BerandaPasar Kreatif
Minggu, 1 Mar 2025 08:38

Kerajinan Rebana di Demak; Menjaga Tradisi sembari Terus Berinovasi

Pembuatan rebana di Demak. (Inibaru.id/ Alya Himmatul Aliyah)

Sejak diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, rebana telah menjadi bagian dari masyarakat Kabupaten Demak hingga kini. Kerajinan rebana terbaik juga berasal dari sini. Bagaimana kondisi mereka saat ini?

Inibaru.id - Perkembangan Islam di Tanah Jawa nggak lepas dari peran rebana sebagai alat musik yang dibawa langsung dari Timur Tengah. Hingga kini, masyarakat Jawa nggak hanya menjadikan alat perkusi tabuh itu sebagai alat musik, tapi juga simbol dakwah Islam.

Sebagai kota yang menjadi pintu masuk penyebaran Islam di Jawa, masyarakat di Kabupaten Demak juga begitu dekat dengan alat musik tersebut. Bahkan, di tengah banyaknya alat musik modern yang berkembang saat ini, para pengrajin rebana di kota ini masih bertahan hingga sekarang.

Industri kerajinan rebana di Demak memang termasuk salah satu yang paling hidup saat ini. Kualitasnya pun nggak main-main. Sejak diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga sebagai media dakwah, rebana terus menjadi bagian dari tradisi budaya yang mengakar bagi orang Demak.

Rebana biasa dimainkan untuk mengiringi lantunan selawat dan syair keislaman, yang diajarkan semasa Walisongo menyebarkan agama di kota ini. Konon, kala itu alunan rebana yang merdu dan ritmis membuat ajaran Islam lebih mudah diterima masyarakat.

Menjaga Warisan Budaya

Hadi, salah seorang pengrajin rebana dari Demak mengatakan, ada satu alasan kenapa dia dan banyak pengrajin di Demak masih bertahan dengan pembuatan alat musik berbahan dasar dari kayu dan kulit binatang tersebut sampai sekarang. Salah satunya karena menjaga warisan budaya Islam di Kota Wali tersebut.

“Kami membuat rebana bukan hanya untuk dijual, tapi juga menjaga warisan budaya Islam agar tetap hidup di tengah masyarakat,” ujar lelaki yang mengaku telah menekuni profesi sebagai pengrajin rebana selama lebih dari 20 tahun ini.

Keberadaan para pengrajin rebana di Demak, lanjut Hadi, menunjukkan bagaimana masyarakat setempat tetap berkomitmen untuk melestarikan budaya yang digunakan Sunan Kalijaga dalam syiar Islam.

"Pusat kerajinan rebana di Demak bisa ditemukan di beberapa kecamatan, salah satunya di Kecamatan Gajah. Usaha ini kebanyakan merupakan bisnis turun-temurun dan masih dikerjakan dengan cara tradisional," tuturnya kepada Inibaru.id, belum lama ini.

Dibuat dengan Cara Tradisional

Pembuatan rebana di Demak, khususnya di Kecamatan Gajah, kebanyakan memang masih dikerjakan secara tradisional, dimulai dari pemilihan bahan kayu, pembentukan rangka, hingga pemasangan kulit sebagai membran suara.

Hadi mengungkapkan, bahan utama yang digunakan adalah kayu nangka, mahoni, atau jati, yang dikenal kuat dan tahan lama. Sementara, untuk membran rebana, mereka biasanya memakai kulit kambing yang telah diproses khusus untuk menghasilkan suara yang nyaring dan khas.

"Setiap tahap pengerjaan memerlukan ketelitian tinggi agar rebana yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik," jelasnya.

Produk-produk inovatif yang dibuat para pengrajin Demak. (Inibaru.id/ Alya Himmatul Aliyah)

Kualitas yang baik membuat rebana-rebana buatan orang Demak dikenal hingga mancanegara. Hadi mengatakan, nggak sedikit pengurus pesantren, masjid, dan komunitas seni Islam yang mempercayakan kebutuhan rebana mereka kepada pengrajin asal Demak.

"Tidak hanya di Indonesia, kami juga menjangkau pasar internasional. Banyak produk rebana demak yang dikirim ke negara lain," sebutnya.

Menjadi Sumber Penghasilan Masyarakat 

Industri kerajinan rebana di Demak nggak hanya dinikmati secara perorangan, tapi juga menjangkau masyarakat yang jauh lebih luas. Nggak sedikit warga yang hingga kini masih menggantungkan hidup pada bisnis tersebut, mulai dari menjadi pengrajin, pengecat, hingga penjual.

Dengan permintaan yang terus berdatangan, keberadaan kerajinan rebana di Demak nggak bisa dipandang sebelah mata. Rudi, salah seorang pedagang rebana asal Demak bahkan meyakini, rebana adalah salah satu sektor penting yang menjadi sumber penghasilan utama masyarakat.

“Setiap bulan kami menerima pesanan dari berbagai kota, bahkan ada yang dari Malaysia dan Brunei. Ini membuktikan bahwa rebana Demak masih diminati banyak orang,” kata Rudi.

"Jadi, selain membantu perekonomian warga, rebana adalah produk unggulan yang bisa bersaing di pasar global," tambahnya.

Tantangan dan Inovasi Bisnis Rebana

Berkembangnya musik modern dan digital serta penolakan sebagian generasi muda terhadap musik tradisional yang dianggap kuno telah membuat keberadaan alat musik tradisional seperti rebana tersisih. Hal ini diakui Rudi telah berimbas pada penurunan keuntungan bagi dirinya dan kawan-kawan.

"Generasi muda cenderung lebih tertarik pada alat musik elektronik dibandingkan alat musik tradisional seperti rebana ini. Solusinya, mau tidak mau kami harus terus berinovasi dan melakukan penyesuaian," kata dia.

Untuk menjaga eksistensi sekaligus membuat para anak muda tetap tertarik pada alat musik ini, pengrajin di Demak berinovasi dengan membuat desain rebana menjadi lebih menarik, tentu saja tanpa meninggalkan nilai-nilai kekhasannya.

"Kami bikin desain rebana menjadi lebih menarik agar berterima untuk generasi muda. Harapan kami, upaya tersebut akan membuat rebana menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, baik dalam seni, dakwah, maupun budaya," tandasnya.

Di balik pembuatan alat musik tradisional rebana ini, ternyata terkandung nilai-nilai yang tetap dipegang teguh para pengrajinnya. Dengan sepenuh hati, mereka mencoba mempertahankan warisan leluhur sembari turut serta dalam menjaga eksistensi seni Islam di tengah masyarakat modern ini. (Alya Himmatul Aliyah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Checklist Persiapan Ramadan: Fisik, Mental, dan Spiritual

27 Feb 2025

Memaknai Kirab Dugderan, Tradisi Penanda Ramadan di Semarang yang Akan Digelar Jumat

27 Feb 2025

Peci Kang Santri Kudus; Jelang Ramadan, Orderan Naik Terus

27 Feb 2025

Di Jepang, Ada Gunung yang Tingginya Hanya 6,1 Meter!

27 Feb 2025

Memang Bisa Konsumen Pertamax Tuntut Ganti Rugi ke Pertamina Jika Terbukti Dapat Oplosan?

27 Feb 2025

Cinta pada Pandangan Pertama: Romantis atau Sekadar Ilusi?

27 Feb 2025

Beda Rute, Berikut Pengalihan Jalan selama Kirab Dugderan 2025 di Semarang

27 Feb 2025

Susun Strategi Keamanan Siber, Nezar Patria: Sedia Payung sebelum Hujan

27 Feb 2025

3 Cara Pemkot Semarang Antisipasi Kecelakaan di Tanjakan Silayur

28 Feb 2025

Diskon Listrik Prabayar Berakhir Hari Ini, Akankah Sisa Token Hangus?

28 Feb 2025

Menembus Kemacetan demi Kuliner Legendaris Semarang: Sate Ayam Jembatan Mrican

28 Feb 2025

Benarkah Jepang Butuh Tenaga Kerja dari Indonesia?

28 Feb 2025

BRIN: Ada Potensi Awal Puasa 2025 Berbeda, Tapi Lebaran Bersama

28 Feb 2025

Optimalisasi Fungsi Sosial Tanah, Warga Terima Sertifikat Konsolidasi

28 Feb 2025

Mencegah Anak Menjadi 'People Pleaser', Ajarkan Batasan Sejak Dini

28 Feb 2025

Sah; 1 Ramadan 1446 H Mulai Sabtu, 1 Maret 2025!

28 Feb 2025

Kerajinan Rebana di Demak; Menjaga Tradisi sembari Terus Berinovasi

1 Mar 2025

Menanti Aksi Pemerintah setelah Raksasa Tekstil Sritex Resmi Ditutup Hari Ini

1 Mar 2025

Dari Mana Asal Nama Stasiun Lempuyangan Yogyakarta?

1 Mar 2025

Carmen Hearts2Hearts Lakukan Gestur 'Permisi', Bikin Heboh Publik Korea

1 Mar 2025