BerandaKulinary
Sabtu, 4 Mei 2018 18:15

Gurihnya Sate Ayam Blora di Warung Pak Ngguk

Sate ayam blora dengan sayur kuning (resepdanmakanan.com)

Dengan aroma ketumbar dan laos yang kuat, satai ayam Blora menjadi satu makanan khas yang harus kamu coba jika bertandang ke Blora atau Cepu. Kemudian, kuah kuning yang gurih dan bumbu kacang yang halus juga bakal membuat lidahmu terus bergoyang keenakan. Hmm!

Inibaru.id – Satai menjadi salah satu makanan yang paling dikenal dan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Nggak hanya di negeri ini, kemasyhuran satai juga dikenal hingga ke mancanegara.

Di Indonesia, kita mengenal pelbagai macam masakan satai, salah satunya satai Blora. Seperti namanya, satai yang berasal dari Blora, Jawa Tengah, ini cukup menarik lantaran memiliki rasa yang cukup unik. Nggak seperti satai Madura yang didominasi bumbu kacang yang manis, satai Blora justru bercita rasa gurih santan.

Seporsi satai Blora umumnya terdiri atas beberapa tusuk satai ayam berbalur bumbu kacang yang didampingi lontong atau nasi, kuah kuning, dan sambal yang disajikan terpisah. Cita rasa manis, gurih, dan pedas berkolaborasi, menciptakan rasa yang unik dalam tiap suap satai yang banyak dijual di pinggir-pinggir jalan utama Blora ini.

Satai Blora menggunakan daging ayam sebagai bahan utamanya. Tiap tusuk satai terdiri atas empat hingga lima potongan kecil daging seukuran 3-5 sentimeter. Sebelum dibakar, daging ayam terlebih dahulu dibumbui dengan gula merah, bawang putih, ketumbar, laos, dan kemiri. Aroma sedap ketumbar inilah yang membuat satai Blora begitu khas.

Dalam penyajiannya, satai yang telah dibakar kemudian diguyur kuah kuning yang mirip opor, tapi lebih cair. Satai itu lalu bisa dicocol bumbu kacang. Namun, berbeda dengan bumbu kacang satai Madura yang agak kasar, tekstur bumbu kacang satai Blora lebih halus dan agak pedas. Hm, kebayang kan betapa gurihnya?  

Dulu, sistem pembayaran satai ini dihitung berdasarkan berapa tusuk satai yang kamu makan. Namun, saat ini lebih banyak warung yang menerapkan harga sesuai permintaan pembeli. Salah satunya adalah Warung Sate Ayam Blora Pak Ngguk. Berlokasi di Jalan Diponegoro No 34 Kecamatan Cepu, Blora, warung satai ini konon merupakan sate ayam tertua di Cepu, yang berdiri pada 1955.

Tampak Depan Warung Sate Pak Ngguk

Warung Satai Blora Pak Ngguk beroperasi sejak 1955. (Artika Sari/Inibaru.id)

Saat ini, Warung Pak Ngguk dikelola Sabar, sang cucu. Sabar mengatakan, dulu warungnya memang menerapkan sistem bayar per tusuk. Namun, lantaran sejumlah alasan, di antaranya kepraktisan, dia memilih menerapkan sistem bayar per porsi.

Berapa harganya? Sabar menuturkan, seporsi satai Blora yang berisikan daging campur lemak dia hargai Rp 18 ribu. Sementara, kalau hanya daging ayam tanpa campuran lemak dibanderolnya dengan harga Rp 20 ribu.

"Tapi pas lebaran biasanya harga naik jadi Rp 25 ribu,” ungkapnya.

Sabar, generasi ketiga yang mengelola Warung Sate Pak Ngguk

Satai Blora Pak Ngguk. (Artika Sari/Inibaru.id)

Untuk menikmati sate ayam blora di Warung Pak Ngguk, datanglah pada jam makan siang dan makan malam. Sekitar pukul 11.00 biasanya warung ini sudah buka, lalu tutup pukul 14.00 WIB. Warung tersebut akan kembali buka pukul 16.30 hingga 21.00 WIB.

Kecuali ada acara khusus, Warung Pak Ngguk buka tiap hari. Jadi, hari apapun ke sini, silakan saja! Warung ini juga gampang dicari. Dari Stasiun Cepu, kamu tinggal ambil arah utara menuju perempatan Monumen Ronggolawe atau yang dikenal sebagai Tugu Kuda. Dari situ, kamu tinggal lurus saja ke Jalan Diponegoro.

Nah, kalau dari Terminal Cepu, kamu bisa ke timur melewati Jalan RSU Timur hingga tiba di Tugu Kuda. Dari situ kamu tinggal belok kiri menuju Jalan Diponegoro. Baik dari stasiun maupun terminal, ada banyak angkutan umum yang bisa menjadi pilihanmu menuju lokasi. Jadi, dijamin gampang dicari!

Baiklah, selamat berburu satai ayam Blora ya, Millens! Semoga selamat sampai tujuan! (Artika Sari/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024