BerandaKulinary
Selasa, 16 Apr 2018 12:49

Mengulik Masa Lalu Bangunan Tekodeko Koffiehuis

Bangunan depan Tekodeko di malam hari. (inibaru.id/Hayyina Hilal)

Seperti sebagian besar bangunan di Kota Lama Semarang, gedung Tekodeko Koffiehuis juga merupakan bangunan tua peninggalan zaman kolonial Belanda. Seberapa tua ya?

Inibaru.id – Kesulitan mencari tempat nongkrong yang asyik di sekitar Kota Lama Semarang menggerakkan Ronny Jonathan, Jessie Setiawati, dan Kriski Laras untuk merintis Tekodeko Koffiehuis pada 6 Juni 2015. Nama "Tekodeko" berasal dari kata "teko" yang berarti ceret (tempat minum), dan "deko" yang memiliki arti dekorasi.

Sejak 2012, Ronny, Jessie, dan Kriski, memang kerap mengadakan event di Kawasan Kota Lama. Mereka kebingungan tiap kali mau nongkrong seusai acara. Nah, dari situlah ide mendirikan kedai kopi yang nyaman untuk tempat hang out bareng teman atau bahkan keluarga. Maka, jadilah Tekodeko.

Salah seorang owner Tekodeko Ronny Jonathan mengatakan, kedai kopi kepunyaan mereka memang dikonsep sebagai rumah kopi yang bisa menjadi wadah bagi oarang-orang kreatif.

“Ya, kami memiliki keinginan, tempat ini bisa sebagai wadah kreativitas untuk menjalin hubungan yang akrab sembari menikmati hidangan yang tersedia,” ujar Ronny.

Suasana di dalam ruangan Tekodeko. (inibaru.id/Hayyina Hilal)

Pengambilan nama Tekodeko ini bukannya tanpa filosofi loh, Millens. Menurut Ronny, teko adalah perkakas minum yang selalu ada di meja pada tiap momen, saat ngobrol atau berkumpul bersama siapa saja. Nah, dari filosofi itu, dia berharap, keberadaan Tekodeko bisa menjadi media untuk mempererat dan mengumpulkan orang dalam satu suasana.

Sementara, kata "deko" atau dekorasi diasosiasikan sebagai "dekorasi kafe". Sebagai kafe berkonsep "rumah yang nyaman", dekorasi kafe memang menjadi kekuatan di Tekodeko. Lebih dari itu, bangunan kafe yang vintage bergaya zaman kolonial Belanda juga menambah kuat dekorasi kafe di sini.

"Tekodeko konsisten pada kesan dekorasi bangunan yang lekat dengan nilai sejarah. Jadi, selain keunikan, kami juga menyajikan nilai sejarah yang melekat di dalamnya," terang Ronny.

Para owner Tekodeko Koffiehuis. (inibaru.id/Hayyina Hilal)

Gedung Kuno

Konon, bangunan yang kini ditempati Tekodeko merupakan gedung kuno yang dibuat sekitar 1880-an. Sejumlah pelanggan paruh baya yang acap mampir di kedai mengatakan, bangunan tersebut dulu merupakan milik seorang bangsawan. Mereka menggunakan gedung tersebut sebagai tempat tinggal.

Sementara, pada 1990-an, banyak orang beranggapan tempat ini dialihfungsikan menjadi hotel dan tempat kos-kosan, lantaran area kiri dan kanan bangunan tersebut juga banyak dijadikan sebagai hotel. Kemudian, pada awal 1930, bangunan ini dijadikan sebagai pabrik kusen. Fungsi itu bertahan hingga menjadi Tekodeko Koffiehuis.

Desain bangunan tua yang melekat di lantai 2 Tekodeko. (inibaru.id/Hayyina Hilal)

Jessie Setiawati, owner Tekodeko lainnya, mengatakan, lantaran bangunan Tekodeko merupakan warisan sejarah, keberadaan bangunan ini harus terus diperhatikannya. Dia nggak bisa sembarangan mengubah bangunan tersebut. Maka dari itu, lanjutnya, mereka harus berusaha membuat bangunan kuno tersebut terlihat hommy dan menaik dikunjungi.

“Misi kami adalah meramaikan Kota Lama dengan Tekodeko, jadi kami harus siap dengan berbagai tantangan untuk bikin tempat ini selalu nyaman dikunjungi,” jelas perempuan asal Semarang tersebut.

Suasana di teras lantai 2 Tekodeko. (inibaru.id/Hayyina Hilal)

Wah, bangunan tua di Kota Lama memang menarik ya, Millens! Masuk ke Tekodeko jadi berasa jadi noni-tuan Belanda nih! Ha-ha. (Hayyina Hilal/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024