BerandaKulinary
Minggu, 21 Apr 2018 10:45

Rempeyek Yutuk, Makanan Unik dan Bergizi Khas Pantai Selatan

Rempeyek yutuk (ulinulin.com)

Jawa Tengah bagian selatan khususnya Cilacap, terkenal dengan pantai berpasir hitam lengkap dengan ombaknya yang ganas. Nah, daerah ini menawarkan penganan unik dan boleh jadi nggak ada di daerah lain, yaitu rempeyek yutuk. Apa itu yutuk?

Inibaru.id – Sobat Millens pernah makan rempeyek? Biasanya rempeyek hanya berisi jenis kacang-kacangan seperti kacang kedelai atau kacang tanah. Nah, di Cilacap, Jawa Tengah, ada rempeyek unik yang sedikit berbeda dari rempeyek pada umumnya. Apa itu? Namanya rempeyek yutuk.

Bagi kamu yang berasal dari Cilacap dan sekitarnya, mungkin sudah nggak asing lagi dengan rempeyek yutuk. Menjadi salah satu makanan tradisional khas dari Cilacap, Jawa Tengah, rempeyek tersebut menggunakan yutuk sebagai isi rempeyeknya.

Baca juga:
Rekomendasi: 5 Kuliner Khas Kendal yang Patut Kamu Coba
Olahan Tiram, Wisata Kuliner Enak di Pulau Tiban

Yutuk ini sebenarnya adalah undur-undur laut. Sesuai namanya, yutuk merupakan hewan yang berhitat di laut, tepatnya di pantai yang berpasir hitam atau pantai yang mengandung pasir besi. Banyak ditemukan di pesisir pantai selatan, salah satunya di pantai Cilacap, yutuk termasuk dalam kelas crustacea. Memiliki ukuran sebesar ibu jari orang dewasa, yutuk memiliki tubuh tersegmentasi atau beruas-ruas dan bercangkang keras. Berbentuk seperti kepiting, yutuk memiliki warna cokelat kehitaman dan setelah digoreng menjadi berwarna merah seperti udang masak.

Ya, memang sih yutuk belum begitu dikenal masyarakat. Namun hewan yang satu ini memiliki kandungan gizi yang tinggi, lo. Jadi kamu tak perlu khawatir lagi untuk mengonsumsinya. Rempeyek yutuk ini juga memiliki rasa yang renyah dan gurih serta nggak amis. Bayangkan saja kamu sedang makan udang. Karena itu pula banyak orang menyamakan rasa keduanya.

Mengutip negerikuindonesia.com, proses pembuatan rempeyek hampir sama dengan rempeyek lainnya. Sebelumnya yutuk di bersihkan terlebih dahulu, kemudian yutuk ditaruh di atas satu sendok adonan rempeyek. Satu sendok adonan akan menghasilkan satu buah rempeyek. Setelah itu di goreng dengan cara dilebarkan agar hasilnya lebih tipis dan krispi.

Nah, untuk menikmati rempeyek yutuk ini, paling nikmat jika disajikan bersama dengan pecel sayur. Tapi kamu juga bisa kok menikmatinya bersama dengan makanan lainnya. Bahkan bisa juga dimakan sebagai camilan.

Baca juga:
Pengin Mi Ongklok tapi Nggak Bisa ke Wonosobo? Beli Mi Ongklok Instan Saja!
Mengulik Masa Lalu Bangunan Tekodeko Koffiehuis

Tertarik untuk mencicipinya? Rempeyek yutuk ini dapat dengan mudah kamu temukan di pesisir pantai Cilacap. Di sana banyak warung pinggir pantai yang menjajakan rempeyek yutuk. Kamu pun bisa membawa pulang rempeyek yutuk untuk dijadikan sebagai oleh-oleh.

Masalah harga, rempeyek yutuk sangat bersahabat di kantong. Sepiring pecel sayur dengan dua rempeyek yutuk dijual dengan harga berkisar antara Rp 7 ribu- Rp 10 ribu. Adapun untuk satu bungkus rempeyek yutuk berisi lima keping dijual sekitar  Rp 10 ribu. Cukup murah, bukan?

Meski terbilang murah meriah, cita rasa rempeyek yutuk yang gurih tersebut dijamin bisa membuat kamu ketagihan. Eits, tapi kamu jangan terlalu banyak mengkonsumsinya ya. Pasalnya, meskipun bergizi tapi jika dikonsumsi terlalu banyak bisa mengakibatkan pusing. Oke? (IB05/E02)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024