggak bisa bertahan lama.

"Iya, boks model gini ya sekali pakai, jadi nggak bisa disimpen lama,” ungkapnya.

Bagi penyedia hamper, parcel, dan bingkisan Lebaran, memilih bungkus yang tepat tantu saja menjadi salah satu pertimbangan utama. Istilah don't judge the book by it's cover agaknya nggak berlaku bagi mereka.

Maka, memilih pengemas yang murah tapi mevvah seperti die cut box ini tentu saja perlu menjadi pertimbangan. Yakin masih mau pakai keranjang rotan atau plastik untuk parsel dan hamper bikinanmu? Ha-ha. (Kharisma Ghana T/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024