Inibaru.id - Dugaan beredarnya gula rafinasi di pasar rumah tangga ditanggapi masyarakat dengan reaksi beragam. Ada yang khawatir karena berpikir bahwa gula yang sejatinya diperuntukkan bagi keperluan industri itu bisa berdampak buruk pada kesehatan karena terlalu "bersih".
Sementara itu, sebagian orang justru merasa nggak masalah setelah mengetahui bahwa pemanis tersebut dibanderol lebih murah di pasaran. Terlebih, dari segi bentuk, tampilan gula rafinasi dengan gula kristal putih untuk rumah tangga sekilas memang mirip.
Padahal, kalau kamu perhatikan lebih detail, keduanya sejatinya memiliki ciri fisik yang cukup berbeda. Manfaat dan risiko kesehatannya juga nggak sama, lo! Dikutip dari Tempo (3/11/2017), Pakar Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Hardinsyah MS mengatakan, gula rafinasi sejatinya lebih putih.
"Perbedaan paling dasar adalah dari warna dan tekstur," tuturnya. “Gula rafinasi lebih putih, halus, dan bersih dibanding gula kristal putih (gula pasir).”
Rasa yang Berbeda
Gula rafinasi memang memiliki tekstur paling halus dan warna lebih putih cerah dibanding gula pasir biasa. Menurut Hardinsyah, tekstur yang halus dan warna yang lebih cerah ini disebabkan oleh kandungan molase (tetes tebu) yang lebih rendah dalam gula rafinasi.
"Kandungan molase yang lebih rendah menghasilkan rasa yang juga berbeda. Gula kristal rafinasi tidak terlalu manis,” jelas Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi) tersebut.
Kandungan molase yang lebih rendah ini, Hardinsyah menambahkan, terjadi karena gula rafinasi diproses dari gula mentah melalui serangkaian tahapan pemurnian yang menghasilkan kristal gula yang sangat putih. Inilah yang membuatnya lebih cocok untuk keperluan industri seperti produksi makanan atau minuman massal.
"Dari segi kandungan gizi, gula rafinasi dan gula konsumsi relatif sama. Gula rafinasi tetap aman dikonsumsi asalkan tidak berlebihan," ucapnya. "Batas konsumsi harian sebaiknya tidak lebih dari 40 gram agar nggak meningkatkan risiko kegemukan dan hiperglikemia.”
Risiko Akibat Konsumsi Berlebih
Setali tiga uang, ahli penyakit dalam dengan subspesialis hematologi-onkologi dari PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban juga mengingatkan bahaya gula rafinasi jika dikonsumsi berlebihan. Dia mengatakan, kelebihan gula darah akan diubah tubuh menjadi lemak dan berujung pada obesitas.
“Dari kondisi obesitas itu, risiko terkena kanker, gangguan jantung dan otak akan lebih besar,” tegas Zubairi, dikutip dari Hypeabis (26/9/2022).
Sementara itu, masih dikutip dari laman yang sama, ahli gizi dr Tan Shot Yen mengungkapkan bahwa konsumsi gula berlebih bisa menimbulkan berbagai dampak, mulai dari ketagihan rasa manis, kegemukan, kerapuhan tulang, hingga risiko diabetes dan penyakit jantung.
“Jika tidak dipakai langsung jadi tenaga, oleh hormon insulin (gula) disimpan dalam hati, otot, dan lemak,” jelas Tan yang disitat dari laman Instagram pribadinya.
Bisa Berasal dari Sumber Berbeda
Tan menyebutkan, sebetulnya yang disebut dengan gula nggak hanya berasal dari tebu. Gula alami bisa ditemukan pada tumbuhan berpati seperti padi, ubi, singkong, jagung, hingga buah-buahan dan sayuran berserat tinggi.
Sementara itu, gula pasir rumah tangga dan gula rafinasi kebanyakan berasal dari pemurnian tebu maupun bit melalui proses panjang hingga menghasilkan kristal atau sirop. Khusus untuk jenis kedua menggunakan proses berulang hingga mendapatkan tingkat kemurnian yang tinggi.
Oya, perlu kamu tahu bahwa produk akhir gula rafinasi nggak hanya gula pasir, tapi juga icing sugar, molase, hingga pemanis cair yang banyak terkandung dalam makanan dan minuman kemasan. Maka, bagi penyuka minuman kemasan, mohon perhatikan kandungan gulanya.
“Mengonsumsi gula rafinasi berlebih bisa mempercepat penambahan berat badan, hipoglikemia, kekurangan vitamin dan mineral, serta meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung,” tegasnya.
Terlepas dari bentuk dan tekstur yang mirip serta harganya yang lebih murah, rembesnya gula rafinasi yang merupakan produk impor ke pasar tradisional berpotensi merugikan petani yang sehari-hari menggantungkan hidup dari si manis ini. (Siti Khatijah/E10)
