BerandaKulinary
Jumat, 21 Feb 2019 16:00

Minuman Unik dari Semarang, Apalagi Kalau Bukan Wedang Durian?

Wedang duren di Warung Kacang Ijo Semarang. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Semangkuk penuh wedang durian legit dan gurih yang diberi "isian" ketan, disajikan hangat di hadapan, menemani sore yang padat, tentu tak ada salahnya. Berminat?

Inibaru.id – Durian dan ketan sudah lama menjadi kuliner khas pelbagai daerah di Indonesia. Di Sumatra, perpaduan keduanya memunculkan satu menu yang hampir selalu ada mendampingi opor dan ketupat saat Lebaran, yakni Ketan Durian atau Kinca Durian.

Sementara di Semarang, Jawa Tengah, masyarakat setempat juga mengenal perpaduan yang sama. Yang berbeda, ketan dan durian itu diolah hingga menjadi semacam minuman hangat. Wedang Durian namanya.

Kamu bisa menikmati wedang unik itu, salah satunya di Jalan Ki Mangunsarkoro, Jagalan, Semarang Tengah. Ketiklah "Kacang Ijo Kapuran" di aplikasi Google Map-mu. Yap, itulah warungnya! Selain wedang kacang hijau dan kacang tanah, menu andalan mereka adalah wedang durian.

Wedang duren disajikan dengan ketan. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Eits, tapi jangan berharap kamu bakal menemukan sepongge durian utuh dalam minuman itu, ya, Millens. Disajikan dalam mangkuk sup, ketan diletakkan di tengah mangkuk, lalu disiram dengan kuah kental yang terbuat dari daging durian, santan, dan "resep rahasia".

Lantaran telah dipadukan dengan bahan lain, aroma "menggoda" durian nggak begitu kentara. Namun, saat mencicipinya, mulut terasa penuh dengan rasa buah musiman tersebut. Cita rasa tersebut terasa nggak berlebihan saat disesap bersama ketan yang diolah lebih tawar sebagaimana biasanya.

(Baca Juga: Kedai Wedang di Semarang yang Selalu Ramai Pembeli: Warung Kacang Ijo Kapuran)

Rasa ketan yang agak "netral" cukup membuat rasa durian yang legit dan santan yang gurih begitu pas di mulut.

Penjual sedang menuan wedang duren ke mangkuk. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Seporsi wedang durian ini cukup mengenyangkan di perut. Bagaimana tidak, mangkuk sup yang berukuran sedang dituang wedang hingga setinggi bibirnya? Bahkan, terkadang wedang tersebut dituang hingga tumpah ke pinggi cangkir. Duh, penjual yang dermawan! Ha-ha.

Versi Dingin

Wedang Durian yang hangat paling cocok diminum saat cuaca dingin mendera Kota Lunpia. Namun, versi dinginnya ada juga, kok! Nggak jauh berbeda dengan versi hangat, Es Wedang Durian juga berisikan ketan dan olahan durian. Tambahannya berupa sirup merah biar agak manis dan es batu agar dingin.

Pembeli juga bisa membawa pulang wedang kesukaannya. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Versi dingin maupun hangat dibanderol sama, yakni Rp 7.000 saja. Di samping durian, Kacang Ijo Kapuran juga menjual aneka camilan. Kamu yang nggak suka durian tapi terpaksa ke warung itu karena diajak teman atau gebetan, bisa juga memesan wedang lain, yakni wedang kacang tanah dan kacang hijau.

(Baca Juga: Dingin-Dingin di Semarang, Hangatkan Tubuh dengan Wedang Kacang Tanah Kapuran)

Jika saat ini kamu tengah penat seharian didera beban pekerjaan atau baru saja terjebak di tengah kemacetan, sejenak tenangkanlah pikiran! Kelaparan? Menepilah ke Kapuran, lalu nikmati semangkuk wedang durian! Endah tenaaaan! Ha-ha. (Ida Fitriyah/E03)

 

Kacang Ijo Kapuran

Kategori             : Street Food

Alamat               : Jalan Ki Mangunsarkoro, Jagalan, Semarang Tengah, Kota Semarang

Jam Buka           : Pukul 14.30-22.00 WIB (Minggu tutup)

Harga Minuman   : Rp 7.000

Harga Makanan   : Rp 3.000 s.d. Rp 9.000

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal 4 Budaya Kota Semarang yang Kini Berstatus Warisan Budaya Takbenda

21 Nov 2024

Memahami Perempuan Korea di Buku 'Bukannya Aku Nggak Mau Menikah' Karya Lee Joo Yoon

21 Nov 2024

AI Bikin Cerita Nyaris Sempurna, Tapi Nggak Mampu Bikin Pembaca Terhanyut

21 Nov 2024

Dilema Membawa Anak ke Tempat Kerja

21 Nov 2024

La Nina Masih Berlanjut, BMKG Minta Kita Makin Waspada Bencana Alam

21 Nov 2024

Kematian Bayi dan Balita: Indikator Kesehatan Masyarakat Perlu Perhatian Serius

21 Nov 2024

Ketua KPK Setyo Budiyanto: OTT Pintu untuk Ungkap Korupsi Besar

22 Nov 2024

Menelisik Rencana Prabowo Pengin Indonesia Hentikan Impor Beras Mulai 2025

22 Nov 2024

Meriung di Panggung Ki Djaswadi, sang Maestro Kentrung dari Pati

22 Nov 2024

Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Itulah Prinsip Wabi-Sabi

22 Nov 2024

Mencegah Kecelakaan Maut di Turunan Silayur, Ngaliyan, Semarang Terulang

22 Nov 2024

Apa Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai?

22 Nov 2024

Rute Baru Semarang-Pontianak Resmi Dibuka di Bandara Ahmad Yani Semarang

22 Nov 2024

Bagaimana Sebaiknya Dunia Pariwisata Menghadapi Kebijakan PPN 12 Persen?

23 Nov 2024

Asal Mula Penamaan Cepogo di Boyolali, Terkait Peralatan Dapur

23 Nov 2024

Mengapa Warna Bangunan di Santorini Dominan Putih dan Biru?

23 Nov 2024

Kekerasan pada Perempuan; Siapa yang Salah?

23 Nov 2024

Wejangan Raden Alas: Warga Blangu, Sragen Dilarang Beristri Dua

23 Nov 2024

Alokasi Ditambah, Serapan Pupuk Bersubsidi di Jawa Tengah Capai 60,23 Persen

23 Nov 2024

Menguak Sejarah dan Alasan Penamaan Tulungagung

24 Nov 2024