BerandaKulinary
Jumat, 15 Des 2022 21:40

Tiwul, Makanan Rakyat yang Kaya Manfaat

Tiwul merupakan jajanan pasar yang terbuat dari tepung gaplek yang dikukus bersama kelapa parut dan gula merah. (Fimela/Shutterstock)

Ketidakmampuan membeli beras, membuat masyarakat miskin zaman dahulu menciptakan makanan dari singkong yang dijemur lalu ditumbuk, yang dinamakan tiwul. Sampai kini, tiwul tetap ada dan tetap mempunyai banyak penggemar.

Inibaru.id - Kamu penyuka jajanan pasar? Jika iya, kemungkinan besar kamu juga menyukai tiwul kan, Millens? Makanan tradisional khas Jawa ini biasanya bersanding dengan teman sesama jajanan pasar seperti lopis, gatot, cenil, dan banyak lagi. Kamu bisa menjumpai tiwul di pasar tradisional daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta.

Tiwul terbuat dari singkong yang dijemur sampai kering (gaplek) kemudian ditumbuk atau digiling sampai menjadi tepung. Tepung itu lalu dicampur dengan kelapa parut dan gula jawa kemudian dikukus hingga matang.

Meski terbuat dari singkong, rasa dan aroma tiwul sangat khas dibanding dengan olahan singkong lainnya. Itu karena sebelum digiling menjadi tepung, kadar air pada singkong telah hilang karena dijemur.

Ada Sejak Penjajahan Jepang

Gaplek, singkong yang dijemur beberapa hari hingga kadar airnya hilang. (Agromaret)

Sejak dulu, masyarakat Jawa, terutama Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan, dan Blitar sudah mengenal tiwul. Bagi mereka, tiwul bukan sebagai makanan sampingan melainkan makanan pokok pengganti nasi.

Bagaimana masyarakat dulu menikmati tiwul? Layaknya nasi, tiwul disantap bersama lauk ikan asin bakar, sambal bawang, sayur daun singkong atau bayam hasil kebun sendiri. Nggak cuma itu, terkadang mereka menambahkan bahan lain seperti ketan hitam, jagung rebus pipilan, atau singkong rebus yang diserut.

Menurut sejarawan Heri Priyatmoko, kala itu penjajahan Jepang berhasil membuat rakyat Jawa makin sengsara dan miskin sehingga nggak mampu membeli beras.

“Tiwul yang berbahan baku singkong dijadikan pengganti nasi ketika beras nggak terbeli oleh masyarakat pada era penjajahan Jepang tahun 1960-an,” terang dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta itu.

Singkong memang alternatif yang pas pengganti beras karena selain mengenyangkan, ia juga mudah tumbuh dan bisa hidup sepanjang tahun. Berbeda dengan padi yang membutuhkan lahan subur, singkong tetap bisa tumbuh di lahan tandus.

Baik kandungan gizinya

tiwul, lopis, gatot, cenil merupakan jajanan pasar yang masih sering kita jumpai di pasar tradisional. (Istock)

Kandungan gizi dari tiwul pun sebelas dua belas dengan nasi lo, Millens. Sama-sama mengandung karbohidrat dan vitamin, singkong justru memiliki kalori lebih rendah dan serat lebih tinggi ketimbang beras.

Jika kamu sedang mencari makanan pokok pengganti nasi, tiwul bisa jadi jawabannya. Untuk orang dengan kondisi diabetes, kolesterol, dan obesitas, makan tiwul malah disarankan. Itu karena kadar gula dalam tiwul rendah. Pastikan dalam piring makan, selain tiwul juga ada sayuran dan lauk pauk agar asupan gizi seimbang tetap terjaga.

Untuk mendapatkan tepung tiwul kamu nggak harus menjemur singkong berhari-hari lalu menumbuknya. Sekarang sudah banyak industri rumahan yang menjual tepung tiwul dalam kemasan kecil dengan harga terjangkau.

Jadi, nggak perlu khawatir jika sewaktu-waktu kamu ingin makan tiwul tapi di sekitar nggak ada yang menjualnya. Buatlah tiwul ala kamu sendiri dari tepung tiwul. Selamat mencoba! (Kom/IB20/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024