BerandaPasar Kreatif
Rabu, 23 Jan 2018 15:28

Bordir Kawalu, dari Kota Kecamatan ke Pasar Internasional

Bordir Kawalu. (Liputan6.com)

Kemampuan orang Kawalu membuat bordir nggak diragukan lagi karena diturunkan dari generasi ke generasi. Kini pasar bordir mereka telah berekspansi ke pasar luar negeri.

Inibaru.id –  Kuwalu hanyalah kota kecamatan di Tasikmalaya, Jawa Barat. Tapi namanya moncer sebagai sentra bordir.

Coba deh Sobat Millens sekali-sekali mampir ke Kawalu. Kamu akan langsung disambut oleh gemuruh mesin bordir begitu memasuki kawasan Jalan Air Tanjung. Ya, kamu memang sedang memasuki sentra kerajinan bordir, dimulai sejak dirimu berada gapura bertuliskan “Selamat Datang di Sentra Bordir Kawalu Tasikmalaya”.

Mengadopsi gaya khas Tiongkok, bordir Kawalu sudah dimodifikasi dan disesuaikan bahannya hingga menghasilkan gaya khas Tasikmalaya. Kamu bisa banget nih melihat bordir khas Kawalu dalam pelbagai produk, seperti kerudung, kebaya, mukena, selendang, blus, dan sebagainya.

Usaha rumahan daerah Kawalu ini sudah lahir sejak masa pendudukan Belanda lo, Millens. Dan itu langgeng sebagai penghidupan masyarakat Kawalu. Seperti kecamatan lainnya, seni bordir di Kawalu itu warisan turun-menurun. Nggak heran, kamu akan menjumpai hampir setiap rumah di sana bikin bordiran.

Ada yang masih menggunakan mesin juki kecil, tapi nggak sedikit pula yang sudah pakai mesin bordir komputer.

Yap, Kawalu merupakan sentra bordir terbesar di Jawa Barat. Pangsa pasarnya mampu menembus Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia. Nggak cuma itu, pasar internasional pun menggemari bordir Kawalu seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, dan bahkan negara-negara di Afrika.

Kalau tertarik dan ingin datang ke Kawalu, kamu bisa naik angkutan dari Kota Tasikmalaya menuju jurusan Sub Terminal Pancasila di Kawalu. Untuk ke sentra bordirnya, kamu bisa ngojek dengan tarif antara 10-20 ribu rupiah.  

Kalau sudah ke sana, kamu akan buktikan sendiri seperti apa kualitas bordir Kawalu. Syukur-syukur kamu juga  belajar cara kreatif mereka dalam memproduksi sesuatu yang mampu menembus pasar. (YFH/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024